webnovel

Insiden Sinar Matahari 2

Sinar matahari bersinar begitu terang dari jendela kaca yang tirainya terbuka lebar, serpihan abu yang tersisa melayang di udara dan di lantai tempat wanita kurus tadi berdiri, karpetnya telah menghitam seakan-akan telah terbakar oleh api.

Renee tidak bisa bergerak dari tempatnya, angin yang berhembus dari celah-celah jendela membuat ia merinding. Tubuhnya gemetar hebat dan ia mengingat semua hal aneh yang ada di Mansion ini.

"Apa … apa yang sebenarnya terjadi, tadi?"

Ivana berdiri di belakangnya, jauh dari jangkauan sinar matahari. Dua orang pelayan datang tanpa suara dengan sebuah kain, paku, palu dan kursi, mereka langsung menutup jendela dengan gerakan yang amat cepat, bahkan Renee yang masih terjatuh menghadap jendela itu belum bisa bangkit sakit lemasnya.

Ivana menghela napas, ia melambaikan tangannya dan dua pelayan tadi langsung berlarian menjauh. Renee menoleh dan langsung mencegat tangan Ivana yang ingin pergi.

"Apa yang kau katakan tadi? Kenapa … kenapa dia bisa seperti itu?!"

Seseorang terbakar di depannya hanya karena sinar matahari, siapa yang bisa menerima hal tidak masuk akal seperti itu?

Ivana melepas tangan Renee dari lengan bajunya, ia menatap wanita itu dari atas sampai ke bawah. Tangannya yang bebas terulur, menyentuh wajah Renee.

"Kau pasti terlalu lelah," katanya sambil mengusap pelipis sampai ke pipi, tangan itu sedikit kasar, mungkin karna terlalu banyak bekerja di dapur. "Kau mulai berbicara yang tidak-tidak."

Renee terperangah mendengar apa yang dikatakan Ivana, ia menatap wanita paruh baya itu dari atas sampai ke bawah, mencoba memastikan apakah wanita yang ada di depannya ini tengah bercanda atau tidak.

Tapi wajah Ivana sama sekali tidak menunjukkan kalau ia saat ini sedang bercanda, ia benar-benar serius.

"Apa maksudnya? Aku melihatnya dengan jelas di depan mataku!" Renee mengalihkan pandangan, noda debu dan terbakar itu masih ada di atas karpet. "Lihat, jangan mencoba membodohiku! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia terbakar!"

Renee kemudian menarik dirinya dari Ivana, ia melihat sekitar yang sekarang sudah mulai gelap.

"Kalian aneh, semua yang ada di sini aneh, kalian tidak waras!"

Renee tidak percaya dengan apa yang ia lihat, tapi ia tidak bisa berpura-pura tidak melihat keanehan apa yang ada di hadapannya, seseorang terbakar seakan ia adalah kertas yang disiram minyak.

Siapa yang akan diam saja saat melihat hal aneh seperti itu?

"Renee, bukankah sudah kubilang." Ivana berkata lagi, matanya memperhatikan Renee yang terengah-engah. "Jangan pernah berbicara tanpa diajak bicara di rumah ini?"

Renee membuka mulutnya, sesaat ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ivana berbalik dengan wajah datarnya, meninggalkan Renee yang berdiri dengan kaku di lorong.

"Aku pasti sudah kehilangan kewarasanku di sini."

Noda hitam di atas karpet masih ada dan terlihat mencolok di bawah sinar lentera yang bersinar dari sudut lorong.

Renee mengusap wajahnya, ia mengambil sapu ke gudang untuk membersihkan semua kekacauan yang ada di karpet, tapi begitu ia kembali dengan sapu, noda hitam dan debu yang melayang di udara itu telah menghilang.

Padahal Renee belum sampai dua menit pergi, tapi noda karpet itu telah menghilang, seakan sudah disapu dan disikat sampai bersih.

"Tenanglah, tenanglah Renee. Jangan berpikiran macam-macam," ucap wanita itu sambil memeluk sapu di tangannya. "Tapi siapa yang bisa terbakar hanya karena terkena sinar matahari? Apakah mereka vampir?!"

Renee melihat sekeliling dengan keringat dingin yang mengalir deras di punggungnya. Jika itu benar Vampir, maka masuk akal kalau semua yang ada di rumah ini terlihat sangat suram dan sangat menghindari sinar matahari.

Renee melangkah pelan menuju ruang makan dengan langkah tergesa-gesa, melihat Leo masih ada di sana dengan kursi rodanya, laki-laki itu masih memegang gulungan kertas dan teh yang Renee buat telah berkurang setengahnya.

Seakan sadar kalau dirinya tengah ditatap, Leo menoleh, membuat Renee terkesiap.

"Tidak, ini tidak benar lagi!" Renee mundur dan tidak sengaja menyenggol guci yang ada di sudut.

PRANG!

Suara Pecahan bergema di ruang makan, Leo langsung menyipitkan matanya pada Renee.

Renee merasakan jantungnya berhenti berdetak saat itu juga, pikirannya terasa kosong dan lagi-lagi ia jatuh ke atas lantai, segala hal yang ia dengar dan ia lihat hari ini dan rumor buruk yang beredar di tempat teater jadi campur aduk di benaknya.

"Renee, apa yang terjadi padamu?" Leo menggerakkan tangannya, kursi rodanya bergerak ke arah Renee yang masih berusaha untuk bangkit.

Bayangan wajah Leo yang meyeringai dan noda darah yang ada di lengan bajunya kembali terlintas di benak Renee, membuatnya semakin yakin kalau orang yang ada di depannya ini bukanlah manusia, ia pasti seorang Vampir.

Lari!

"Apa kau sadar apa yang telah kau hancurkan itu?" Leo mengerutkan keningnya, ia jelas terlihat tidak senang. "Itu pemberian Ratu ketika pertama kali tiba di kota Dorthive, Renee."

"Kau Vampir! Tidak salah lagi, kau pasti Vampir! Jangan mendekat, jangan mendekati aku!"

Renee menyeret tubuhnya dengan gemetar, ia tahu Vampir, monster yang takut pada cahaya matahari, monster berkulit pucat dan haus darah.

Tidak heran kalau tujuh orang itu menghilang, mereka pasti sudah dihisap darahnya oleh Leo, Vampir itu telah menghisap sampai kering darah mereka bertujuh!

Ternyata itu alasan mengapa Mansion keluarga Emmanuel begitu aneh!

"Renee, apa yang kau katakan?" Leo bergumam, tapi ia tidak terlihat terkejut sama sekali. Renee tidak bisa menanggung keterkejutannya, ia bangkit dan berlari. "Aku … Vampir?"

Renee tidak menjawab perkataan Leo, wajahnya pucat pasi dan ia tidak berhenti gemetar.

Hanya satu hal yang ada di pikirannya saat ini, lari!

Pergi dari tempat ini sebelum Leo akan melubangi lehernya dan ia menjadi salah satu dari mereka, ia tidak mau terjebak dalam kegelapan selama-lamanya.

"Renee!" Leo berteriak memanggilnya, tapi Renee tidak mau menoleh, ia berlari menuju pintu yang terkunci rapat, menariknya dengan sekuat tenaga.

"Renee, apa yang kau lakukan?" Leo mengikutinya dengan kursi roda, matanya menatap Renee dengan aneh. "Apa kau ingin keluar?"

"Keluarkan aku!" Renee berjalan ke sisi jendela, menghindari Leo yang menatapnya dari sudut ruangan. "Keluarkan aku dari sini, aku tidak akan mengganggu kalian lagi!"

Ivana muncul dari belakang Leo, wanita itu memasang wajah datar.

Renee menggertakkan giginya, ia berlari ke sisi lain menuju jendela dan menarik tirai yang terutup, tapi begitu ia menarik kain itu, ada kain lain lagi yang menutupi jendela.

Jantung Renne berdegup dengan kencang, keringat dingin mengalir deras di punggungnya, Ivana melangkah maju mendekatinya dan Renee masih bisa melihat kalau Leo saat ini tengah menyeringai.

Renee menahan napasnya, ia benar-benar bertemu orang yang salah!