webnovel

Anak yang Menginginkan Perman

Editor: Wave Literature

Gu Jingxing berhenti di pintu masuk toko tembakau dan minuman keras. Lalu, ia berkata pada Song Ran, "Ayahmu minum anggur. Aku akan membeli dua botol anggur dan membawanya untuk ayahmu."

Song Ran menarik tangan Gu Jingxing, "Kau tidak perlu membeli apapun. Aku... Aku dulu sangat bodoh dan sembarangan menghabiskan banyak uangmu."

Gu Jingxing menatap Song Ran dengan tulus dan berkata, "Itu bukan sembarangan menghabiskan uang. Kau hanya mengikuti standar hidupmu. Tidak masuk akal untuk tetap bersamaku dan membuatmu menghemat uang. Xiaoran, jika itu masih dalam kemampuanku, aku akan membuatmu menjalani hidup yang terbaik."

Hati Song Ran benar-benar tersentuh dan air matanya tanpa sadar menetes. Ia tiba-tiba berjongkok di lantai dan menangis tersedu-sedu. Gu Jingxing pun panik sehingga ia segera berjongkok ke samping Song Ran, meraih wajahnya, dan bertanya, "Xiaoran, ada apa denganmu?"

Song Ran menangis merintih dan berkata dengan lirih, "Bagaimana bisa aku membuatmu memperlakukanku dengan sangat baik? Aku tidak pantas. Huuuhuhuhu… Aku sangat-sangat tidak layak!"

Gu Jingxing menyeka air mata Song Ran dengan sedih dan membalas, "Gadis bodoh. Kata-kata konyol apa yang barusan kau katakan?"

Song Ran terus berjongkok di lantai dan menangis untuk sementara waktu. Para pejalan kaki melirik. Bahkan, seorang bibi yang ramah berjalan maju ke arah mereka dan menepuk pundak Gu Jingxing. "Apakah ada makanan yang diinginkan adik perempuan itu yang tidak kau belikan? Segera belikan untuknya. Aku lihat tadi dia menangis."

Song Ran tertawa kecil. Bibi, ketika aku masih kecil, aku bisa meraung-raung dan berguling di lantai jika aku tidak mendapat permen yang aku inginkan, batinnya. Song Ran cepat-cepat menarik Gu Jingxing ke toko tembakau dan minuman keras di belakangnya, sementara bibi itu menggelengkan kepalanya di belakang mereka. "Kakak ini tidak baik. Adiknya meminta, tapi kakaknya tidak membeli apapun untuk waktu yang lama."

Di toko tembakau dan minuman keras, mata Gu Jingxing menyapu setiap rak dan kemudian tertuju pada salah satu paket yang lebih bagus. Ia pun bertanya pada penjual, "Berapa harga Luzhou Laojiao itu?"

"Sepuluh dolar per botol," jawab penjual.

Gu Jingxing menjilat bibirnya dan mengangguk, "Baiklah, ambil ini dan ambil dua botol."

"Berapa harga sebotol Hangzhou Zhuyeqing?" tanya Song Ran.

"Oh, ini? Ini dua dolar per botol."

"Kami mau Hangzhou Zhuyeqing, dua botol."

Si penjual melirik Song Ran dan memberitahu, "Adik perempuan, Luzhou Laojiao rasanya lebih lembut dan harganya sama dengan kualitas barangnya."

Gu Jingxing ikut berbisik di telinga Song Ran, "Jangan membeli yang terlalu biasa untuk ayahmu."

Song Ran menatap penjual sambil tersenyum dan berkata, "Kami mau beli dua botol Hangzhou Zhuyeqing, terima kasih."

Penjual itu merasa aneh dan berkata, "Gadis kecil itu tidak tahu barang bagus."

Song Ran tersenyum dan membalas, "Apakah produk ini buruk? Mengapa Anda menjualnya jika itu tidak baik?"

Penjual itu kehilangan kata-kata setelah mendengar Song Ran. Ia tahu bahwa gadis kecil ini memiliki karakter yang kuat sehingga ia hanya bisa bergegas mengambilkan dua botol Hangzhou Zhuyeqing pada mereka. Kemudian, Song Ran menarik Gu Jingxing pergi. Gu Jingxing melihat Zhuyeqing di keranjang belanjaan di tangannya dan bertanya dengan tidak yakin, "Apakah ayahmu menyukai anggur ini?"

Song Ran melambaikan tangannya dan menjawab, "Ayahku bukan orang yang sombong. Tidak apa-apa ketika hadiah yang diberikan sangat ringan, tapi kasih sayang yang diberikan sangat dalam."

Song Guoqing benar-benar orang yang sangat kuat. Ia tidak suka pilihan menantu yang diperkenalkan oleh saudara iparnya. Calon menantu itu adalah anak laki-laki miskin dari pedesaan yang juga bekerja di lembaga penelitian. Jika calon menantu itu bisa sampai ke posisi tertinggi tapi tidak punya banyak uang untuk menjadi direktur Institut, bisa dibilang tidak ada hal baik yang enak didengar.

Gu Jingxing dan Song Ran meninggalkan koperasi dan mulai berjalan menuju ke Tianzifang. Selama perjalanan, Gu Jingxing terus bertanya pada Song Ran. Apakah ia panas atau tidak dan lelah atau tidak. Apakah ia masih kuat berjalan karena jika tidak, ia bisa menggendong Song Ran. Tumit Song Ran sakit, tapi hatinya merasa berbunga-bunga. "Tidak lelah, tidak lelah, tidak lelah sama sekali," tolak Song Ran.

Gu Jingxing mengangkat tangannya dan melipat dua daun aspen besar untuk menutupi kepala Song Ran. "Katakan padaku jika kau lelah," katanya.

"Ya, aku tahu," jawab Song Ran.