Siji masih bersikeras untuk tidak bercerita. Melihat papanya yang kembali dalam mode kejam, Siji berniat untuk menghindar. Daripada harus kena marah papanya lagi, bukan?
"Kalau sudah pijatnya, Abang permisi untuk tidur dulu ya, Pa!" pamit Siji, takut-takut.
"Siapa yang menyuruhmu untuk tidur, Abang?!" bentak Tuan Yudha yang langsung membuat Siji tersentak.
"Bu-bukankah pijatnya sudah selesai, Pa?" tanya Siji, terbata. Keringat dingin sudah bercucuran dari pelipisnya. Entah karena kelelahan, ketakutan, atau mungkin keduanya. Yang jelas Siji terlihat ingin segera enyah dari tempat itu.
"Siapa bilang, eum?! Kamu belum memijat bagian pundak papa, Bang!" sentak Tuan Yudha sambil menepuk kedua pundaknya, bergantian.
Siji yang meski merasa sudah akan mencapai batasnya, tidak mungkin akan membantah perintah papanya. Ia berjalan tertatih sambil memegangi pinggang sebelah kirinya, menuju ke belakang sofa yang diduduki Tuan Yudha.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com