webnovel

Lelaki itu Ternyata Permaisuriku

Shu Xia Ya. Dunia pun tau bagaimana kecantikan tersohor dari gadis belia itu. Tak sedikit pemuda datang silih berganti untuk mempersuntingnya. Tidak semudah itu untuk meluluhkan hati seorang gadis muda. Bahkan Sang Putra Mahkota Shin Ji Yan tergila-gila dengannya. Bukan Xia Ya namanya jika ia tidak bisa untuk tidak menolak sang Putra Mahkota. Bahkan ia merelakan dirinya berubah menjadi seorang lelaki untuk menutupi semua hasrat Putra Mahkota yang ingin menjadikannya permaisuri. Menjadi permaisuri? siapa yang tidak mau. Namun, Xia Ya menolak. Ada apa dengan Xia Ya? dan apakah perjuangan Xia Ya untuk menolak Putra Mahkota yang sangat menjengkelkan dimatanya itu berhasil?

arirarirariraaa · Urban
Not enough ratings
2 Chs

Festival Qing Ming

Shu Xia Ya , gadis manja berambut ikal, hitam, dan, lebat. Siapa juga yang tidak mengenal gadis imut itu. Semua orang yang tidak tau dengan berita kecantikannya bahkan dikatakan biarawan yang bertapa di gua tujuh tahun lamanya. Shu Xia Ya bagaikan berlian yang tersimpan di desa Shuang. Xia Ya, begitu panggilan sehari-hari nya. Paras dan kecantikan Shu Xia Ya seakan menjadi ikon tersendiri di desa Shuang. Banyak pemuda datang silih berganti untuk menjemput hati gadis cilik yang bertubuh molek tersebut. Namun, Xia Ya bukan berasal dari keluarga yang miskin ataupun tidak berpendidikan sehingga mau saja memberikan tubuhnya yang terawat itu kepada siapapun pemuda yang menginginkannya.

***

"Xia Ya, kau dari mana saja?"

"Apa kau tidak ingat hari apa ini?"

"Iya, iya, aku ingat"

" Pergilah sekarang, lihat dirimu belum bersiap-siap sama sekali" wanita itu terlihat sedikit kesal melihat putrinya itu belum bersiap-siap di hari yang sibuk.

"Baik bu, laksanakan" ucapnya tersenyum ringan kemudian berlalu meninggalkan ibunya ke kamar. Baru setelah beberapa jam kemudian dia keluar dengan solekan tipis di wajah putihnya. Rambut ikalnya dilepas menambah kecantikan yang paripurna itu dari wajahnya. Dengan hidung kecil mancung dan mata bulat berwarna coklat, siapapun yang belum pernah melihat mutiara Tahitian yang memiliki harga fantastis itu mungkin akan melihat mutiara itu langsung pada bola mata Xia Ya. Yap, Xia Ya berhasil menjadi wanita tercantik yang terkenal hingga ke pelosok negeri. Kecantikannya begitu mempesona siapapun yang melihat. Gigi gingsul serta lesung pipi menambah estetik saat ia berceloteh ataupun tertawa. Sungguh ciptaannya yang sempurna. Xia Ya sendiri juga memiliki tubuh yang sangat didambakan oleh para pemuda. Dengan lekuk pinggang yang kecil dan payudara serta bokong yang terisi.

Terlalu munafik untuk menyebut Xia Ya tidak seksi ataupun tidak cantik. Hanya orang dengki dan iri saja yang mengatakan demikian.

"Xia Ya, ayo cepatlah bantu ibu membawa semua ini ke dalam keranjang."

" Baik bu."

Rasanya tak pernah sehari saja hidupnya tak diatur oleh sang ibu. Tentu saja semua kecantikan yang diperoleh oleh Xia Ya tidak terlepas dari gen sang ibu, Ming Yu. Ming Yu wanita yang berumur sekitar 40-an tersebut memang memiliki penampilan dan wajah tak kalah cantik dari Xia Ya. Dengan tampangnya, Ming Yu tak pernah mengira umurnya selalu salah jikalau ada orang menebak. Orang beranggapan ia masih berumur 20 tahunan. Kulit putih mulus tanpa keriput satupun di wajahnya berhasil menipu semua orang dengan umur asli Ming Yu. Ming Yu sangat merawat tubuhnya begitupun putrinya yang selain terlahir memang ditakdirkan menjadi gadis tercantik, perawatan turun-temurun dari sang ibu membuat wajahnya semakin kaya.

***

Hari ini merupakan hari tersibuk bagi seluruh keluarga di Tiongkok. Festival Qing Ming merupakan salah satu festival yang wajib diperingati setiap tahunnya. Masing-masing keluarga akan memasak dan menghidangkan berbagai macam makanan china untuk memperingati hari ini. Festival Qing Ming merupakan hari dimana masyarakat Tionghoa melakukan ziarah ke kuburan keluarga baik itu orang tua, leluhur, dan kerabat lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan bersembahyang di makam sambil membawa buah-buahan, kue, makanan dan karangan bunga.

Biasanya Festival Qing Ming jatuh pada tanggal 5 April kalender Masehi. Kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan dan mengenang kepada leluhur atau keluarga yang telah tiada. Biasanya masyarakat juga mempersembahkan makanan, teh, anggur, dupa, kertas perak dan emas sebagai lambang uang.

Di Dinasti Qing, Kaisar Shin Huang dan Permaisurinya Xiao Ji Xian sibuk mempersiapkan berbagai macam acara untuk menyambut festival Qing Ming. Festival ini sekaligus mengumumkan kepada dunia satu-satunya penerus generasi Kaisar yaitu putra mahkota , Shin Ji Yan. Shin Ji Yan menjadi calon tunggal penerus generasi dari kekaisaran. Sebenarnya masih ada adiknya Shin Jing Li. Namun, selain perbedaan usia antara keduanya yang terpaut cukup jauh dan karena kepribadian Shin Ji Yan jauh lebih sempurna untuk menggantikan sang Ayah. Makanya Shin Ji Yan menjadi satu-satunya penerus generasi Kaisar. Selain itu, Shin Ji Yan juga memiliki kepribadian jauh dari keburukan dan kesombongan. Bahkan Shin Ji Yan secara diam-diam sering menyamar menjadi rakyat biasa nan lusuh untuk mengetahui keluh kesah yang saat ini diresahkan oleh rakyat kecil. Tak sedikit Shin Ji Yan menerima cercaan dan cacian pedas tentang kerajaan.

Kemaren, saat ia menyamar ia bertemu dengan mantan pekerja dapur kerajaan. Shang We, bercerita bagaimana dirinya menyediakan masakan yang super banyak untuk kaisar dan permaisuri. Namun, ia dipecat karena satu kesalahan kecil yang tak bisa dimaafkan, ia lupa menyajikan minuman kesukaan pangeran Shin Jing Li. Pangeran Shin Jing Li, tidak akan mau makan jika tidak dibuatkan minuman kesukaannya. Kebetulan saat itu semua tanggung jawab memasak dipegang oleh Shang We. Akibatnya Shang We diberhentikan dari istana. Shang we mengadukan semua itu kepada orang yang baru ia kenal. Ia tak sadar sedikit pun jika ia sedang berhadapan dengan putra mahkota sendiri. Shang We tidak merasa ragu bercerita bagaimana kejamnya pihak istana memperlakukannya dengan tidak adil. Ia bersumpah untuk mendoakan agar istana juga dirundung masalah layaknya mereka memperlakukannya.

"Uhukkk uhukk.." Shin Ji Yan terbatuk mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Shang We.

"Apa? Apa tadi ibu bilang?"

"Iya semoga saja istana juga mendapat masalah,semacam diserang atau putra mahkota tidak akan pernah menemukan permaisurinya seumur hidup." ungkapnya tanpa rasa bersalah.

"Ah aku rasa itu tidak adil, istana kan hanya memecat seorang pekerja dan buktinya ibu juga memperoleh banyak pesangon dari kerajaan. Lagian kalau istana mendapat masalah tentu saja negeri ini juga akan kacau nantinya. Kalau masalah permaisuri sendiri sepertinya putra mahkota belum berminat untuk mencarinya dan kalau dipikir-pikir siapa juga yang tidak mau menjadi permaisuri putra mahkota yang akan menjadi kaisar yang gagah perkasa itu." Jelasnya panjang lebar tak mau kalah.

"Eh anak muda, tau dari mana saya mendapat banyak pesangon? Saya belum bercerita masalah itu dari tadi"

"Ah bu-bukannya setiap pekerja yang berhenti atau diberhentikan dari kerajaan akan diberi pesangon yang banyak? Aku mendengar beberapa cerita yang sama dari mantan pekerja istana selain dirimu" ucapnya sedikit panik takut Shang We mulai mencurigai Shin Ji Yan.

"Oh begitu, memang tapi hati ini tetap sakit dibuatnya. Saya telah bertahun-tahun mengabdikan diri kepada istana. Saya rela tidak menikah dan menjauh dari keluarga. Ah, jika saja tau hidup saya akan berakhir menjadi sebatang kara begini saya tidak akan mau memilih menjadi pekerja istana dulunya." Ucapnya dengan nada yang perlahan mulai menurun.

Ia mulai mengalihkan pandangannya dari pemuda tadi ke depan memandang keramaian sambil menatap jauh. Entah apa yang dipikirkannya saat ini terlihat ada sedikit penyesalan disemburan matanya.

Tak ingin terlibat lebih jauh. Shin Ji Yan berpura-pura seperti ada keperluan mendesak.

"Besok saya kesini lagi dan akan saya bawakan oleh-oleh yang banyak atas cerita tadi"

"Baiklah anak muda, berhati-hati lah kapan-kapan akan saya buatkan masakan istana untukmu" Ucap Shang We dengan senyum tipisnya

"Wah, baik saya akan sangat senang. Terimakasih" Ungkapnya kemudian pergi.

Shang We merasakan ada sedikit kehangatan setelah ia melepas semua keluh kesahnya tadi. Ia bahkan dengan senang hati menawarkan masakan istana kepada pemuda tadi. Padahal Shin Ji Yan hampir tiap hari memakan masakannya di Istana.

Pasti dia akan kagum dengan kemampuan masakku. Batinnya.

Shang We merupakan satu dari seratus koki di dapur istana. Ia menjadi seorang koki dari umur 21 tahun hingga umur 54 tahun. Wajar saja istana memecatnya, dengan umur yang sudah semakin tua membuatnya menjadi lupa beberapa tanggung jawabnya. Lagian tenaganya juga semakin berkurang untuk mengatur masalah dapur yang memakai tenaga yang cukup besar.

***

"Acara akan dimulai beberapa menit lagi, dimana Ji Yan?" Tanya permaisuri panik.

Jing Li yang telah lama mengetahui kebiasaan si kakak berpura-pura berpikir untuk menjawab kepanikan dari sang ibu.

"Sepertinya kakak tadi berburu, tadi saya melihatnya keluar dengan alat berburu"

"Dengan siapa dia pergi? Tadi ibu sudah lihat pengawal putra mahkota, mereka berkumpul di istana tadi"

Jing Li memutar otak berusaha melindungi sang kakak yang hampir beberapa kali mengancam nyawanya.

" Mungkin dia sedang tidak butuh pengawal " Ucap Jing Li tanpa mengetahui apa konsekuensi dari perkataannya yang ringan tadi

"Apa! Apakah dia tidak tau, ini hari apa. Ini hari pengumuman calon Kaisar. Dia dilarang berpergian jauh. Itu bisa membahayakan nyawanya sendiri."

"Pengawal!!!" Panggil permaisuri panik

"Ada apa permaisuri"

Zwang Gai sebagai kepala pengawal kerajaan hadir menyanggupi perintah permaisuri dan mulai mengumpulkan anggotanya hanya dalam beberapa detik. Seratus ribu pengawal dikerahkan untuk mencari Putra Mahkota. Semua memencar ke segala penjuru. Ini merupakan tugas kerajaan. Mereka harus menemukan Putra Mahkota dalam keadaan hidup kalau ingin hidupnya selamat juga.

Sementara itu, di istana semua orang mulai panik. Harusnya acara sudah dimulai sejam yang lalu. Tak biasanya Putra Mahkota pulang terlambat untuk menghadiri acara besar. Biasanya untuk acara tidak penting pun Shin Ji Yan selalu datang tepat waktu dan tidak pernah mengecewakan Ayah.

"Harusnya dia tidak boleh berpergian dalam keadaan seperti ini, aku mendengar ada kekacauan di negeri sebelah."

Kepanikan mulai terlihat diwajah Kaisar Shin Huang. Ia mengambil nafas panjang sebelum ia menghembuskannya lagi dengan tempo yang cepat.

"Tenanglah, pengawal sedang berusaha mencari. Semoga saja semua aman terkendali" Xiao Ji Xian berusaha menenangkan Kaisar sambil mengusap dada keras sang kaisar.

"Jing Li, tetap duduk disini jika kakak mu tidak kembali, kaulah yang menggantikankan aku"

"Jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan, kita belum tau kabar Ji Yan." ucap permaisuri menenangkan.

Menjelang malam masih belum ada kabar dari Putra Mahkota. Akhirnya dengan segala pertimbangannya. Kaisar menunda hingga esok. Jikalau Ji Yan tetap tidak kembali maka terpaksa Jing Li yang menggantikannya.