webnovel

Di Malam Kita Bertemu

Dawn Tail terlempar jauh dari tangan kiriku, ibu mendekat ke arahku dan memukul wajahku dengan tinju yang dilapisi dengan mananya.

Aku terhempas ke belakang lalu aku menciptakan bola seukuran telapak tangan dan menembaknya ke tanah. Tembakan itu setidaknya mendorong tubuhku ke atas untuk menstabilkannya, setelah aku merasakan mana milikku yang berada di Dawn Tail, aku berpindah ke tempatnya.

Aku langsung menyiapkan kuda-kuda dengan Dawn Tail yang ada di tangan kiriku, sedangkan tangan kanan yang masih memegang Sky Slayer aku lemparkan ke tempat ibu berada. Saat Sky Slayer tepat berada di samping kanan ibu, aku langsung bergerak cepat ke arah Sky Slayer dan bersiap untuk menyerang ibu dengan Dawn Tail yang sudah aku lapisi dengan elemen petir.

Ibu mengangkat tangan kanannya yang masih dilapisi dengan mana dan menangkisnya dengan mudah, aku menggerakkan kaki kanan yang masih melayang ke arah ibu sehingga menciptakan gelombang angin yang cukup besar.

Saat gelombang itu sudah reda, aku menyadari bahwa ibu telah pindah di belakangku dengan kedua tangannya yang menciptakan sebuah peluru petir yang seukuran bola basket, dia melepaskan serangannya dengan sangat cepat, itu bukan bola petir biasa.

Aku berada jauh di sudut ruangan tepat di belakang ibu berada, aku menjatuhkan Dawn Tail ke bawah dan menembakkan peluru petir yang sangat banyak ke arahnya.

Saat sebelum peluru itu sampai, keberadaan ibu menghilang dan tiba-tiba muncul di depanku, dia memukul tepat di perutku sehingga membuatku terdorong ke belakang membentur tembok dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.

Ibu langsung berpindah dengan cepat ke arah tengah ruangan. Aku kembali melepaskan mana yang sangat banyak, tadi saat sebelum ibu memukul perutku, aku berhasil melakukannya, teknik kelas tinggi.

Aku ingin mengulanginya sekali lagi, aku melihat ruang kosong di belakang ibu dan memfokuskan manaku ruang itu. Tubuhku langsung berpindah ke ruang yang aku tuju, aku langsung melesatkan pukulan ke arah ibu tapi dia berhasil menghindarinya, saat dia mulai berbalik untuk menendang, aku berpindah ke tempat Dawn Tail berada.

"Pola seranganmu mudah dibaca Light!" Kata ibu dari tengah ruangan. "Saat kamu menggunakan teknik kecepatan, kamu selalu mengincar bagian belakang... Kenapa?!"

Aku mengambil Dawn Tail yang tergeletak di tanah dan memasukkannya ke sarung senjataku, begitu pula dengan Sky Slayer.

Untung saja jam tangan yang dikasih sama ibu tadi cukup untuk melindungiku, jadi aku tidak perlu merasakan rasa sakit saat terkena serangan, walaupun luka yang disebabkannya harus disembuhkan secara manual.

"Karena aku merasa itu adalah titik butanya, jadi aku bisa menyerangnya dengan bebas." Kataku.

"Kenapa cara berpikirmu kuno sekali Light, musuhmu tidak sebodoh itu... apalagi yang dilawannya adalah pengguna petir."

"Terus aku harus bagaimana?" Aku mengikuti ibu yang mulai berjalan ke tepi tembok, dia mengambil sesuatu, sebuah kubus berwarna jingga. Dia menekan sesuatu di kubus itu lalu mengeluarkan cahaya dan membuka melebar yang terbagi menjadi 8 kubus kecil.

"Masuklah kesini terlebih dulu, kubus ini akan menyembuhkan luka-lukamu." Kata ibu, aku menurutinya lalu masuk ke dalamnya. Ada 4 kubus yang melayang di udara, dan 4 kubus berada di bawah, setiap kubus kecil itu merupakan titik sudut untuk sebuah kubus hologram raksasa.

Saat aku melangkah masuk, aku merasakan seperti ada dorongan ringan dan ada sesuatu yang terasa cukup padat tapi tak terlihat.

Partikel-partikel kecil berwarna jingga menempel pada seluruh tubuhku, aliran manaku yang awalnya tenang menjadi bergejolak tak karuan. Aliran itu terasa seperti menghantam dinding kulit bagian dalam, seolah partikel-partikel ini yang menariknya.

Karena jam tangan pemberian ibu yang aku pakai mampu membuatku tidak terlalu merasakan rasa sakit, maka kubus ini setingkat di atasnya, bahkan bisa lebih jauh di atasnya.

Dari saat aku memulai masuk ke kubus, rasa sakit kecil yang aku rasakan mulai menghilang dan berganti menjadi rasa yang hangat. Tubuhku seperti terisi kembali, menjadikannya lebih bugar.

"Sambil menikmatinya," Kata ibuku dari luar kubus. "Aku akan memberikan semua yang aku analisis melalui kubus ini, Pathermu secara otomatis akan menerimanya."

Aku hanya mengangguk. Tidak sampai semenit, aku melihat banyak tulisan yang tersusun satu persatu. Ini berasal dari dalam kepala, Mirach langsung mentransfernya ke dalam otakku.

Otakku dalam sekejap langsung menerima semua analisis yang dikirim, tapi tidak mampu untuk menyimpan sepenuhnya. Aku tahu, aku memang jarang melatih otak.

Inti dari analisis yang aku baca, ada banyak cara untuk memanfaatkan teknik kecepatan. Tidak hanya berpindah ke belakang musuh saja, ada cara yang mampu menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat ke tempat yang akan di tuju.

Ada juga cara yang berpindah langsung tepat di depan musuh lalu menyerangnya, hanya saja ini butuh perhitungan yang tepat, karena jika salah memperhitungkan walaupun itu cuma sedikit, tapi sangat fatal karena musuh biasanya sudah mempersiapkan serangannya.

Tidak hanya itu saja, teknik kecepatan kelas tinggi sangat merugikanku. Karena teknik ini membutuhkan mana yang sangat banyak, untuk pemula sepertiku itu akan sangat merepotkan. Selain itu, teknik ini terlalu beresiko untuk seluruh bagian tubuhku karena mana petir yang aku reaksikan terlalu besar dan banyak.

---

Hari sudah mulai malam, ibu menghentikan latihannya dan menyuruhku untuk beristirahat karena besok adalah hari pertama masuk akademi. Aku dan ibu berpisah di jalan karena dia mau ke pasar terlebih dulu.

Aku pulang ke rumah dengan jalan kaki, sebenarnya bisa saja naik angkutan umum semacam bus atau kereta, hanya saja aku ingin menikmati suasana malam dengan santai.

Tidak ada alasan lain yang lebih baik, aku tahu itu.

Suara kendaraan saling berpadu, lampu-lampu yang menerangi jalanan seakan melawan sinar bulan, warna-warni gedung-gedung pencakar langit yang di mana cahayanya cukup untuk memayungi yang berada di bawahnya, mampu membuat diriku tidak dapat melihat bintang-bintang sepenuhnya.

Walaupun kota ini berada di pesisir, penduduknya banyak yang menjadi pekerja kantoran, bukan nelayan. Kemajuan teknologi yang terjadi di daratan Maurea membuat segalanya menjadi instan.

Segala profesi yang membutuhkan otot sudah digantikan dengan mesin, hanya tersisa profesi yang mengutamakan otak sebagai pekerjaan yang umum.

Bahkan orang-orang yang hidup di jaman ini sebenarnya tidak terlalu membutuhkan sihir atau kekuatan semacamnya. Tapi karena ego demi mendapatkan kebanggaan, mereka membutuhkan kekuatan itu untuk melindungi diri dan mendiskriminasi yang lebih lemah.

Tujuan kehidupan di jaman ini bukanlah uang untuk keberlangsungan hidup, tapi kekuatan dan kebanggaan. Setidaknya itulah mindset yang mereka tanam pada diri mereka. Yang kuatlah yang bertahan.

Seperti yang terjadi di hadapanku ini, di sebuah celah kecil antara dua gedung, aku melihat seorang laki-laki dewasa yang menghajar habis seorang pemuda. Dia melakukannya tanpa menggunakan sihir sama sekalipun, itu berarti pemuda yang dihajar itu masih belum punya sihir, pantas saja dia tidak melawan.

Si orang tua itu melihatku, dia menatapku dengan tatapan yang penuh kepuasan. Tubuhnya terlihat cukup berotot dengan sisa luka goresan di pipi kirinya, dia menunjukku lalu seberkas cahaya berwarna merah muncul dari jarinya, melesat dengan cepat ke arahku.

Saat cahaya itu hampir menyentuh ujung hidungku, tiba-tiba itu meledak dan membakar seluruh area yang berada di depanku.

Orang tua itu menghilang dari hadapanku, lalu aku melihat ke atas dan melihatnya melompat secara zig-zag di antara dua gedung, saat dia mencapai puncak gedung sebelah kiri, dia memandangku sebentar lalu menyeringai, dia mengangkat jari telunjuknya ke bibir, mengisyaratkanku untuk diam.

Aku menyadari maksudnya itu, aku langsung berlari menuju ke arah pemuda yang tergeletak dan menggendongnya. Aku lalu melihat ke atas gedung dan sesaat aku sudah berada di atas. Lalu terjadi ledakan kecil di bawah, untung saja tepat waktu.

Aku langsung menaruh pemuda ini dan mengejar orang tua tadi. Dia lompat dari satu ke gedung yang lainnya dengan mudahnya. Berbeda dengan diriku yang membutuhkan sedikit dorongan dari mana yang aku pusatkan di kaki.

Orang tua itu cukup lihai, dia juga sering menembakkan cahaya merah melalui ujung jari telunjuknya. Tanpa kehilangan keseimbangan aku mampu menghindarinya, aku mengambil Sky Slayer lalu melemparkannya ke arah orang tua itu, dia mampu menghindarinya dengan baik.

Tapi sayangnya, dia masih belum mengerti dengan maksudku. Saat dia memiringkan badannya untuk menghindari Sky Slayer, aku langsung berpindah ke sebelahnya lalu menendangnya dengan sangat keras.

Dia terlempar jauh ke arah samping, saat dia mau menstabilkan keseimbangannya. Aku melempar kembali Sky Slayer ke arahnya, saat tepat aku berada di atasnya, lagi-lagi aku menendangnya yang kali ini dengan kaki yang diselimuti kilatan-kilatan petir.

Orang tua itu terjatuh ke bawah dengan sangat cepat dan menghantam tumpukan sampah di bawahnya. Aku mengikuti arah jatuhnya dengan turun perlahan dengan Sky Slayer yang aku tancapkan ke dinding gedung, Sky Slayer membawaku meluncur ke bawah dengan meninggalkan bekas lubang vertikal di dinding.

Saat sampai ke bawah, aku menyadari orang itu sudah menghilang. Tampaknya dia berlari ke arah jalan utama, aku langsung mengejarnya.

Jalanan utama sangat padat, terjadi kemacetan dari segala arah, mungkin mereka terkejutkan dengan ledakan-ledakan yang terjadi barusan.

Orang tua itu melompati mobil satu persatu, dia menyeberang ke sisi lain dan berbaur dengan keramaian. Aku mengikuti jejaknya dengan meningkatkan indraku dengan bantuan mana.

Aku mendengar suara sirine polisi atau mungkin divisi keamanan, dan bisa saja aku serahkan masalah ini ke mereka. Tapi mereka tidak mengetahui pelakunya, itulah kenapa aku perlu untuk terlibat.

Aku masih melihatnya, dengan jaket hitam dengan tulisan besar dipunggungnya yang mencolok, dia sangat mudah dikenali. Dia masih terus menghindari kerumunan orang-orang dengan cukup santai, karena jika dia tergesa-gesa pasti akan dicurigai.

Aku juga tidak bisa teriak begitu saja bahwa dia adalah pelakunya, tidak semua akan percaya dan akan menjadi blunder bagiku. Teknologi untuk melihat ingatan milik divisi keamanan biar yang membuktikannya.

Aku melihatnya berbelok ke arah lorong kecil lagi, aku mempercepat langkahku lalu berlari mengejarnya. Lorong itu menuju ke sungai buatan yang alirannya menuju ke laut, alirannya sangat deras dan aku yakin dia tidak melompat begitu saja.

Sungai ini terletak di belakang gedung-gedung yang membuatnya sangat sepi dari keramaian. Yang tersisa hanya suara derasnya aliran sungai, dan kegelapan yang disinari dengan cahaya kunang-kunang.

Saat aku sudah mencapai tepi sungai, aku kehilangan jejaknya. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencarinya, tapi hanya kesunyian yang aku dapatkan.

Aku mengembalikan pandanganku ke arah depan dan aku melihat sosok wanita berdiri di tepi sungai yang lain. Di samping kanannya tergeletak orang tua yang sedang kucari itu, tubuhnya penuh dengan luka dengan pakaiannya yang sudah tidak berbentuk lagi.

Wanita itu memiliki rambut panjang berwarna kuning keemasan, bola matanya berwarna biru cerah yang seolah menyerap seluru cahaya yang ada dan memantulkannya kembali, bola matanya mencuri perhatian sehingga cahaya-cahaya lain tidak mendapatkan perannya.

Mengenakan jaket putih bersih dengan dua pola garis horizontal yang melingkari bagian dadanya, dan dua garis vertikal yang terletak di dada kirinya dan melintasi dua garis horizontal tadi, garis-garisnya itu berwarna biru muda yang senada dengan warna bola matanya. Dilengkapi dengan jeans hitam dan sepatu putih yang membuatnya terlihat sangat serasi.

Tatapannya begitu datar yang dilengkapi dengan ekspresi dinginnya. "Dia adalah pamanku, biar aku yang mengurusnya... kau tidak perlu ikut campur!" Teriaknya dari tepi sungai.

Aku ingin berkata untuk melawan kata-katanya, tapi aku tak bisa. Seolah tubuhku dibuat tidak berkutik dengannya, kehadirannya mampu membuatku merasa menjadi kecil, dunia yang aku tatap dari bola matanya sangat luas, aku tidak mampu menjangkaunya, setidaknya untuk sekarang.

Angin berhembus kencang, aku melihat rambut emasnya berkibar ke belakang memperlihatkan leher dan kedua telinganya yang sangat jelas, terlihat lebih indah dan menyeramkan, di leher sebelah kanannya terdapat sebuah tanda seperti lambang bunga atau matahari? Tidak terlalu jelas jika dilihat dari sini.

Karena yang aku tahu, jika ditubuh seseorang ada sebuah tanda, berarti dia adalah hasil dari suatu percobaan.

"Kau melihatnya!" Katanya dengan nada yang cukup keras, "Rahasiakan ini dari siapapun atau aku akan membunuhmu!" Tambahnya.

"Na... namamu?!" Teriakku.

"Kau tidak perlu tahu!"

"Kenapa!?"

"Karena aku tidak mempercayaimu!"

Angin yang berhembus dengan kencang mulai berhenti, kunang-kunang mulai menari di antara kami berdua.

"Karena orang sepertimu... tidak pantas mendapatkan kepercayaanku." Tambahnya dengan nada yang lebih pelan.

Apa yang telah aku lakukan?

"Cloudy."