webnovel

Lord of The Mysteries : Paradox Knowledge

Regis terdiam melihat ke arah langit malam yang menakutkan, mengabaikan jeritan dan kesengsaraan yang terjadi disekitarnya, seolah ia terhipnotis oleh hal ini. Langit gelap yang disinari oleh bulan merah darah yang menakutkan, banyak sekali retakan yang muncul dilangit seolah akan pecah kapan saja. ia melihat mata menakutkan yang menatap ke arahnya, atau lebih tepatnya mengarah ke bumi. mata itu sangat dingin dan penuh dengan keserakahan terhadap sesuatu yang ada.

PrinceOrchid_ · Book&Literature
Not enough ratings
25 Chs

Bravehearts Bar

Setelah mendengar ucapannya Maric menoleh menatap Sharron dan mendapatkan anggukkan darinya.

"Kalau begitu aku juga akan ikut denganmu." Ucap Maric.

"Bagus sekali, aku menyambut kalian berdua bergabung bersama kami." Ucap Regis.

"Bagaimana dengan orang yang memburu kami?" Tanya Maric khawatir.

"Bagaimana jika kalian menyelsaikan misi yang akan kuberikan padamu? Bayarannya adalah Formula Ramuan Sequence 4 jalur tahanan." Ucap Regis.

Perkataannya membuat Sharron dan Maric menoleh dengan padanya secara bersamaan. Karena mereka diserga dan diburu membuat mereka tidak membawa apapun ketika berlari dari Benua Selatan. Karena itu Sharron yang telah menyelsaikan pencernaannya untuk Ramuan Wraith tidak maju lebih jauh karena kurangnya Informasi tentang hal ini.

"Apa misinya?" Tanya Sharron.

"Aku tau kalian berdua telah menjadi bos dibelakang Bravehearts Bar, Malam ini akan ada seorang pria bernama Sherlock Moriarty yang datang kepadamu untuk menyewa seorang pelindung. Aku ingin kalian menyetujuinya dan mengatakan padanya bahwa White Emperor sangat perhatian kepadanya." Ucap Regis dengan main-main.

Mendengar perkataannya membuat semua orang diruangan ini bingung. Mereka bahkan berpikir bahwa semua omong kosong ini hanya untuk melindungi pria bernama Sherlock Moriarty itu. Hanya Lamu yang merasakaan kedutan disudut mulutnya, sejujurnya dia memiliki beberapa tebakan menakutkan yang tidak berani dia bicarakan.

'Permainan para 'dewa' sangat aneh.' pikirnya.

"Selain itu aku ingin kalian memberikan buku ini padanya." 

Sharron mengambil buku tersebut dan melihat bahwa buku ini tentang bagaimana cara mengontrak mahkluk dunia roh. Melihat hal ini membuat Sharron menatap mata Regis untuk sesaat.

"Baiklah, aku senang dengan bergabungnya kalian dan selanjutnya Lamu akan mengambil alih." Ucap Regis ketika ia berubah menjadi percikkan cahaya kembali dan menghilang.

Lamu terbatuk lalu mengeluarkan dua kertas dan berkata,"Tuan Regis menyuruhku memberikan ini padamu. Kertas pertama berisi alamat kediaman tuan Regis dan yang kedua adalah bank anonim Loen yang berisi 10,000 Pound untuk kalian gunakan."

"Sangat banyak!" Ucap Lily tersentuh mendengar uang sebanyak itu.

"Selain itu tuan ingin kalian berdua mengambil alih sebuah pertemuan Beyonder yang berada di Backlund yang sebelumnya berada di tangan seorang anggota. Anggap saja 10,000 Pound sebagai komisi atas hal ini." Ucap Lamu.

Setelah mengatakan semua hal ini Lamu pergi bersama Axel dan Lily.

...

Setelah makan malam, dengan mengenakan sweter turtleneck, sweter berwarna solid, mantel pekerja berwarna biru keabu-abuan, dan topi, Klein keluar, sekali lagi, dan melakukan dua perpindahan sebelum tiba di Iron Gate Street di area Jembatan Backlund .

Dia melihat Bravehearts Bar setelah mengambil beberapa langkah. Dia melihat pintu kayu hitam yang tampak berat dan seorang pria berotot setinggi hampir dua meter dengan tangan terlipat.

Pria berotot itu mengamati Klein, tetapi dia tidak menghentikannya untuk membuka pintu, tetapi tenggorokannya bergerak ketika dia mendengar sorak-sorai di dalam.

Saat itulah bar sedang mengalami puncak bisnisnya. Bahkan sebelum Klein masuk, dia merasakan gelombang panas melanda dirinya. Dia bisa mencium aroma kuat bir malt dan mendengar keributan.

Tak heran, ia melihat dua panggung di tengah mistar. Salah satunya adalah kompetisi memancing tikus dengan anjing, dan tahap lainnya menampilkan dua petinju dengan sabar menunggu pertarungan dimulai.

Aroma alkohol bercampur bau keringat terpancar. Klein mengangkat kacamatanya yang berbingkai emas dan mencubit hidungnya. Sambil melindungi barang-barangnya, dia berjalan menuju konter bar.

Sebelum bartender sempat mengatakan apa pun, dia berkata, "Satu gelas bir Southville."

Ini adalah bir terbaik yang diproduksi Kerajaan Loen.

"Lima pence," jawab bartender itu seperti jarum jam.

Klein mengeluarkan segenggam koin dan menghitung lima pence sebelum menyerahkannya untuk ditukar dengan secangkir besar bir emas dari kayu. Aroma birnya memikat.

"Sebelumnya, banyak bir bahkan tidak bisa disebut alkohol dan hanya bisa dianggap sebagai minuman." Bartender itu terkekeh.

Klein mengangkat cangkirnya dan meneguknya. Rasanya sejuk dan menyegarkan, awalnya pahit dan harum, tetapi kemudian, rasa maltnya keluar. Rasanya sedikit manis setelahnya.

Setelah meletakkan cangkirnya, dia melihat gelembung putih kecil itu dan memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya, "Di mana Kaspars Kalinin?"

Bartender itu berhenti menyeka gelas di tangannya ketika dia melihat ke atas dan mengamati Klein selama beberapa detik sebelum menunjuk ke samping.

"Ruang biliar 3."

Dengan semangat untuk tidak menyia-nyiakan apa pun, Klein membawa cangkir itu dan berjalan ke ruang biliar ketiga.

Hanya dengan satu ketukan ringan, dia membiarkan pintu berderit terbuka.

Kedua pria di dalam berhenti dan melihat ke arah pintu.

"Saya mencari Kaspars Kalinin." Di tengah keheningan, Klein buru-buru menambahkan, "Kakek Tua memperkenalkanku."

Mendengar ini, seorang pria berusia lima puluh tahun dengan hidung besar dan kemeja linen berkata dengan suara yang dalam, "Masuk."

Dia mempunyai bekas luka yang besar dan bengkok mulai dari sudut mata kanannya hingga ke sisi mulutnya, dan hidungnya adalah hidung brendi yang khas, yang hampir seluruhnya merah.

Klein perlahan berjalan masuk dengan cangkir di tangannya dan melihat lawan biliar Kaspars telah meletakkan tongkat biliarnya seperti jarum jam dan meninggalkan ruangan sebelum menutup pintu di belakangnya.

Kaspars Kalinin tertatih-tatih dan bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"

"Revolver khusus yang kuat dan lima puluh peluru." Klein menyesap bir Southville-nya lagi.

"3 pon 10 soli." Kaspars memberi harganya. "Ini pasti akan lebih mahal dibandingkan toko senjata biasa. Harganya sudah termasuk risiko yang harus saya ambil."

"Kesepakatan." Klein mengambil lima lembar uang kertas seberat satu pon yang dia siapkan dari saku celananya dan menghitungnya.

Kaspars memeriksa keaslian catatan itu sebelum mengangguk.

"Kamu lebih berterus terang dari yang terlihat. Beri aku waktu lima menit."

Dia meletakkan catatan itu di atas meja biliar, bersandar pada tongkat, dan tertatih-tatih ke pintu.

Setelah menyaksikan Kaspars pergi, Klein melirik kembali ke arah biliar yang sedang trendi dan menganggapnya sangat mirip dengan snooker di Bumi.

'Itu pasti kamu, Kaisar Roselle.' Dia hampir kehilangan ketenangannya dan tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah menunggu sebentar, Kaspars membuka pintu dan masuk, membawa bungkusan yang dibungkus kertas coklat dan dua lembar uang kertas lima soli.

Klein mengambil uang dan barang itu dan langsung membukanya. Matanya menangkap laras pistol panjang berwarna keperakan. Pegangannya sepertinya terbuat dari kayu kenari.

Selain itu, ada lima puluh butir peluru berkilau yang ditempatkan dengan rapi di dalam kotak.

Klein mencoba pistol kosong itu, memasukkan lima peluru, memasukkan pistol itu ke dalam sarung ketiak yang dia beli beberapa waktu lalu. Kemudian, dia mengumpulkan sisa peluru dan menatap Kaspars. Dia mempertimbangkan dan bertanya, "Jika saya ingin menyewa pengawal yang baik, siapa yang harus saya cari?

"Yang sangat bagus, yang melampaui batasan manusia."

Kaspars mengusap hidung merahnya dan matanya menjadi dingin.

Dia dengan hati-hati memeriksa Klein selama dua menit, menggunakan sikap diamnya untuk menciptakan rasa penindasan yang mengerikan.

"Saya dapat mengajukan pertanyaan untuk Anda, tetapi tidak ada jaminan bahwa seseorang akan menerima misi ini."

'Sepertinya dia mengenal lebih dari satu Beyonder.'

Klein tersenyum dan berkata, "Tidak peduli apa hasilnya, izinkan saya untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya sebelumnya."

Kaspars meletakkan uang kertas di atas meja biliar dan berjalan keluar lagi. Sepuluh menit penuh sebelum dia kembali ke kamarnya. Dan pada saat itu, Klein sudah menghabiskan secangkir besar bir Southville karena bosan.

"Dia ingin bertemu denganmu sebelum mengambil keputusan," kata Kaspars dengan suara yang dalam.

"Tidak masalah. Saya juga akan menentukan kesulitan misi jika itu saya." Klein tersenyum dan mengangguk.

Dia mengikuti di belakang Kaspars yang berjalan tertatih-tatih melewati ring tinju yang penuh sesak dan menuju dapur bar.

Kaspars tiba-tiba berhenti dan mengetuk pintu dengan ringan. Setelah mendapatkan izin, dia mendorongnya hingga terbuka dan masuk bersama Klein di belakangnya.

Itu adalah ruang kartu tempat lebih dari sepuluh orang bermain poker Texas.

Seorang pria yang mengenakan rompi hitam dan kemeja putih perlahan berdiri setelah melihat Kaspars dan Klein memasuki ruangan. Orang lain yang sedang bermain kartu berhenti di jalurnya dan tidak mengeluarkan suara.

Dengan sekali pandang, Klein mengerutkan keningnya tanpa terlihat.

Selain pria yang berdiri, dia memperhatikan bahwa semua pemain lain memiliki rasa keanehan yang tak terlukiskan pada mereka. Wajah mereka pucat, dan mata mereka seperti mata binatang buas.

Mengetuk gigi geraham kirinya dua kali, Klein diam-diam mengaktifkan Penglihatan Rohnya.

Otot-ototnya tiba-tiba menegang, dan dia hampir tidak bisa mengendalikan ekspresi karena aura para pemain itu berwarna hitam pekat!

Itu berarti, selain pria yang berdiri, sepuluh lebih orang yang bermain kartu semuanya mati!

Tidak, mereka tidak hanya mati, karena orang mati tidak memiliki warna aura

Ini semua zombie!

Perasaan semakin mendekatinya, dan pria berkemeja putih dan rompi hitam berjalan di depan Klein.

Wajahnya sama pucatnya, dan tampak ada kebencian yang mendalam di matanya.

"Kau pasti Sherlock moriarty, bukan?" 

Mendengar namanya dipanggil secara tiba-tiba Klein mundur dan meleparkan sebuah kartu tarot ke arah Pria Zombie itu.

Tang! Tang! 

Sebua suara besi beradu terdengar dari depannya kemudian dia melihat sebuah tangan tiba-tiba muncul dari belakangnya menembus dadanya namun dia langsung menggunakan Figurine Paper dan berpindah ke sisi lain dan akan segera melakukan Flaming Jump ketika ia melihat bahwa wanita yang muncul dibelakangnya berbicara.

"Tunggu sebentar. Kami hanya ingin mengetestmu saja." 

Setelah mengatakan ini Sharron duduk di kursi dengan para Zombie begitu pula dengan Maric. 

Klein melihat bahwa mereka duduk membuatnya dengan tenang menatap mereka dan berkata,"Apakah Regis ada dibelakang ini?"

Sharron menatapnya dengan tenang dan mengangguk.

"Sepertinya kalian saling mengenal dengan baik." Ucap Maric.

Klein mendecakkan lidahnya kesal dan hanya memutar matanya ketika mendengar pernyataan Maric. 

"Regis ingin kami melindungimu karena sesuatu namun aku tidak tahu detailnya karena itu bisakah kau menjelaskannya dengan lebih detail." Ucap Sharron.

Klein mengelus alisnya dan mengangguk dengan pelan.

'Roselle selalu berkata bahwa para Seer sangat menyebalkan karena sikap misterius mereka. AKU BERPIKIR PARA READER BENAR-BENAR MENJENGKELKAN!' Pikir Klein kesal.

"Aku menduga bahwa orang yang ingin membunuhku adalah bagian kedutaan Intis karena sebelumnya aku telah membunuh seorang kacung Intis. Selain itu aku telah meramalkan bahwa orang yang ingin membunuhku adalah seorang Sequence 5 dari Seer Pathways yaitu seorang Marionettist." Jelas Klein.

"Marionettist? Mereka cukup merepotkan bagi kami seorang Wraith tanpa mengatasi kemampaun Marionet mereka sangat sulit untuk mendekatinya." Ucap Sharron.

"Tidak perlu khawatir soal kemampuan Marionetisnya aku bisa mengatasi hal ini." Ucap Klein tenang.

Bagaimanapun dia masih bisa melakukan beberapa hal menggunakan Sefirah Castle di dunia nyata karena itu mudah untuk memblokir kemampuannya. Sejujurnya setelah ini Klein bahkan akan melakukan gangguan terhadap ramalan Marionettis itu.

Sharron mengangguk dan berkata,"Kalau begitu aku akan menjaga."

...