Kini keempat namja terduduk saling berhadapan. Namja cantik yang kini menundukkan kepala dengan isakan kecil dari bilah bibirnya.
"Apa yang akan kamu janjikan untuk kebahagiaan Baekhyun?" tanya Daniel kepada sosok yang ada di hadapannya.
"Semuanya. Bahkan nyawa ku," balas Chanyeol yang masih terus menatap Baekhyun.
"Tapi aku lebih memilih Baekhyun untuk menggugurkan nya."
"Appa ...!"
"Appa hanya ingin kamu bahagia sayang," ucap Daniel membelai putranya.
"Aku tidak akan menyakitinya."
"Tapi kamu sudah menyakitinya lebih dari apa pun Chanyeol!"
"Aku terpaksa! Aku— " Chanyeol tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Semua kata yang ingin di keluar seolah tertahan pada tenggorokannya.
Sehun menatap sendu kearah Chanyeol. Ia sangat mengerti dengan perasaan adik sepupunya tersebut.
"Aku— aku sangat mencintainya hiks ... " Runtuh sudah pertahanan Chanyeol selama ini. Ia sudah lelah dengan kehidupan yang terus menerus menghantuinya. Masa lalu yang membuat ia merasa hidup tak berarti.
Daniel terkejut ketika melihat Chanyeol yang menangis membuat harga diri namja tersebut jatuh tak berharga. Sedangkan Baekhyun, menatap sendu sosok rapuh itu.
Sebelum kematian Irena— eomma nya. Baekhyun sudah sangat dekat dengan Chanyeol. Sosok yang lembut dan hangat kepadanya. Namun, ketika sang eomma tewas karena perbuatan Chanyeol— rasa benci dan amarah tumbuh begitu dalam pada hati kecilnya.
"Hahhh ... " Terdengar helaan nafas putus asa dari bilah bibir pria paruh baya tersebut. Semua keputusan ada pada putra tunggalnya. Jika ia bisa memilih, lebih baik Baekhyun menggugurkan kandungannya dan hidup normal seperti dulu.
Baekhyun pada dasarnya namja baik dan lemah lembut, ia tidak akan tega membunuh janin yang ada dalam kandungannya. Ia akan lebih memilih menderita dari pada bayi yang tak berdosa harus menerima tanggungannya. Baekhyun menatap appa nya dengan tatapan sendu, Daniel yang paham dengan maksud putranya hanya bisa tersenyum dan memeluk tubuh si kecil.
Daniel melepaskan dekapannya, menatap tajam sosok dihadapannya yang masih setia menundukkan kepala. "Kapan acara pernikahan akan dilakukan?" tanya Daniel membuat Chanyeol mengangkat kepalanya.
"Be— benarkah?" tanya Chanyeol yang ragu.
"Seperti yang dikatakan tuan Sehun. Aku tidak ingin Baekhyun mendapatkan hujatan dan hinaan oleh orang-orang di luar sana," ucap Daniel.
Chanyeol kembali menangis. Namun, bukan tangisan karena kesedihan. Tetapi karena rasa bahagia yang ia dapatkan. Sungguh, semua rencana yang Sehun berikan berjalan lancar. Tidak percuma air mata palsu yang ia ciptakan membuat hati sesuci dan selembut Baekhyun akan luluh.
....
"Tidak! Aaggrrhhh! Brengsek! Aku kalah dari Chanyeol! Aaggrrhhh!" Seorang namja tampan menghancurkan seluruh barang yang ada di dalam kamarnya.
"Aku akan menghancurkan mu Chanyeol!" Dengan nafas yang memburu, namja tersebut bangkit dan merampas kunci mobil yang ada diatas nakas. Ia pun segera keluar dari dalam kamarnya dengan langkah yang tergesa.
"Chang! Kamu mau kemana?" tanya seorang wanita cantik.
"Aku akan kembali Yoona. Jangan mengganggu ku!" Ujarnya yang segera melangkahkan kaki panjang keluar rumah. Wanita cantik yang bernama Im Yoona tersebut hanya bisa menghela nafas lelah. Sudah dua tahun pernikahan mereka. Namun, Ji Chang Wook belum berubah dan terobsesi untuk menghancurkan Chanyeol lebih dalam.
"Sampai kapan kamu akan seperti ini Chang? Aku lelah," ujarnya menatap sendu lantai yang lebih indah dari kehidupannya.
Chang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia tidak perduli dengan pengguna jalan yang lainnya. Hanya satu yang menjadi tujuan utamanya— yaitu menghancurkan Chanyeol adik kecilnya.
Chang baru saja tiba disebuah gedung club' malam. Ia segera keluar dari mobil dan masuk kedalam gedung tersebut. Kedua matanya mengedar, mencari sosok seseorang yang saat ini ingin ia temui. Kedua mata tajamnya mengunci pergerakan seseorang diseberang sana. Kaki jenjangnya melangkah tergesa untuk mendekati sosok tersebut.
"Ikut aku!" Perintahnya yang langsung menarik kerah kemeja sosok tersebut keluar gedung.
Chang langsung memukul sosok itu ketika sampai diluar gedung. Dengan amarah dan dendam, membuat ia bertenaga untuk memukul sosok itu.
"Kau bilang sudah menukar hasil lab, tapi kenapa Chanyeol bisa memilikinya!" Chang bertanya dengan nafas yang memburu.
"Tuan Chang. Saya benar-benar telah menukar hasil lab tuan Byun dengan orang lain," ujar sosok tersebut.
"Tapi kenapa Chanyeol memiliki hasil yang benar!"
Bughhh ...
Satu pukulan kembali melayang kewajah sosok itu. Sosok tersebut terhuyung karena pukulan Chang yang tidak main-main.
"Ampun tuan Chang. Tapi sungguh, saya sudah menukarnya."
"Persetan dengan perkataan mu Yuta."
Bughhh ...
Satu pukulan kembali melayang tepat diwajah pria yang bernama Yuta. Chang segera berlalu meninggalkan Yuta yang terkulai lemah diatas tanah rerumputan.
"Aku akan menghancurkan mu Chanyeol," ucap Chang yang sudah memasuki mobil mewah tersebut.
...
Chanyeol dan Sehun baru saja tiba di apartemen namja tinggi tersebut. Keduanya duduk bersandar diatas sofa dengan sebotol minuman yang menemani malam kemenangan bagi Chanyeol.
"Hahhh, rasanya seperti mimpi." Ujar Chanyeol dan menyesap minuman ditangannya.
"Tapi kamu harus ingat Chanyeol. Jangan pernah berbuat kasar atau keluar dari batasan mu." Sehun kembali memberikan peringatan pada namja tersebut. Ia sangat paham dengan sosok adik sepupunya itu.
"Aku ingat Sehun. Aku akan menjaga mutiara itu dengan segenap hati dan jiwa," ujar Chanyeol dengan senyuman menawan.
Sehun bangkit dari sofa sedikit menghela nafas lalu tersenyum. "Kalau begitu, tugas ku hari ini sudah selesai. Aku akan pamit pulang."
"Kenapa kamu tidak menginap?" tawar Chanyeol dan senyum tersenyum.
"Tidak. Aku ingin menyelesaikan urusan pribadi," jawabnya.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan." Sehun menganggukkan kepalanya dan berlalu meninggalkan Chanyeol.
Setelah kepergian Sehun, Chanyeol bergegas memasuki kamar mandi untuk membasuh dirinya. Ia sangat bahagia ketika Daniel dan Baekhyun menyetujui permintaan konyolnya. Nyatanya, semua yang ia lakukan adalah peran semata untuk dapat meluluhkan si cantik berhati mutiara. Beberapa saat seusai membersihkan diri, Chanyeol meraih ponsel yang ada diatas nakas.
Chanyeol memperhatikan begitu banyak panggilan masuk dari nomor asing, hingga ponselnya bergetar kembali dengan nomor yang sama.
"Halo," kata pertama yang Chanyeol ucapkan ketika mengangkat panggilan tersebut.
" ..... "
"Apa! Dimana dia sekarang?" tanya Chanyeol dengan wajah penuh khawatir.
" ..... "
"Baik, saya akan segera kesana." Chanyeol mengakhiri panggilan nya tersebut, segera mengenakan pakaian dan mengambil kunci mobil diatas meja.
Chanyeol mengendarai mobil mewah nya dengan kecepatan penuh. Beruntung malam itu suasana jalanan Seoul terlihat lenggang, memudahkan nya untuk segera tiba ditempat tujuan.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia sudah kembali dari pengobatan? Apa ini semua rencananya untuk menghancurkan ku?' batinnya bertanya dengan raut wajah khawatir
"Aarrgghhh ... Sialan! Jika memang ini semua perbuatannya, akan ku buat dia hancur dengan kedua tangan ku sendiri!" ucap Chanyeol yang menggenggam setiran mobil dengan erat.
.
..
...
....
.....
Bersambung!
Hahahaha, ayo siapa yang bisa nebak apa yang terjadi?
Halo hahh, aku comeback dengan Chapter terbaru. Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan voment sebagai contoh kalian menghargai kami para penulis.
Terima kasih sudah mau mampir ke work yang tidak sebagus penulis lainnya.
Note : Maaf jika ada typo yang membuat kalian tidak nyaman membacanya.
~Gomawo~ (๑˙❥˙๑)