webnovel

Lorex 19

Sebuah benda misterius berbentuk bola besi, menghantam halaman depan rumah. Roki Helberm datang mendekat lalu tiga serum hitam misterius keluar dari dalam bola tersebut. Tiga serum tersebut masuk ke dalam tubuhnya secara paksa. Tubuhnya mulai terbakar dan bermutasi menjadi mutan. Bola besi itu, pernahan menyatu pada tangan kanannya hingga menjadi tangan besi. Tanpa sengaja, dia terlempar ke tahun 2500 dan terdampar di sebuah kota tua penuh dengan zombie. Di sana dia bertemu dengan Profesor Xenom dalam wujud hologram. Beliau merupakan orang bertanggung jawab membuat serum dan memaksanya datang ke tahun 2500. Dalam perjalanannya, Roki bertemu dengan seorang gadis kecil bernama Angela. Dia merupakan turunan terakhir keluarga Van Helix setelah kematian kakaknya di kota itu. Kemudian mereka bertiga, bertemu dengan Ninja Cyborg di dalam sebuah gedung. Cyborg mengucap sumpah setiap kepada Roki lalu dia memberi nama Jhon Luwis. Perjalanan mereka dimulai menuju Laboratorium Bawah Tanah milik Profesor Xenom. Sesampainya di sana, Roki melakukan time travel ke tahun 2015 lalu kembali ke tahun 2500 dan memulai dari awal untuk menyusul kekuatan berperang melawan Kota Horizon.

Tampan_Berani · Sci-fi
Not enough ratings
152 Chs

Angela

"Apa kamu mendengarku!? Bangun Roki! Roki bangun!"

Teriakan Profesor Xenom membuat Roki terbangun. Dia melihat, dirinya berada di dalam sebuah ruangan di antara reruntuhan bangunan.

"Di mana kita?"

"Aku tidak tau, sepertinya kita berada di dalam ruangan antara reruntuhan. Kamu beruntung berada di dalam ruangan dengan pondasi yang cukup kuat."

"Iya, aku memang beruntung. Aku kira, aku sudah mati di sini. Perutku sudah lapar, seharian aku tidak makan."

"Di sini banyak sekali meja dan laci. Bangun dan carilah, siapa tau kamu menemukan makanan."

Roki mulai berdiri, dia berjalan menuju meja dan laci untuk mencari makanan atau benda yang bisa dia gunakan. Tetapi dia tidak menemukan apapun.

Roki melihat sebuah lemari besar mulai berguncang. Perlahan Roki mendekati lemari tersebut sambil menggenggam Pistol laser di kedua tangannya. Pintu lemari perlahan dibuka, dia langsung menodongkan pistolnya. Di dalam lemari, dia melihat seorang gadis berumur sekitar 12 tahun.

Gadis itu memakai helm coklat berkacamata, kaos legbong coklat, baju berlengan pendek abu berkantong, celana jins pendek berwarna biru dongker semata kaki. Dia mengenakan sepasang kaos kaki hitam dan sepatu boots berwarna coklat.

Dia menodongkan senjata berbentuk seperti bazoka. Gadis kecil itu memiliki mata berwarna hijau, rambut berwarna pink panjang bergelombang dan kulitnya yang putih.

"Siapa kamu! Bagaimana kamu tau aku ada di sini?! Di mana kakakku!?"

"Kakakmu?"

"Iya, kakakku. Dia pergi dua jam yang lalu, kakakku memintaku aku untuk menunggu disini."

"Begitu ya, bisakah kamu keluar? Tidak enak berbicara seperti ini. Jangan takut."

Mereka berdua duduk berhadapan di atas lantai yang kotor. Roki dan gadis itu terdiam gugup. Dia melihat logo berlambang palu dan skop menyilang di sisi kanan pundak baju Angela. Angela mulai.

"Di mana kakakku?!"

"Jangan menangis, aku yakin kakakmu baik-baik saja. Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"

"Kesepakatan?"

"Jika kamu berhenti menangis, aku akan membantu mencari kakakmu."

Mendengar hal itu gadis itu menganggukkan kepala. Dia mengelap air mata dengan kedua tangannya. Tanah mulai berguncang, puing-puing bangunan mulai berjatuhan. Mereka berdua harus mencari cara keluar dari ruangan ini. Tetapi rasa lapar dan haus membuat Roki tidak bisa berpikir. Angela mendengar suara perut Roki yang keroncongan.

"Ambilah."

Angela memberikan sebuah pil merah dari dari dalam kotak kecil yang terpasang di sabuk celana.

Roki kebingungan melihat sebuah pil di tangannya.

"Telan pil itu Roki, apa kamu tidak mau?"

Tanpa pikir panjang, Roki pun menelan pil tersebut tanpa seteguk air. Lima menit kemudian, seketika perut Roki terasa kenyang.

Roki terkejut dan kagum dengan pil merah membuat perutnya terasa kenyang. Angela menekan tombol pada dua sisi tabung kecil yang terlepas dari sabuk celananya. Tabung kecil itu perlahan berubah menjadi sebuah botol plastik berisi air 600 ml. Dia memberikan botol tersebut kepada Roki.

Roki langsung meminumnya hingga tersisa setengah liter air.

"Wow! Canggih sekali! Baru pertamakali aku melihatnya!"

"Canggih? Botol ini merupakan barang murahan di pasar.

"Benarkah? Maaf aku tidak tau. Aku ini seorang petualang. Melihat hal ini merupakan hal baru bagiku."

Angela memandang Roki dengan heran. Meskipun Roki seorang petualang, seharusnya dia tidak asing dengan botol di kedua tangannya. Guncangan tanah semakin kuat, puing-puing bangunan tersebut berjatuhan. Profesor Xenom muncul dalam wujud hologram duduk di atas pundak Roki.

"Profesor, aku tidak punya ide. Apakah Profesor mengetahui cara keluar dari sini?"

"Lama sekali kamu bertanya. Baiklah Roki, lihatlah layar hologram dan ikuti bagaimana caranya."

Dia melihat tangannya berubah menjadi tangan monster pada layar hologram. Tangan monster itu memiliki cakar yang tajam dan tanduk keluar dari seluruh pori-pori tangannya.

"Angela, cepat peluk aku!"

Gadis kecil itu menganggukkan kepala, dia langsung memeluk Roki dengan sangat erat. Tangan kiri Roki membesar dan berubah menjadi tangan monster. Sedangkan tangan kanan, memeluk erat Angela agar tidak terjatuh bersama barang-barang miliknya.

Roki pun berkonsentrasi lalu menghancurkan tembok dengan tangan monster miliknya. Tangan monster itu memanjang dan berhasil meraih bagian atas gedung di sampingnya.

Mereka berdua berhasil keluar dari ruangan itu dan berdiri di atas gedung. Perlahan tangan monster itu, kembali ke wujud semula. Roki menahan sakit, ketika tangan monster kembali ke bentuk semula.

"Angela, kamu tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja."

Roki mengubah posisi tangannya dan mengangkat tubuh Angela dengan kedua tangan. Wajah Angela merah ketika Roki berlari menggendong dirinya seperti seorang pangeran.

"Apa yang sedang kamu lakukan?!"

"Menggendongmu. Kita harus cepat menemukan kakakmu."

Roki berlari sangat cepat, dia melompati gedung satu persatu.

Di bawah gedung, Roki melihat ribuan zombie bersiap menunggu mangsanya.

Matahari mulai terbenam. Roki memutuskan untuk beristirahat di atas. Sesekali ia melihat ke bawah untuk mengamati situasi.

"Waktunya istirahat."

Angela tidak membalas perkataannya. Gadis kecil itu duduk diam sambil memeluk kedua kakinya.

Dia, memiliki seorang kakak laki-laki bernama Wiliam. Keluarga Van Heliks, memiliki lambang palu dan sekop seperti di bahu kanannya. Dua hari yang lalu, dia berangkat dari kota Dolten bersama kakaknya dan lima orang rekan lainnya. Tujuannya datang kemari, tak lain adalah untuk mencari barang berharga yang bisa di jual.

Kedua orang tuannya, tewas akibat insiden perampokan yang terjadi pada rumahnya. Sampai sekarang, mereka tidak tau siapa dalang di balik insiden tersebut. Seharusnya hari ini, mereka sudah sampai di rumah. Namun, karena sensor mendeteksi adanya energi misterius membuat mereka penasaran, sehingga mereka memutuskan untuk menginap.

Ketika mereka berkemas untuk kembali pulang, guncangan mulai terjadi. Semakin lama, guncangan tersebut semakin kencang. Wiliam, memerintahkan adiknya untuk bersembunyi di dalam lemari. Sedangkan dia dan rekannya memeriksa ke luar. Setelah itu Wiliam tak pernah kembali. Mendengar hal itu Roki pun bersedih, ia semakin bertekat untuk mempertemukan Angela dengan kakaknya. Satu persatu gedung telah dia lewati, ribuan zombie mengejarnya dari bawah.

Mereka berdua melihat zombie titan, mengejar Wiliam dan kelima rekannya. Dengan penuh tergesah-gesah, mereka berdua mengejarnya dari belakang. Tiga orang tewas, sekarang hanya menyisakan dua orang terus melakukan perlawanan. Seorang pria berambut pink, tergeletak di atas aspal. Tubuhnya tinggal separuh dengan berlumuran darah. Rupanya lelaki itu adalah Wiliam.

Angela menangis histeris, melihat kondisi kakaknya. Kemudian Roki mendarat tepat di sampingnya, dia memeluk kakaknya sembari berlinang air mata. Sementara itu, beberapa zombie mendekati mereka bertiga.

"Para zombie itu biar aku hadapi, kalian berdua tunggu dan bertahanlah," ucapnya sembari menyalakan lightsaber miliknya.

Satu persatu zombie berhasil dia tebas. Beberapa dari mereka, tewas terkena pistol laser di lengan kirinya. Pemuda itu bertarung dengan gagah berani, melindungi orang di dekatnya. Sementara itu, zombie titan berhasil menyantap mangsanya dengan sangat lahap. Roki pun mulai ketakutan, dia tidak tau cara mengalahkannya. Namun dia paksakan demi melindungi mereka berdua.

Dengan nekat, dia pun maju seorang diri menghadapinya dengan berbekal lightsaber dan pistol laser miliknya. Zombie titan langsung berlari, lalu zombie itu berusaha menangkapnya. Pergerakannya yang lincah, membuat zombie titan sulit untuk menangkapnya. Kemudian, dia mengambil crosbow dari belakang punggungnya.

"Rasakan ini dasar berengsek!" serunya sembari melontarkan anak panah, hingga mengenai matanya.

Zombie itu meraung kesakitan, darah hitam mulai mengucur. Kedua tangannya yang besar memegang wajahnya sendiri. Roki berlari mendekat lalu dia menebas kedua kakinya hingga terjatuh. Kemudian, dia menaiki tubuh monster dan menancapkan pedang di atas keningnya. Usahanya sia-sia, monster itu menepuk dirinya layaknya seekor nyamuk. Lalu mencengram tubuh Roki, dan melemparkannya hingga menghantam bangunan. Seluruh tubuhnya tertimbun oleh puing-puing bangunan.

Sementara itu monster telah bangkit dari tidurnya. Lalu monster itu memandang Angela beserta kakaknya yang sedang sekarat. Tiba-tiba, monster itu berlari untuk memakan mereka berdua.

"Angela cepat berikan senjata itu!" menunjuk ke arah senjata yang ada di punggung adiknya.

Angela langsung memberikan senjata itu kepada kakaknya. Wiliam langsung menembakkan meriam laser, hingga mengenai kepalannya. Kepala monster itu hancur, namun dia tetap berdiri tegak. Sedikit demi sedikit monster itu mulai regenerasi. Sesuatu keluar dari dalam perutnya. Rupanya, itu adalah parasit memiliki bentuk seperti kelabang, serta memiliki beberapa tentakel.

Roki, menghancurkan reruntuhan itu dengan tangan monsternya. Kemudian ia pun bangkit, lalu berlari dan menebas parasit yang keluar dari tubuh zombie titan. Dan akhirnya, monster itu tewas. Roki dengan perasaan khawatir, datang menghampiri mereka berdua. Darah bercucuran, wajah Wiliam semakin pucat.

Wiliam memegang kepala adiknya, lalu meminta maaf karena setelah ini ia tak bisa melindunginya. Angela menangis histeris, ia memeluk tubuh kakaknya dengan sangat erat. Wiliam menatap Roki, lalu dia pun berkata.

"Hei, bolehkah aku tau siapa namamu?"

"Roki Helbern," jawabnya.

"Sebelum ajalku tiba, kumohon padamu tolong jaga adikku. Aku percaya bahwa kamu bisa melakukannya." Menggenggam kedua tangan Roki dengan sangat erat.

"Baiklah, aku akan menjaganya untukmu."

"Terimakasih, akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang," timbalnya sembari melepaskan genggamannya.

Dan akhirnya Wiliam telah menghembuskan nafas terakhir. Anggela menangis histeris, lalu Roki memeluknya dengan lembut. Sedangkan Profesor duduk sambil menatapnya, perasaan berduka. Satu persatu zombie mulai berdatangan, sudah saatnya bagi mereka berdua untuk pergi.

Namun Angela enggan untuk melepas pelukannya. Terpaksa Roki harus menariknya, lalu membawanya pergi sejauh mungkin. Ia pun berlari sekencang mungkin, menjauh dari marabahaya. Gadis kecil itu menangis, lalu ia berteriak

"Kakak!"

Sambil melihat kakaknya yang sudah terbujur kaku. Menatap ke arah langit-langit dengan sebuah senyuman.

Hallo semua, selamat pagi, siang dan malam semuanya. Saya author Tampan_Berani, karena mood dan mental saya sedang down, mulai besok hingga beberapa minggu ke depan. Untuk sementara, saya berencana untuk vakum. Entah sampai kapan, saya sendiri belum tau. Jangan lupa komentar, collection and power stone. Dan jangan lupa pake masker, hindari kerumunan, cuci tangan, serta jaga imun tubuh. Terimakasih, arigato gozaimashita! :)

Tampan_Beranicreators' thoughts