"Bang Yu! Kenapa mesti dikasih abu segala lukanya Siji itu, Bang?"
"Tidak apa-apa, Rei. Hanya untuk menghentikan pendarahannya sementara saja. Lagian, kau nusuknya tadi terlalu dalam, Rei." Yuji berucap. Saat ini lebih nge-slow, tidak ngegas seperti biasanya.
"Hasem! Pantesan perih banget, Rei! Kamu punya dendam apa sih sama aku, Rei?!" protes Siji setelah mendengar penuturan Yuji tadi.
"Ya, maaf, Siji! Rei mana tahu pisau bayonet mu itu tajam banget! Dapat dari mana emang itu pisau sih, Siji?!"
"Oh, itu kemarin dikasih papa buat jaga-jaga aja. Kali aja ada ular atau hewan lainnya, aku disuruh menggunakan pisau bayonet itu. Dan aku juga tidak boleh menghilangkannya, Rei. Kata papa, pisau itu sangat legendaris. Terdapat kisah dibalik papa mendapatkan pisau itu."
"Nah, selesai!" seru Yuji, setelah membebat luka di telapak tangan kiri Siji.
"Makasih, Yu!" ucap Siji, terdengar begitu tulus.
"Mapuluhribu!" sahut Yuji sambil menyeringai.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com