webnovel

Chapter 1 Kelahiran seorang putra

Tahun ke 600 kalender suci umat manusia bulan ke 5 tanggal 14, suara tangisan terdengar dari rumah kediaman seorang Earl, Earl Edward, istrinya sudah mengandung selama sembilan bulan dan ini adalah masa untuk dia melahirkan, dua orang tabib sudah dipanggil, dan sudah beberapa menit, Earl itu berada disamping istrinya yang sedang berusaha melahirkan.

"Nyonya sebentar lagi bayinya keluar"

"Terus berusaha Nyonya"

"Kalian mudah, karena kalian tidak sedang melahirkan"

"Sayang terus"

"sakit sekali"

Keringat terus bercucuran keluar dari kening istrinya, Earl keluar untuk mengambil handuk, langit mulai mengelam, sesuatu sedang terjadi, hujan akan turun, suara petir dan guntur mulai berbunyi, si Earl yang terkejut menjatuhkan salah satu gelas kaca yang ia pajang didekat kamar dimana dia menyimpan handuk.

"bikin terkejut saja"

"nampaknya hujan akan sangat deras, aku harap para tabib itu mau menginap"

Disaat dia hendak keluar dari ruangan itu, entah kenapa dia berhenti untuk kesekian kalinya, dia melihat lukisan keluarganya, dan dia berkata.

"aku harap sesuatu yang buruk tidak terjadi"

Dia kembali kedalam ruangan untuk mengelap keringat istrinya, namun kedua orang tabib itu sudah keluar dari kamar, mereka tidak berkata apa apa, mereka hanya saling memandang, entah apa yang terjadi didalam kamar.

"bagaimana istri dan anakku"

"yang sabar Earl Edward"

"apa maksudmu"

Earl segera melempar handuk itu dan masuk kedalam kamar, dia melihat seorang bayi yang diletakan disamping istrinya, anak yang sangat tampan, walaupun masih bayi, namun semua orang akan tahu bahwa anak itu sangat tampan sama seperti ayahya, namun hanya satu yang kurang yaitu, anak itu tidak sedang menangis, Earl yang merasa terpukul itu mendekati anaknya namun anak itu tidak menangis atau bergerak.

Anak yang baru dilahirkan sudah dalam keadaan mati, Earl yang tidak kuasa, bersujud dan menangis dengan sangat, meratapi anak yang baru dilahirkan itu sudah dalam keadaan mati dan kaku, tangisan dan erangan dari Earl mengema diseluruh rumah, kedua tabib itu ada didalam kamar itu untuk menenangkan Earl itu.

"istriku, aku baru ingat, bagaimana dia, bagaimana istri tersayangku"

"dia........"

"dia.........."

"kenapa dengan kalian"

Earl segera menghampiri istrinya, yang sedang dalam keadaan diam, dan tersenyum dengan sangat senangnya, Earl itu segera menyapa istrinya itu.

"sayang sabar ya, anak kita, anak kita"

Dia berusaha dibangunkan, tangannya berusaha digerak gerakan oleh Earl, supaya istrinya bangun dari tidurnya, namun setelah beberapa menit, istrinya juga belum kunjung bangun dari tidurnya.

"dia koma ya tabib"

"bukan"

"saya harap anda yang sabar ya Earl Edward"

Untuk kedua kalian Earl itu kembali tersujud dan menangis, tangisan yang sangat, matanya sudah memerah dan air mata sudah tidak keluar, namun dia masih dalam keadaan berduka, dalam sehari dua orang yang paling dia cintai sudah tidak bersamanya lagi, putra yang selalu dia idam idamkan sudah dalam keadaan kaku, dan istri yang paling dia cintai sudah tidak bersamannya.

"Earl Edward, bangunlah biar saya buatkan teh hangat"

"biar saya membawa Earl ke kamar lain, agar bisa beristirahat"

"tidak, saya ingin dimari, saya ingin bersama dengan istri dan anak saya, saya yakin mereka akan bangun sebentar lagi"

Kedua tabib itu pergi keluar, yang satu sedang didapur untuk menyiapkan teh hangat dan beberapa makanan, sementara yang satu merapihkan kamar, yang seharusnya untuk anak yang baru saja dilahirkan.

(Sudut pandang Tabib 1)

Aku cukup kasihan dengan Earl Edward, dia baru saja berharap bisa memiliki keluarga yang lengap, namun dia sudah ditinggal meninggal oleh istri dan anaknya, kini aku sedang merebus air untuk membuat teh, aku mencari cari gula dan cangkir dari dapur, mataku tertuju pada langit yang sudah menghitam, hujan sebentar lagi turun.

"sepertinya langit juga sedang dalam keadaan berduka, sama seperti Earl"

Lamunanku segera hilang setelah mendengar cerek yang aku pakai untuk memasak air segera berbunyi, aku segera menuang air panas itu untuk menyeduh daun teh, sembarin menunggu air berubah warna, aku mencari makanan dari lemari penyimpanan.

"bahkan dia sudah menyiapkan makanan untuk bayi itu"

Aku menemukan beberapa prodak makanan untuk bayi dan juga beberapa alat mandi untuk bayi itu, air mata tak kuasa keluar dari mataku, sudah sering kali aku melihat ibu yang meninggal disaat melahirkan, atau bayi yang terlahir dalam keadaan mati, namun kali ini benar benar membuat aku menangis.

"gawat, aku harus segera keatas"

(Sudut pandang Tabib 2)

Aku sedang didalam kamar, kamar yang tidak terlalu jauh dari kamar dimana Earl sedang dalam keadaan berduka, aku segera menyalakan lilin untuk menerangi kamar itu, ada sebuah kasur yang dipagari, jelas itu kasur untuk bayi yang akan lahir, aku segera merapihkan kasur itu, agar Earl bisa beristirahat, namun mataku tertuju pada langit yang menjadi gelap.

"hujan kah, sebaiknya aku menginap dan mengajak tabib lainnya juga menginap, mustahil kami akan pulang hari ini"

Aku segera merapihkan kasur dan membersihkannya agar nyaman, aku juga menata bantal dan boneka, dari apa yang aku lihat sepertinya si mendiang ibu ingin anak perempuan, bisa dilihat dari jumlah boneka ini, namun si Earl menginginkan anak laki laki, suara petir segera menghilangkan lamunanku.

"kencang sekali petir itu"

Tanpa aku sadari air mataku mulai keluar dari mataku, sepertinya seberapa keras aku berusaha untuk tidak menangis, namun akhirnya aku juga menangis.

(Sudut pandang Earl Edward)

Aku masih didalam kamar dan masih berduka, aku meletakan putraku disamping mendiang istriku, aku melihat mereka sama sama tersenyum, namun aku masih tidak bisa tabah menerima apa yang terjadi. Aku mengerang dan menangis, seakan mataku hendak keluar dari tempatnya, aku berharap istri dan anakku kembali hidup.

Aku mendengar suara tangis dari seorang, aku segera mengelap air mataku, aku melihat cahaya keluar dari celah awan hujan, dan menyinari jasad anakku, dan anak itu menangis sekali lagi, seakan anak itu mengatakan silau, aku segera mengangkat anak itu dan menenangkannya, anakku hidup kembali, ini merupakan berkat dari Tuhan, anakku yang mati telah hidup kembali.

"nama ya, apa namamu nak"

"benar juga namamu adalah hope"

Harapanku sudah hilang sejak anak dan istriku meninggal, namun sekarang anakku hidup kembali, begitu juga dengan harapanku yang hilang kini hidup kembali, aku melihat isriku yang masih terbujur kaku.

"sayang, anak kita hidup, namanya hope, aku akan merawatnya, kau beristirahatlah dengan tenang"

Aku tidak akan menikah, aku akan merawat anak ini sebagai seorang orang tua tunggal, aku akan menanggil seorang wanita untuk menyusui anakku.

(Sudut pandang kedua Tabib)

Setelah merapihkan kamar dan membuat teh, kedua tabib itu hendak kembali kekamar si Earl, mereka berhenti didepan kamar itu, mereka tidak ada yang bisa saling memandang.

"bagaimana kalau kita menginap, hujan sepertinya mau turun"

"benar, kita bisa menenangkan Earl jika kita dimari"

"ayo masuk"

Disaat kami hendak masuk, kami mendengar suata tangis dari dalam kamar, bukan tangisan dari seorang pria, namun tangisan dari seorang bayi, kami segera memandangi satu sama lain, dan berusaha membuka pintu itu, kami melihat Earl sedang menggendong bayi yang sebelumnya kaku, kini menangis.

"mujizat"

"benar, lihat langitnya juga"

Awan mendung segera beranjak pergi, seiring anak itu bangun dari kematiannya, ayahnya yang sebelumnya menangis karena berduka, kini menangis karena bahagia, namun si ibu masih dalam keadaan tidak bernyawa, sepertinya si Earl sudah sangat tabah menerima, kematian istrinya.

"namamu hope"

Kami setuju dengan nama yang dia berikan kepada putranya, kami segera meminta anak itu untuk melilitkan kain agar bayi itu tidak kedinginan, dan menyiapkan teh dan makanan agar tenaga Earl itu tembali pulih karena sudah sangat lama menangis.

"cup cup cup, anak manis jangan nangis"

"tabib, apakah kalian mengenal seorang wanita yang mau aku suruh untuk menyusui anakku, aku akan membayarnya"

Kami kaget dengan apa yang kami dengar, seorang inang susu, memang apa yang diperlukan oleh anak ini, karena ibunya akan dikuburkan sebentar lagi, maka seseorang harus menyusui anak itu.

[catatan: inang susu, adalah seseorang wanita yang menyusui anak orang lain]

"kenapa anda tidak menikah lagi saja dengan seorang janda yang sudah memiliki anak, dengan begitu dia pasti mau menyusui anak itu"

"aku tidak akan menikah lagi, cintaku hanya untuk istriku, aku akan membesarkannya sebagai orang tua tunggal"

Kami melihat tekat yang ada dimatanya, ia sudah tabah dengan keadaanya, dan dia sudah menerima apa adannya.

"jika anda tidak keberatan, bagaimana jika saya yang menjadi orang yang menjadi inang susu bagi anak ini"

"saya juga bersedia mengajar anak ini nantinya, jika anda berkenan"

Kami satu paham, kami berdua yang menjadi tabib, menjadi satu paham, kami ingin membesarkan anak ini, karena akan sangat menyakitkan bagi seorang anak tumbuh tanpa kasih sayang yang komplit dari kedua orang tua.

"baik, saya menerima tawaran baik kalian"

Sehari setelah meninggalnya istri Earl Edward, dia mengadakan upacara pemakaman untuk mendiang istrinya, istrinya dimakamkan di halaman depan rumahnya, dibawah pohon apel, dimana dulu istrinya sangat suka duduk disana dan meminum teh, disana di pilih oleh Earl Edward sebagai tempat peristirahatan terakhir istrinya.

Semua orang kenalan dari mendiang istrinya datang, begitu juga dari sanak saudara istri dan dia, jumlah yang berkumpul hampir 30 orang, kebanyakan orang masih tidak percaya dengan apa yang menimpa Earl Edward, namun mereka bersyukur karena anak yang dikandung masih hidup, mereka melihat Earl Edward sedang berdiri disamping peti mati istrinya.

Anak dari Earl Edward sedang bersama salah satu tabib yang sedang berdiri di sisi satu lagi dari peti mati, sementara satu tabib lagi sedang berdiri dibarisan paling belakang, Pendeta datang dan upacara pemakaman dimulai, Pendeta mulai membuka upacara pemakaman, Lagu rohani berkumandang, dan para pelayat mulai menangis, setelah lantunan lagu rohani selesai, peti mati mulai diturunkan kedalam lubang, Earl Edward sempat mencium kening istrinya untuk terakhir kalinya, dan Hope masih sempat memegang tangan ibunya.

Setelah peti mati diturunkan, tanah mulai menimbun peti itu, dan upacara pun selesai, para pelayat mulai pulang kerumah masih masing, setelah para pelayat pulang, Pendeta menghampiri si Earl untuk menyemangati dia, setelah percakapan singkat, Pendeta meminta izin untuk pulang. Hari mulai siang, pemakaman usai, salah satu tabib mulai memasak makan siang, karena dia tidak memiliki suami atau anak, sementara tabib yang lain sedang menyusui anak itu, tabib itu sudah punya anak, namun suaminya meninggal karena serangan monster, dan anak anaknya sudah berkeluarga.

"aku ucapkan terima kasih para tabib"

"sama sama"

Tabib itu membawa masuk anak itu kedalam rumah, sementara Earl masih menciumi batu nisan mendiang istrinya, waktu berlalu dan Earl masuk kedalam rumah, Earl Edward melihat anak itu sudah dalam keadaan tidur setelah menyusu di pelukan salah satu tabib, sementara tabib yang lain membawa makanan yang dia masak kedalam ruang makan, agar mereka bisa mulai makan.

Suasana hening selama makan itu tidak bisa dihindari, namun semuannya itu pecah saat anak itu bangun dan menangis.

"anak yang kuat"

"aku harap anakku akan menjadi kesatria"

"anda tidak kawatir"

"aku dulu hanya orang biasa, karena jasaku melawan monster,Raja menganugrahkan kepadaku gelar bangsawan Earl, aku akan memasukkannya kedalam sekolah Pangeran sungai, dia akan sangat bagus dalam mengayunkan pedang panjang tanpa tameng sama sepertiku dan yang lain"

"pantas saja aku melihat ada pedang sangat panjang dilantai bawah tanah"

"itu adalah pedang lamaku, aku mendapatkannya dari pedang legendaris peninggalan pendiri sekolah Pangeran sungai"

Sekolah Pangeran sungai didirikan oleh Pangeran sungai pertama, dia mendapatkan pedang yang sangat panjang menyerupai cambuk, ada alasan kenapa disebut Pangeran sungai, karena pedang itu berasal dari air sungai Elder El, sungai yang sangat tua, setiap tahun saat kelulusan tiba, para murid akan mendatangi sungai itu untuk mengambil airnya guna membuat pedang, namun pedang mirik Earl Edward berbeda, karena air yang digunakan berasal dari air yang keluar dari pedang Pangeran sungai pertama, Earl sempat di calonkan sebagai Pangeran sungai ke 17, namun karena tidak bisa mengayunkan pedang Pangeran sungai pertama, dia dinyatakan gugur, dan orang lain menjadi Pangeran sungai.

"apa kau masih memakainya.?"

"tidak, aku akan mewariskannya ke anakku"

"bayi ini masih belum bisa mengayunkan pedang, anda dengar Earl.!"

"saya juga tahu, saya akan mengajarkan dia saat usiannya 6 tahun, dan jika dia tidak mau maka dia bebas memilih jalannya"

"itu keputusan yang tepat Earl"

Pedang dengan panjang hampir 12 meter itu menyerupai cambuk sangat lentur dan sangat kuat, bahkan tidak bisa dipatahkan, dan memiliki warna biru muda, pedang itu terpajang dengan sangat rapih dan sangat terjaga, disekeliling pedang itu ada tong berisi pedang dan gada serta tombak dan tameng, dan beberapa bahan makanan, setelah makan Earl menggendong anak itu kedalam ruangan bawah tanah untuk memperlihatkan pedang yang dia miliki dulu.

"bagaimana pedang milik ayah, Hope"

"kau masih belum bisa berbicara ya, maaf ayah lupa, namun dia akan menjadi patnermu nanti anakku"

"ayo kita kembali sebelum tabib marah sama ayah"

Ketika Earl berbalik untuk kembali keruangan atas, dia terdiam, karena kedua tabib itu sudah turun keruangan bawah tanah, dengan menyilangkan kedua tangan mereka, didepan dada mereka, urat mulai keluar dari dahi mereka, menandakan mereka marah, sangat marah.

"Earl Edward, apa yang kau lakukan dimari"

"tidak ada, iyakan nak"

"jangan bohong, jangan bawa masuk seorang bayi kedalam gudang, itu tidak baik untuk pertumbuhannya, ditambah disini anda menyimpan tong berisi anggurkan.?"

"iya"

Walaupun Earl Edward adalah kepala rumah disana, namun dia kalah kuasa jika dibandingkan dengan kedua tabib yang membawa anaknya keluar dari ruangan itu.

[Komentar penulis: bagaimana dengan cerita saya yang satu ini, para pembaca yang baik, doakan saya banyak ide dan sehat serta cepat mendapat kerja ya, agar saya bisa membuat banyak cerita, dan jangan lupa komentar serta memberikan dukungan kepada penulis ya, agar saya semangat, ok pada pembaca yang baik]

jangan lupa komentar dan kasih batu kuasa ya :)

mitoscreators' thoughts