webnovel

Pemuda yang Merenung

Mulai sekarang, aku adalah seorang pekerja yang bekerja di kedai mi. Kamarku juga jadi lebih rapi karena sampah rutin aku bersihkan.

"Aku berangkat!" Kataku dengan penuh semangat.

Dua hari yang lalu, "Bagaimana kalau kau bekerja di sini?" Tanya kakek Ichiro.

"Aku bersedia. Namaku Hajime Haruyama, mohon bantuannya." Kataku.

"Salam kenal, Hajime. Nama saya Jiro Shiroyuki. Panggil saya Pak Jiro." kata Pak Jiro.

"Baik, Pak Jiro," kataku dengan semangat.

"Ngomong-ngomong, di mana Ichiro?" Tanyaku penasaran.

"Oh, dia baru saja pergi ke luar negeri untuk kuliah." Jawab Pak Jiro.

Luar negeri? Hebat juga anak ini, pikirku.

"Makanya saya jadi kewalahan bekerja sendirian. Karena kamu mengenal baik kedai ini, aku pikir bagus untuk mempekerjakanmu," kata Pak Jiro.

"Apalagi kau butuh pekerjaan, kan?"

"Tapi bukannya dia baru lulus?" Tanyaku.

"Dia sepertinya ada pelatihan terlebih dahulu sebelumnya. Jadi berangkat lebih dulu." Jawab Pak Jiro.

"Begitu, ya? Kalau begitu, aku akan mengirimkannya ucapan selamat." Kataku.

Hari ini, sebelum memulai pekerjaan sebagai pelayan, aku menyiapkan bahan-bahan dan sebagainya, dibantu oleh Pak Jiro.

Para pelanggan mulai berdatangan dan kami menjadi sibuk karenanya.

Seorang pelanggan membuka pintu kedai, "Selamat datang! Saya pelayan baru di sini, Anda ingin pesan apa?"

Seorang pemuda yang sepertinya berusia setara anak SMA duduk dan melihat menu, "Apakah ada menu untuk membangkitkan semangat?"

Eh? Adakah menu seperti itu? Pikirku.

"Ketika saya sedang kurang semangat, saya biasa memakan mi kuah sedikit pedas untuk menenangkan diri." Kataku.

"Begitu ya? Saya biasa pesan mi goreng pedas, tapi kali ini saya akan mencoba mi kuah sedikit pedas sesuai yang kakak bilang." Katanya

"Baik, tunggu sebentar ya." Kataku.

Ia menyantap makanannya dengan lahap, tetapi ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sehingga kata "enak" tidak keluar dari mulutnya.

Pemuda itu adalah pelanggan terakhir. Setelah itu, aku beres-beres dan pamit untuk pulang ke apartemen.

Di tengah perjalanan pulang aku melihat anak SMA tadi sedang berdiri di depan sekolah. Apa yang dia lakukan? Pikirku.

Ia merenungkan sesuatu dan berkata "Semoga aku diterima di universitas yang aku inginkan."

Begitu ya? Pikirku.

Keesokan harinya, ia kembali lagi ke kedai mi. Aku mencoba memulai percakapan, "jadi kamu sedang mencari universitas, ya."

Ia terkejut, "maaf aku kemarin mendengarmu bicara ketika berada di depan sekolah."

"Begitu ya? Apa yang sebaiknya aku lakukan?" tanyanya.

"Aku rasanya jadi mengingat peristiwa waktu itu," kataku. "Begini, kalau menurut aku pilihlah universitas yang bisa membuatmu senang, yang bisa membuatmu sungguh-sungguh, dan yang bisa membuatmu menjadi diri sendiri."

"Salahkah jika menginginkan universitas tertentu?" Tanyanya.

"Tidak salah, sih. Selama itu universitas terbaik bagimu dan kamu mampu menggapainya," kataku. "Kamu perlu menurunkan ekspektasi dan meningkatkan usaha dan doa,"

"Aku berharap di mana pun kamu terpilih, kamu merasa senang tanpa ada kekecewaan."

"Begitu ya? Terima kasih, ka. Oh iya namaku Yuki. Salam kenal." kata Yuki.

"Oh iya kita belum kenalan nama. Panggil aku Hajime. Salam kenal." Kataku.

"Salam kenal, ka Hajime." kata Yuki.

Ia kemudian menyantap mi goreng kesukaannya dengan senang hati. Masa depan Yuki masih belum diketahui, tapi setidaknya ia menjalani hidup dengan bahagia untuk saat ini.

"Sepertinya kau membuat koneksi pertemanan baru ya." Kata Pak Jiro.

"Tidak juga, aku hanya seperti teringat waktu aku memilih universitas dulu." Kataku

"Tiap orang punya jalannya masing-masing dan jalan itu terkadang mempertemukan kita semua." Kata Pak Jiro.

"Pak Jiro benar." Kataku.

Semoga Yuki dapat menjalani kehidupan kuliah nanti dengan semangat dan gembira, doaku dalam hati.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Tegar_Rifqiauliancreators' thoughts