Ryushin terus meyakinkan Siji untuk mengesampingkan rasa malunya sejenak. Ini semua demi mendapat kepercayaan wanita tua itu.
"Ya tapi ... enggak begitu juga kali, Shin! Kau tega sekali menumbalkan badanku ini, Sialan!" Siji masih mengajukan protes. Dia masih kesal karena perutnya diumbar-umbar seperti tadi.
"Namanya juga usaha, Kak. Tapi, mungkin saja berhasil, Kak Siji. Nenekku memang suka jiwa muda seperti dirimu ini, Kak Siji," sahut Ryushin. Ia masih mempertahankan posisi Siji agar masih tetap berada di depan pintu.
Sejak tadi, Siji meronta untuk kabur. Namun, tidak diperbolehkan oleh Ryushin. Siji merasa sangat malu karena menunjukkan perutnya ke wanita tua tadi.
"Hahaha, hentikan, Kawan! Aku sudah tidak tahan lagi! Astaga ... si Sithok lucu banget, sumpah!" Yuji yang sejak tadi tertawa melihat kawan dan saudaranya yang aneh itu, akhirnya mengambil suara. Yuji berjalan mendekat ke depan pintu juga.
Sret!!
Lubang yang berada di pintu itu ditutup dari dalam.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com