webnovel

Ku lepas kau dengan bismillah

Miranda amat sangat menentang poligami, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang meminta suaminya Damar untuk menikahi Kinanti. Tidak ada alasan lain kecuali uang! Miranda mencintai suaminya, namun uang tidak lebih dari separuh hidupnya. Hingga dia rela mengizinkan suaminya berpoligami dan menikahi wanita kaya. Bagaimana kehidupan Miranda atas keputusan terbesarnya membiarkan Damar jatuh pada gadis kaya dan berhati lembut seperti Kinanti ? akankah dia bisa hidup bersama madunya sendiri?? Simak kisahnya ya dan terus dukung saya untuk terus berkarya ^^

A_blue · Urban
Not enough ratings
29 Chs

Chapter 25

"kamu masih ingat?" Kinanti tampak takjub

"ya tentu saja aku ingat" timpal Arsenio segera membuat pesanan kepada penjaga kantin bernama mbak Jum.

Tak berapa lama menu pesanan mereka tersaji, tak lupa pesanan Amanda dan suster Ana juga.

"jadi ini Arsenio yang dulu~~" mba Jum membentuk bayangan tubuh gemuk dengan kedua tangannya setelah ia meletakkan beberapa piring berisi sandwich dan kentang goreng.

Arsenio tertawa, mbak Jum sudah menanyakan berapa kali sejak dia memesan menu lalu mengingatkan wanita yang kini berusia 45 tahun tentang dirinya dulu.

"ngga nyangka saya, ternyata kurusnya guanteng juga ya" puji mbak Jum membuat Arsenio bersemu merah "ini mba Kinanti kan?" lanjut mbak Jum melihat kinanti yang tidak berubah sejak dulu, hanya saja Sekarang tampak lebih bersahaja

"iya mbak, masih ingat ya" sahut kinanti ramah.

"iya dong masih ingat si mbak, tapi ngomong-ngomong kalian kesini berdua, hmmm.... ada anak kecil" wanita yang kerap mengenakan bandana di kepalanya terlihat bingung "oalaa~ jadi kalian udah nikah ya? duhh mas Arsenio pasti seneng ya bisa dapetin gebetan nya, anaknya juga cantik "

Duhhh apa-apaan sih mbak Jum~ gerutu Arsenio dalam hati, dia jadi malu kalau ketahuan selama ini dia suka dengan Kinanti.

"kalau jodoh ngga kemana ya mas" mbak Jum makin membuat Arsenio bersemu merah, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, tampak Kinanti hanya mengulum senyum.

"mbak Jum ada menu baru apa?" sela sang pelukis tidak melanjutkan pertanyaan demi pertanyaan yang akan menjurus pada hal-hal dimasa lalu, bisa-bisa dia akan jadi sangat malu

"wuiihh ada dong mas, ada milkshake strawberry penambah rasa cinta? mau coba mas?"

"hahaha, mbak Jum bisa ajaah boleh itu bawakan kesini ya mbak "

"siap, ditunggu pesanannya " mbak Jum undur diri, membiarkan Arsenio yang jadi salah tingkah., terlebih reaksi Kinanti yang tersenyum penuh teka teki.

ah! sudahlah, gadis itu sudah sold out!!

.

Damar memarkirkan mobil di area kampus tempat dia dulu menimba ilmu. Sesekali dia melirik jam ditangan. Netranya memandangi sekitar kampus yang cukup banyak berubah, ada beberapa penambahan gedung baru.

Tak berapa lama, Damar turun dari mobilnya, mengenakan kacamata hitam dan kemeja hitam lengan panjang berukuran slimfi. Pria dengan dua istri itu masih ingat arah ke kantin kampus. Melewati koridor ruang kelas, lalu perpustakaan, berbelok sebelah kiri keakan tiba di kantin dengan bagian dinding terbuka sehingga angin dapat dengan mudah berlalu lalang.

Netranya dibalik kaca mata hitam menyapu tiap sudut . Ia memelankan langkah ketika sudah bertemu dengan sasarannya.

Gadis dengan rambut tergerai, hanya diselipkan semacam penjepit rambut dibagian tengah hingga memberi kesan sederhana.

Damar memilih duduk ditempat yang agak jauh namun bisa memantau istri muda bersama teman lama dan putrinya. Ia berusaha menutupi wajah dengan daftar menu diatas meja. Tak henti sepasang mata coklat mengintai dari balik kacamata hitam.

Aiihh dia merasa bodoh, Mengendap -endap menguntit istri sendiri yang terlihat nyaman menyantap makanannya.

.

Arsenio mengamati gerak gerik mencurigakan dari pria yang berada di posisi berseberangan dengan meja yang ditempati bersama Kinanti .

Pria asing yang tampak menutupi wajahnya.

Hmm sepertinya Arsenio mengenali siapa penguntit dibalik daftar menu! dia tidak mau kehilangan kesempatan hingga bergegas mengangkat tubuhnya untuk menemui pria penguntit.

Sial! umpat Damar dalam hati, dia harus segera angkat kaki atau Arsenio akan memergoki keberadaan dirinya seperti pencuri.

Praaannkkkk!! beberapa gelas berisi milkshake strawberry dalam nampan yang dibawa mbak Jum berserakan dilantai. Damar jadi panik, dia tanpa sengaja membuat kekacauan ini, dan yang pasti akan menarik perhatian orang yang sedang ia amati sejak tadi.

"maaf~~maaf~ aku tidak sengaja" ujar Damar ikut berjongkok membantu mbak Jum yang mengoceh karena pesanan tamunya harus berantakan, semua berkat ulah Damar yang tidak hati-hati. Pria berkemeja hitam itu merogoh koceknya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang sebagai ganti rugi.

deg!

sesuatu memegang bahunya.

"Damar kau disini?"

Astaga naga betul dugaannya dia pasti ketahuan kali ini. Damar menengadah, lalu menanggalkan kaca mata hitam yang ia kenakan sejak tadi, dahinya bahkan penuh peluh.

"Arsenio?! kamu juga disini? hahaha~ kebetulan sekali"

Pria pemilik sepasang alis tebal itu menyatu.

"ya, aku bersama kinanti, kau sendiri?"

"hmmm~aku~" Damar gelagapan terlebih kini kinanti juga sudah berada dihadapannya.

"Damar kamu ngapain disini?" tanya Kinanti bingung, pasalnya pria itu tidak mengatakan apapun ketika dia izin untuk ke kantin kampus bersama Arsenio.

Sial! dia harus menemukan alasan yang tepat. Terlihat wajah-wajah melongo menunggu jawaban darinya.

"aku tadi bertemu dengan pimpinan kampus untuk membicarakan tentang beasiswa dari perusahaan kita" ujar Damar berkilah.

Alasan yang janggal menurut Kinanti. Gadis itu menyelidik keberadaan sang asisten bernama Sultan.

"benarkah? kamu bersama Sultan? dimana dia?"

Yuhhuuu~ wanita sangat piawai dalam hal interogasi.

"uhmmm, tidak aku kesini sendiri, sepertinya untuk hal begini aku harus turun tangan"

"apa aku juga perlu untuk turun tangan?" kinanti menanggapi makin serius.

Ya Tuhan~ apa yang harus dikatakan?! mana mungkin akan memberi tahu bahwa dia tidak dalam urusan apapun kecuali jadi penguntit yang ketangkap basah!!!!

"ah tidak perlu kinan, aku sudah menyelesai - kan semua"

"sungguh?" selidik kinanti dengan mimik muka penuh kebingungan.

"ya, tentu ~" jawab Damar tak sedikit pun mengalihkan pandangan dari istri mudanya.

Mbak Jum baru menyelesaikan pekerjaan membereskan sisa gelas yang pecah, netra hitamnya menatap kearah wajah pria yang juga tak asing untuknya.

"loh, jadi ini mas Damar? waaah tambah guanteng juga ya sekarang " dalam suasana terhimpit mbak Jum jadi penyelamat. Damar menghela nafas lega " eh ada darah!!!" serunya kembali ketika mendapati goresan di tangan Damar.

"ya Damar, tanganmu berdarah" dengan sigap Kinanti menarik telapak tangan yang telah tergores pecahan gelas .

huftt! Tuhan memang selalu akan menolong disaat yang tepat!

.

"ini cuma luka kecil" ujar Damar ketika kinanti membantu untuk mengobati luka ditangan Damar.

"hal kecil akan menjadi besar kalau hanya di diamkan" sahut Kinanti yang kini memasangkan plester pada luka itu. Damar tersenyum tipis, hatinya seakan tergelitik, paling tidak meskipun ada luka dia tidak membiarkan si pelukis mendekati istrinya.

Astaga! apa dia cemburu?! sepertinya tidak bisa di definisikan sebagai cemburu, hanya saja dia merasa kurang nyaman.

"kau tidak sedang menguntit kami kan??" celetuk Arsenio berfirasat bahwa Damar memang sengaja menguntit mereka.

Sepasang bola mata coklat itu membulat.

"lucu sekali kenapa aku harus menguntit istri sendiri?" kilah Damar tertawa kecil.

"di kantin ini? apa yang kau lakukan?"

"sudah aku katakan aku harus bertemu pimpinan"

"benarkah? lagipula bukankah kita sudah bicarakan kemarin" timpal kinanti datar sibuk membersihkan sisa luka, seingatnya tidak ada masalah tentang beasiswa, lalu untuk apa membahasnya lagi.

Damar membelalak.

"tidak, mendadak saja ada beberapa hal yang harus direvisi, lagipula aku kekantin karena ingin melihat suasananya saja" Damar agak membual, entah lah dia pun merasa jawabannya terlalu dibuat -buat.

Arsenio dan Kinanti saling memandangi, tanpa berniat untuk terus mengintrogasi pria yang ketangkap basah.

Suasana jadi hening sejenak, setidaknya sampai Damar berdehem untuk membuyarkan lamunan dua orang yang masih sibuk menjawab teka teki di otak mereka.

"bisa pesan kan aku sesuatu? aku jadi ingin makan" ujar Damar berselera melihat beberapa menu yang belum habis di atas meja, mbak Jum bersemangat mencatat pesanan dari pelanggan lamanya.

"jadi kalian kesini sekalian reunian ya, mba kinan jadinya sama mas Arsenio, lah mas Damar jadi toh sama yang pacarnya itu?" celoteh mbak Jum membuat nafas Damar tercekat.

"iya mbak Jum, doain aja biar awet" timpal Arsenio terkekeh

"amiin, semoga awet terus ya mas" imbuh mbak Jum tersenyum pada Damar.

Mata Damar memincing kearah teman yang senyum-senyum sendiri.

Dasar srigala! umpat Damar dalam hati.

***