Sudah tiga minggu berlalu semenjak kejadian tersebut. Dimana Baekhyun mengalami pelecehan seksual dari seorang namja yang bernama Park Chanyeol. Kini Baekhyun sedang merajut sebuah syal untuk hadiah ulang tahun sang appa. Senyuman manis mulai terukir dibilah bibir kecilnya. Namun— senyuman itu hanya ditunjukkan oleh orang terdekatnya saja.
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan si kecil. Senyuman manis itu semakin mengembang ketika melihat sosok sang appa yang mulai melangkah masuk.
"Selamat sore anak appa." Ujar pria paruh baya yang masih terlihat sangat tampan sambil mencium kening sang anak.
"Selamat sore juga appa. Appa sudah makan? Baekhyun tadi memasak makanan kesukaan appa," ujarnya dengan senyuman.
"Anak appa bisa memasak?"
"Tentu saja." Si kecil membalas pria paruh baya itu sambil memanyunkan bibirnya.
Daniel tertawa kencang, ketika melihat tingkah putra satu-satunya yang sangat menggemaskan. "Baiklah, anak appa memang sangat hebat." Tutur nya dengan bahagia.
Sungguh. Daniel sangat bersyukur, ketika melihat Baekhyun yang semakin membaik dari hari demi hari.
"Ya sudah. Kita makan sekarang?" tanya Daniel yang dibalas anggukan antusias dari si kecil.
Kini appa dan anak itu sedang menikmati makan malam mereka. Keduanya terlihat sangat bahagia saat bercerita tentang masa lalu.
Namun, disaat mereka sedang asik bercerita. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian keduanya.
"Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?" Ujar Daniel yang mulai berjalan menuju pintu depan.
....
Seorang namja tampan, kini sedang membaca sebuah lembaran kertas dengan seulas senyuman bahagia yang ada ditangannya.
"Apa kamu puas Chanyeol?" tanya seseorang yang ada dihadapannya.
"Aku sangat puas Sehun. Gomawo hyung," ucap nya membuat Sehun tersenyum.
"Ini bayaran mu. Terima kasih karena sudah membantu kami," ujar Sehun memberikan sebuah amplop coklat kepada seorang namja di sebelah nya.
"Sama-sama tuan. Saya harap, kita bisa bekerja sama lagi dilain waktu," ucap sosok yang baru saja mendapatkan bayaran dari tugasnya.
Sosok itu pun keluar dari ruangan Chanyeol dengan senyuman bahagia. Sehun pun mengalihkan pandangannya kepada Chanyeol. Sosok yang sedang tersenyum penuh kemenangan, karena semua yang ia inginkan akan tercapai. Sehun menghela nafas lelah, ia harus siap jika suatu saat karirnya akan hancur demi membahagiakan adik sepupunya tersebut.
"Kapan kamu akan mengunjungi mereka?" Kedua manik indah nan tajam itu mengalihkan pandangannya ke arah sosok yang sedang bertanya.
"Mungkin malam ini." Ungkapnya.
"Kenapa tidak besok pagi saja?"
"Lebih cepat, lebih baik bukan?" ucap namja tampan itu yang masih terus tersenyum.
"Baiklah Chanyeol. Malam ini kita akan ke kediaman keluarga Byun." Sehun menyandarkan punggungnya diatas sofa. Ia sungguh sangat lelah dengan semua ini.
....
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Mobil mewah—Pagani Huayra Tricolore, membelah jalan perkotaan Seoul. Namja tampan yang kini mengendari mobil tersebut, masih setia mengembangkan senyumannya.
"Kamu sangat bersemangat sekali Chanyeol."
"Tentu saja. Karena sebentar lagi, Baekhyun akan menjadi milik ku seutuhnya," balas Chanyeol.
"Aku senang jika kamu senang," tutur seorang namja berkulit albino.
Mobil mewah itu telah tiba ditempat tujuan. Chanyeol segera keluar dari dalam mobil yang disusul oleh sosok namja albino tersebut.
Chanyeol mulai mengetuk pintu kayu rumah minimalis tersebut, dengan senyuman dan secarik amplop putih di tangannya.
Tak berselang lama, pintu kayu itu terbuka. Menampakkan wajah seorang pria paruh baya yang terkejut dengan kehadiran mereka.
"Brengsek! Mau apa kamu kemari!" Ujar pria itu dengan tatapan tajam yang menusuk.
"Aku ingin memberikan surat ini appa mertua," seru Chanyeol.
Si pemilik rumah langsung merampas surat yang diberikan Chanyeol dengan kasar, tidak lupa tatapan tajam yang seolah ingin membunuhnya. Pria itu mulai membaca isi surat yang ada di dalam amplop. Seketika kedua maniknya membesar, di saat kata demi kata yang telah ia baca.
"Apa maksud ini semua Chanyeol?!" teriaknya melempar surat tersebut kearah Chanyeol.
"Itu adalah hasil pemeriksaan dari rumah sakit, yang menyatakan jika Baekhyun sedang mengandung anak ku appa mertua."
Pria paruh baya itu menarik kerah kemeja Chanyeol dengan kasar. Tatapan tajamnya tak pernah luntur dari wajah tampan itu. Sedangkan namja albino tersebut berusaha untuk melerai perkelahian dari dua pria berbeda usia.
"Apa kamu tidak cukup menghancurkan hidup Baekhyun!"
"Aku akan membahagiakan Baekhyun. Anda tenang saja."
"Dasar brengsek!"
Brukkk!
"Sudah terlalu jauh kamu melangkah Chanyeol!"
Chanyeol segera bangkit dari jatuhnya. Ia mendekati Daniel dengan senyuman yang tak pernah luntur diwajahnya.
"Aku tidak perduli berapa kali Anda memukul dan menghajar ku, bahkan hingga mati aku tidak perduli. Tapi, satu hal yang harus anda ketahui. Jika saya, Park Chanyeol akan menikahi putra anda yang bernama Byun Baekhyun."
Daniel melihat kesungguhan yang mendalam dari kedua manik milik Chanyeol. Namun, semua itu ia tepis dengan cepat dari pandangannya.
"Aku tidak akan pernah se— "
"Apa anda ingin Baekhyun hamil dan melahirkan tanpa sosok pendamping? Bagaimana jika orang-orang disekitar anda menghujat dan menghina Baekhyun karena hal ini?" Kini namja albino tersebut yang mulai angkat bicara.
Daniel mulai melangkah mundur. Semua yang dikatakan oleh mantan atasannya tersebut adalah benar. Bagaimana jika orang-orang disekitar mereka menghina dan menghujat Baekhyun. Bagaimana perasaan Baekhyun jika semua itu terjadi?
Daniel tidak ingin kejadian beberapa minggu lalu kembali datang. Ia tidak ingin Baekhyun mengakhiri hidupnya karena hujatan orang-orang. Tapi— bagaimana dengan perasaan Baekhyun, jika harus menikah dengan sosok yang tidak ia cintai.
"Appa ..." seru Baekhyun yang baru saja menyusulnya keruang depan.
Ketiga namja itu menatap Baekhyun dengan tatapan yang berbeda-beda. Daniel mulai melangkah mendekati putra tunggalnya. Mengusap surai hitam itu dengan lembut dan sayang.
"Apa makanan mu sudah habis?" tanya Daniel mengalihkan situasi.
Baekhyun menggelengkan kepalanya. Kedua manik indah nya menatap sosok yang sedang tersenyum lembut dibalik pintu.
"Appa— "
"Jika kamu tidak ingin— kita bisa menggugurkan kandungan mu saja."
Semua orang yang ada disana menatap Daniel tidak percaya. Bagaimana mungkin Daniel bisa berbicara seperti itu! Si cantik menggelengkan kepalanya dengan tetesan air mata yang membasahi wajah nya.
"Tidak appa hiks ... anak ini tidak bersalah hiks ... " tutur Baekhyun membuat Daniel ikut menangis.
"Kamu benar sayang, anak ini memang tidak bersalah. Tapi bagaimana jika dia lahir dan mengetahui kejahatan yang dilakukan appa nya."
"Tapi aku tidak ingin membunuhnya hiks ... bagaimana pun hiks ... dia adalah anak Baekhyun." Daniel segera memeluk putra nya, memberikan ketenangan pada sosok yang rapuh itu.
Sedangkan di ambang pintu, Chanyeol tertunduk dengan perasaan bersalah yang menggerogoti hati kecilnya. Apakah ia sangat egois? Hingga ia menyakiti orang yang sangat di cintai nya.
"Apa aku bisa membuat hati mu mencintai ku Baekhyun?"
.
..
...
....
.....
Bersambung!
Jangan lupa voment CBHS (๑˙❥˙๑)
Note :
Maaf kalau ada typo yang kalian temukan. Semoga berkenan.