"Artinya, Willy masih sakit hati pada Camelia."
Keteranganku pada mereka cukup menjelaskan situasi yang sebetulnya terjadi versi isi kepalaku. Begitulah ciriku, singkat, padat, jelas. Tidak bertele-tele. Karena kulihat keduanya memandangku tanpa lepas, aku jadi gugup dan salah tingkah. Tapi, tekadku sudah bulat. Masa lalu Rais harus kuketahui semuanya hari ini.
"Terus, skandal Bucks yang Bapak bilang infonya dari pak Dian itu yang mana, Pak?"
Rais tersentak dengan wajah gugup. Air muka pak Chandra berubah seketika, caranya memandang anak lelaki kebanggaannya ada tuntutan.
"Ada yang Ayah lewatkan, Darma?"
Dia kembali menggeleng dengan malas dan pelan. "Nggak ada yang terlewat, Yah. Itu Camelia."
"Tapi, kenapa Bapak bilang dapat infonya dari pak Dian?" Mataku mengikuti geraknya bersandar. Aku keheranan merasa dibohongi olehnya.
"Belum waktunya untuk kamu tahu waktu itu," jawabnya malas lalu menyilangkan kaki.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com