(Lisidas, tahun 2020)
Dunia adalah tempat yang kejam jika kita melihatnya dari mata seorang anak laki-laki berumur enam belas tahun yang sedang berdiri di reruntuhan tempat yang sebelumnya Ia anggap sebagai rumah. Jenasah kedua orangtuanya masih terkubur di dalam reruntuhan itu.
Nama anak itu adalah Levi.
Hanya Levi.
Ia menatap ke jalan di depan rumahnya tanpa ekspresi di wajahnya, sementara adik perempuannya duduk terisak di atas sisa tembok yang baru saja runtuh beberapa jam yang lalu.
Kedua bersaudara itu dipenuhi debu dari ujung kepala hingga kaki. Bahkan rambut hitam mereka berubah menjadi abu-abu karena tertutup debu.
Levi menoleh ke arah adiknya lalu mengulurkan salah satu tangannya yang berdarah dan dipenuhi luka, beberapa kukunya juga terkelupas karena Ia berusaha menggali reruntuhan batu untuk menyelamatkan kedua orangtuanya.
Levi berhenti mencari setelah menemukan kepala ibunya yang menatap kosong ke arahnya.
"Kim, ayo." ucap Levi dengan suara tanpa emosi.
Adiknya mendongak dengan mata sembab dan merah, entah karena debu atau air matanya.
"Tapi… Ibu… Ayah…" Kim menatap tangan kakaknya selama beberapa saat dengan air mata berlinang sebelum akhirnya menggenggamnya.
Karena bagaimanapun juga hanya Levi yang tersisa dari keluarganya, pikirnya sambil menggenggam tangan kakaknya semakin erat.
***
Bukan gempa bumi biasa yang menghancurkan rumah Levi dan Kim. Gempa bumi barusan adalah isyarat terbukanya pintu portal baru yang menghubungkan dunia ini dan dunia monster… Atau itulah rumor yang didengar kedua anak itu dari orang-orang.
Penduduk Negara Lisidas tidak pernah peduli dengan isu-isu di luar negaranya, mereka terlalu sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lisidas adalah negara termiskin sekaligus terpadat di antara ke-tiga negara besar lainnya.
Di dunia ini keadilan dan kesejahteraan hanyalah untuk orang-orang kaya dan berkuasa.
Tidak ada yang peduli dengan nasib negara kelas bawah yang hidupnya bergantung dari upah hari ke hari.
Mata pencaharian utama masyarakat Lisidas adalah industri dari pabrik-pabrik yang dibangun oleh ke-tiga negara berkuasa yang bergabung dalam serikat negara maju. Hampir sembilan puluh persen dari tiga ratus juta penduduk Lisidas adalah buruh.
Ratusan ribu pabrik dibangun dan tersebar di seluruh penjuru distrik negara Lisidas. Kepulan asap non stop dan limbah mencemari air dan udara setiap distrik, kadang saking parahnya jarak pengelihatan di jalan hanya terbatas sepuluh meter saja.
Penyakit pernapasan adalah hal lumrah di tempat ini, bahkan asma dan paru-paru basah kini masuk ke dalam kategori penyakit orang miskin karena sebagian besar penduduk Lisidas memilikinya.
Serikat negara maju beranggotakan tiga negara.
Yang paling tua dan pertama kali berdiri adalah negara Galatea, yang mengklaim diri sebagai negara suci karena disana lah agama tumbuh paling besar dan pesat.
Galatea dipimpin oleh seorang Saintess wanita yang tinggal di dalam kastil suci, hanya segelintir orang yang tahu nama dan wajahnya karena seumur hidupnya Sang Saintess belum pernah muncul di depan publik.
Lalu diikuti oleh negara Dortmayer yang terkenal dengan pertahanan mereka yang kuat dan pasukan perang yang tidak terkalahkan karena jumlahnya yang mencapai jutaan.
Dortmayer dipimpin oleh Panglima Perang bernama Lars Seville yang sekaligus menjabat sebagai Perdana Menteri negara itu.
Terakhir adalah negara Valdivian yang walaupun kecil tapi dikenal paling kaya karena memiliki beberapa tambang emas dan permata di wilayahnya.
Valdivian dipimpin dengan sistem kerajaan. Raja terakhirnya, Caleidas Valdivian, baru saja naik takhta menggantikan ayahnya.
Walaupun muda Caleidas dikenal karena kebijaksanaan dan skill berpedangnya yang kabarnya hampir seimbang dengan Lars Seville.
Ketiga negara maju itu berserikat setelah portal-portal bermunculan di Pulau Grandia beberapa tahun yang lalu, pulau kecil yang masuk ke dalam teritori negara Valdivian.
Hingga saat ini sudah ada enam portal yang menyebar di seluruh penjuru pulau dan tiap tahunnya ketiga negara itu melakukan ekspedisi ke dalam pintu portal berbentuk gua untuk menjelajahi dunia aneh di baliknya.
Awalnya penjelajahan itu berjalan lancar.
Mereka menyebut perjalanan itu dengan nama Ekspedisi Grandia.
Ratusan wakil dari masing-masing negara ikut serta untuk membawa pulang spesies baru binatang, tumbuhan, batu, dan permata yang tidak bisa ditemukan di dunia manusia. Bahkan obat-obatan baru juga ditemukan berkat ekspedisi itu.
Tapi semakin dalam dan lama ekspedisi itu berjalan semakin banyak hal berbahaya dan mencekam yang harus dihadapi oleh peserta ekspedisi, monster-monster yang belum pernah ditemui manusia mulai bermunculan.
Sejauh ini tiga portal sudah berhasil disegel karena monster yang tinggal di dalamnya terlalu berbahaya. Setiap tahun jumlah peserta ekspedisi yang kembali semakin menurun.
Dari ratusan orang yang ikut serta kini hanya belasan yang berhasil kembali.
Tapi hasil eksplorasi, permata, dan obat-obatan yang diambil dihargai sangat tinggi hingga ekspedisi itu tidak bisa dihentikan begitu saja hanya karena berbahaya.
Sejauh ini ada tiga klasifikasi monster paling berbahaya yang muncul di balik portal-portal di pulau Grandia. Mereka adalah bangsa Golbi, Elpherian, dan Orcus.
Negara Dortmayer mengirimkan paling banyak pasukan untuk melindungi peserta ekspedisi, tapi pasukan Dortmayer tidak selalu bisa melindungi mereka dari serangan monster.
Hanya satu orang rutin mengikuti ekpedisi dan selalu berhasil kembali setiap kali Ia masuk. Tidak ada yang tahu namanya, tapi orang-orang menyebutnya sebagai Ksatria Valdivian.
Saking terkenalnya banyak orang yang membenci si Ksatria, terutama dari pasukan Dortmayer. Mereka menyebutnya dengan nama lain yang terdengar kasar bagi sebagian telinga, si Anjing Valdivian.
Ksatria Valdivian selalu bepergian seorang diri selama ekspedisi, kabarnya Ia adalah pengawal Raja Caleidas yang sangat dipercaya dan diutus langsung oleh Sang Raja untuk mencari artefak-artefak kuno dari dunia di balik portal.
Hingga kini tidak ada yang tahu apa alasan sebenarnya Ksatria Valdivian masuk ke sana.
Si Ksatria selalu mengenakan baju zirah untuk menyembunyikan identitasnya.
Rumor lain mengatakan baju zirah itu adalah hadiah dari Caleidas karena Ia tidak ingin wajah pengawal setianya diketahui lalu direkrut oleh Lars Seville yang secara terang-terangan memang sangat tertarik dengan kekuatan Ksatria Valdivian yang sangat hebat.
Dari ke-empat negara yang disebutkan di atas, negara Lisidas lah yang paling sering ditindas oleh negara serikat.
Peserta ekspedisi juga dibuka bagi penduduk Lisidas, tapi hanya sebagai porter yang membawa beban peserta lain yang lebih penting. Bisa di bilang kasta mereka yang paling rendah di dalam ekspedisi.
Dan sejauh ini belum ada peserta dari Lisidas yang berhasil kembali hidup-hidup.
Biasanya orang-orang Lisidas yang sudah putus asa atau sedang terhimpit hutang yang memutuskan ikut Ekspedisi Grandia, karena mereka digaji cukup tinggi oleh negara serikat.
Walaupun sudah bisa dipastikan mereka akan mati juga di sana.
Seperti yang sudah dikatakan sejak awal, dunia ini memang tempat yang kejam dan tidak adil bagi orang-orang yang tertindas.
Dan Levi hanya salah satunya.