27 dave.pov

karena kejadian malam itu, banyak hal yang perlu kuurus hingga jarang di rumah, tidak masalah bagiku sebenarnya. tapi tidak bagi gadis bodoh itu. dia sangat kesal denganku, bahkan kemarin dia sampai marah dan menangis. saat ini dia sedang memasang muka cemberut dan sepertinya akan bertahan sangat lama.

"ini urusan penting ra, aku gak bisa ninggalin gitu aja" jelasku, dalam selama beberapa hari ke depan aku harus keluar kota dan mengurus beberapa hal, tidak akan selesai dengan cepat kalau hanya mengandalkan diego. urusan yang di sini biarlah rosa yang bertanggung jawab, dia bisa diandalkan.

"makanya aku ikut keluar kota, boleh ya...." pinta clara sambil bergelayut pada lenganku dan mengedip-ngedipkan matanya sok imut.

"gak boleh, kamu cuma akan ganggu urusanku aja kalo ikut" ujarku, clara mendorong lenganku, wajahnya menunjukan raut kesal.

"emangnya apa yang bisa aku lakuin sampe bisa ganggu kamu? palingan aku cuma tiduran di hotel atau jalan-jalan sendiri, apa itu ganggu kamu?" protesnya. aku mengacak-acak rambutku frustasi, dia benar-benar tidak paham dengan keadaan saat ini.

"denger, bukannya aku gak mau ngajak kamu keluar kota, tapi sekarang bukan saatnya buat jalan-jalan santai gitu, aku cuma gak mau ambil resiko bahayain kamu kalo tiba-tiba ada kejadian kaya malam itu. lain kali, kalo semua masalah udah beres, aku akan ngajak kamu kemana pun aku pergi, gimana?" bujukku. jujur, aku bukan tipe orang yang suka membujuk dengan lembut seperti ini, tapi menurut diego aku harus memperlakukan clara dengan baik agar semua berjalan lancar, setidaknya untuk saat ini.

mendengar perkataanku clara terlihat lebih baik meskipun masih tampak sedikit kesal, dia melipat kedua tangannya.

"tapi aku bosen disini, gak punya kegiatan lain, tiap hari cuma nganggur gak ada kerjaan, setidaknya kamu ngasih aku kegiatan atau kerjaan apa gitu kek yang kira-kira bisa aku lakuin diluar vila" ujar clara, memangnya orang seperti dia bisa melakukan apa? tidak mungkin kan aku menyerahkan bisnisku padanya selama beberapa hari? yang ada aku akan mengalami kerugian besar karena menyerahkan bisnis pada orang bodoh seperti dia. atau barang kali dia memang bisa diandalkan untuk mengelola salah satu bisnisku?

"kamu mau kerjaan apa?" tanyaku.

"apa aja, yang penting aku bisa keluar dari sini" ujar clara. baiklah, sepertinya dia tidak akan keberatan jika kupasrahkan salah satu hotel atau penginapan di dekat sini padanya.

"ok, aku akan ngasih kamu satu kerjaan, tapi kamu harus bekerja dengan baik, gimana?" tawarku, wajahnya berubah sumringah.

"iya-iya, apa kerjaannya?" tanya clara sambil menggenggam tanganku erat.

"kamu tau, di deket perkebunan sayur milik warga itu ada hotel kecil, yang catnya hijau pudar itu. itu punyaku, kamu bisa ngurus itu selama aku pergi, eh gak, selama apapun yang kamu mau, udah ada dua pengurus vila disana, silakan kamu jadi bos mereka, lakuin apapun yang kamu mau, tapi jangan buat kacau, gimana?" ujarku.

"kya...!" clara menjerit keras, suaranya menyakitkan telingaku.

"untuk pertama kalinya dalam hidupku aku punya kerjaan dan dikasih tanggung jawab sebesar ini, yei....!!!" teriak clara sambil melompat-lompat kecil senang. sumpah, dia benar-benar seperti anak kecil.

"gak usah lompat-lompat norak kaya gitu" ujarku. clara berhenti melompat dan menatapku dengan tatapan sinis yang lucu.

"biarin sih, gak tau orang bahagia aja, eh btw.... kapan aku bisa mulai kerja?" tanyanya.

"em.... besok aku akan anter kamu dulu sebelum pergi, pulangnya biar dijemput rosa sama ratih" ujarku, dan tiba-tiba saja raut muka clara berubah gelap.

"kenapa muram gitu?" tanyaku.

"gak papa, bukan masalah besar kok, gak perlu dipikirin" kata clara sambil berjalan membelakangiku dan dusuk di sofa.

"ya udah kalo emang gak penting aku mandi dulu" kataku sambil melepas kemejaku.

"hei! apa aku perlu ngajarin kamu kalo cewek omong gak papa, artinya dia kenapa-kenapa?!" seru clara sambil menatapku kesal. ya ampun.... dia kenapa lagi? kenapa sulit sekali menghadapinya?

"kamu kalo omong yang jelas, ada masalah apa enggak? aku gak ngerti kalo kamu omong dibolik-balik kaya gitu, langsung ke intinya, kenapa tiba-tiba muram gini?" tanyaku sambil duduk di sofa lain. dia melirikku sekilas.

"aku.... aku cuma mau tanya,mbak rosa itu.... gak ada hubungan apa-apa sama kamu kan?" tanyanya terlihat malu.

"maksudnya?" tanyaku tidak mengerti arah pembicaraannya.

"gak jadi, gak usah dipikirin, gak penting" kata clara lalu bangkit, sepertinya aku mulai paham apa yang ingin dia ketahui, segera kutarik tangan clara, ia memekik ketika jatuh ke pangkuanku.

"dave, apaan sih? lepas!" serunya dengan wajah merah. aku tersenyum.

"kamu cemburu?" tanyaku.

"cemburu? cemburu apaan?" tanyanya sambil memalingkan muka dariku, rasanya aku ingin tertawa.

"kamu cemburu sama rosa kan?" tebakku. bukannya aku kepedean, tapi perasaannya memang mudah ditebak. kulihat sudah dari beberapa waktu yang lalu dia mulai menatap rosa dengan tatapan tidak senang tanpa alasan.

"ngapain aku cemburu sama mb rosa? dia kan cuma pelayan andalan kamu, gak ada hal lain yang istimewa, lagian dia juga lebih tua dari kamu, apanya yang perlu dicemburuin?" ujar clara, berusaha menyangkal.

"yah.... dia emang lebih tua dari aku, tapi karena kedewasaannya itu yang bikin dia menarik, kamu tau, pesona kamu sama dia itu gak bisa dibandingin, dia punya pesona wanita dewasa yang gak kamu punya" clara menatapku dengan wajah merah dan kesal.

"jadi selera kamu yang dewasa kaya mb rosa gitu?" tanya clara. aku pura-pura berpikir.

"menurut kamu?"

clara mendorongku dan berdiri membelakangiku.

"aku gak peduli gimana selera kamu, mau dewasa kek, mau enggak kek, itu bukan urusanku. aku cuma bisa berusaha jadi istri yang baik buat kamu, entah kamu ada hubungan khusus sama mb rosa atau enggak aku akan anggep gak ada aja biar hal itu gak ganggu aku" kata clara mantap. aku memikirkan rosa, sebenarnya hubungan kami memang lebih dari sekedar atasan dan bawahan, dia seniorku waktu sma, dia salah satu dari dua orang yang paling dekat dan paling kupercaya (satunya diego, tidak perlu dijelaskan, kami terus bersama sejak mengalami beberapa kejadian, sikapnya yang dewasa membuatku lumayan respek padanya, dia sudah seperti kakakku sendiri.

"kamu bener, hubunganku sama rosa lebih dari sekedar atasan dan bawahan, ada hubungan dan perasaan khusus di antara kami, kalo dijelasin bakal panjang" ujarku. clara diam sesaat.

"jadi.... kalian.... saling suka?" tanya clara dengan suara bergetar. aku tertawa dan berjalan mendekati clara.

"aku emang suka rosa, tapi bukan suka antara cewek sama cowok, tapi lebih ke hubungan kakak dan adik, udah, kaya gitu aja, gak lebih, jadi kamu gak perlu liatin rosa tatapan mau ngamuk lagi, paham" kataku sambil mengusap kepala clara. dia diam tidak bereaksi, aku segera masuk ke kamar mandi untuk mandi, sepertinya gara-gara sering bersikap lembut pada clara aku jadi punya reflek seperti tadi. dan aku tidak terlalu senang dengan itu karena terkadang hal itu mengingatkanku pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diingat.

avataravatar
Next chapter