Hari-hari setelah kekalahannya di Grand Prix Nasional menjadi momen refleksi mendalam bagi Lana. Meski rasa kecewa membebani hatinya, dia tidak membiarkan kegagalan itu menghancurkan tekadnya. Baginya, ini bukan akhir—hanya permulaan kebangkitan yang lebih besar.
---
Suara dari Masa Lalu
Di malam sunyi, Lana duduk di garasi, memandangi Phoenix Blaze yang penuh goresan bekas balapan. Cahaya bulan menerangi mobil itu, seolah menyinari harapan yang redup. Saat itulah, dia menemukan sebuah surat tua yang terselip di bawah kursi pengemudi.
Tulisan tangan itu milik ayahnya.
> "Lana, jika kau membaca ini, berarti kau telah menghadapi jalan yang penuh tantangan. Aku tahu kau kuat, seperti ibumu. Jangan pernah menyerah, karena keberanianmu akan menjadi warisan terbesar kita. Dan ingat, setiap kekalahan hanyalah kesempatan untuk belajar dan bangkit lebih tinggi."
Air mata Lana mengalir. Kata-kata itu seperti obor yang menyalakan kembali semangatnya. Ayahnya mungkin telah tiada, tetapi kehadirannya terasa begitu nyata melalui pesan ini.
---
Kejutan dari Rai
Keesokan harinya, Rai muncul di garasi dengan wajah penuh tekad. Dia membawa sesuatu yang tampak seperti bingkisan besar.
"Rai, kau kembali?" tanya Lana, masih diliputi keraguan setelah semua yang terjadi.
"Aku tidak pernah benar-benar pergi," jawab Rai. "Aku tahu aku membuat banyak kesalahan, tapi kali ini, aku ingin menebus semuanya."
Dia membuka bingkisan itu, memperlihatkan sebuah perangkat teknologi canggih yang tampak seperti modul penggerak.
"Ini adalah prototipe yang ibumu rancang sebelum dia berhenti dari dunia balap," kata Rai. "Aku menemukannya di bengkel lama milik keluargamu. Ini akan mengubah Phoenix Blaze menjadi sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya."
Lana tertegun. "Ibu…?" gumamnya.
Rai mengangguk. "Ya. Ibumu adalah salah satu perancang terbaik sebelum kecelakaan itu. Teknologi ini adalah warisan terakhirnya, dan sekarang ini milikmu."
---
Menghidupkan Kembali Phoenix Blaze
Dengan bantuan Rai dan timnya, Lana mulai bekerja tanpa henti untuk memasang modul baru tersebut. Perangkat itu mampu meningkatkan akselerasi mobil hingga 30% lebih cepat, sekaligus memberikan stabilitas luar biasa di lintasan berbahaya.
Namun, yang lebih luar biasa adalah sistem pemrosesan manual yang tetap mengandalkan keterampilan pengemudi. Teknologi ini dirancang bukan untuk menggantikan manusia, tetapi untuk memperkuat insting pembalap.
Saat Lana menghidupkan mesin yang telah diperbarui, suara raungannya menggema seperti singa yang bangkit dari tidur panjang. Semangat tim kembali menyala.
---
Latihan Intensif
Lana tidak membuang waktu. Dia mulai menjalani latihan intensif di lintasan lokal, menguji batas dirinya dan Phoenix Blaze. Kali ini, dia tidak hanya berfokus pada kecepatan, tetapi juga strategi bertahan dan menyerang.
Rai mendampinginya setiap langkah. Meski hubungan mereka sempat retak, kini mereka menemukan kembali kekompakan yang dulu sempat hilang.
"Kau harus belajar membaca pergerakan lawan," kata Rai. "Bukan hanya balapan, ini adalah perang psikologis."
Latihan itu berat, tetapi Lana tidak mengeluh. Dia tahu bahwa untuk mengalahkan Kyron dan geng mafia, dia harus menjadi lebih kuat—bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental.
---
Hadiah yang Tak Terduga
Di tengah latihan, sebuah surat undangan datang dari asosiasi balap nasional. Mereka mengundang Lana untuk berpartisipasi dalam turnamen World Racing League. Turnamen ini adalah liga terbesar di dunia balap, tempat para pembalap terbaik dari seluruh dunia berkumpul.
Namun, di balik kegembiraan itu, ada berita mengejutkan. Kyron juga telah mendaftar dalam turnamen tersebut, dan dia tidak akan datang sendiri. Geng mafia memutuskan untuk mengirim tiga pembalap terbaik mereka untuk memastikan dominasi total.
"Ini lebih dari sekadar balapan," kata Rai dengan nada serius. "Ini adalah medan perang."
---
Mengatasi Ketakutan
Lana merasakan kegelisahan yang luar biasa. Turnamen ini bukan hanya tentang kemampuan, tetapi juga menghadapi bayang-bayang ketakutan yang pernah menghantuinya.
Di tengah malam, dia berdiri di depan mobilnya, mengingat semua yang telah dia lalui. Dia teringat kata-kata ayahnya, dorongan ibunya, dan kepercayaan yang diberikan timnya.
"Aku tidak akan mundur," gumamnya. "Aku akan membuktikan bahwa keberanian lebih kuat dari apa pun."
---
Penutup Bab
Bab ini diakhiri dengan Lana yang kembali ke lintasan, kali ini dengan Phoenix Blaze yang telah diperbarui, hati yang lebih kuat, dan tekad yang tak tergoyahkan.
Di kejauhan, Kyron berdiri di bawah bayang-bayang, menyaksikan latihan Lana melalui layar. Senyumnya penuh arti.
"Menarik," katanya pelan. "Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa melawan takdir, Lana."
Pertarungan sebenarnya baru saja dimulai.
---