webnovel

Pemikat Cinta Demi Harta Part 1

Setelah kejadian itu Saiful menjadi termenung tiba-tiba rasa penyesalan mulai tumbuh, terlihat dia duduk di tepian parkiran sepeda dengan memegangi kepala dengan kedua tangannya sesekali dia mencabik-cabik rambutnya seraya berkata, "Betapa bodohnya diri ini sudah menyianyiakan wanita yang menjadi belahan jiwaku sekarang pergi jauh entah kemana."

Tasya yang melihat hal yang demikian menjadi was-was dia berfikir, "Ah ... ini masak sudah tidak berfungsi lagi gendam sukmanya, mengapa dia mulai kepikiran Rahel ya ... Ah ... biarlah coba saya perhatikan beberapa hari lagi jika ia masih memikirkan dia maka saya akan kembali ke orang pintar itu."

Dengan cepat pula Tasya merayu Mas Saiful dengan berkata, "Mas, Sudahlah ikhlaskan saja toh dia sudah pergi, oh ... iya Bagaimana kalau kita pergi ke rumahnya kita tengok bersama anakmu Mas, kita tanya-tanya pada Ibunya Mbak Rahel siapa tahu beliau mau bercerita." Dengan sedikit menahan perasaan jengkel Tasya menarik lengan Saiful agar berdiri."

Saiful yang mendengar ucapan Tasya seperti itu dengan cepat dia berdiri seraya berkata, "Wah ... kamu bener juga, baik kalau begitu mari kita kesana siapa tahu mendapat kabar baik dari Ibu, terimakasih ya ... sekali lagi kamu bisa menenangkan gejolak hatiku."

"Iya Mas, pokoknya saya selalu ada untukmu, saya juga siap setiap saat kalau Mas Saiful membutuhkan," kata Tasya dengan manisnya namun dalam hati dia berkata, "hmm ... jika kalau bukan karna hartamu saya juga ogah pontang-panting, kesana-kesini mending saya cari kerjaan yang enak."

Mereka berdua pun berangkat menuju rumah Rahel dengan mengendarahi mobil Avanza warna merah yang terlihat mulus seperti baru keluar dari pabriknya.

Waktu terus berjalan begitu cepatnya kini mereka berdua sudah sampai di depan rumah, terlihat sepi tak ada seorang pun yang melintas hanya ada suara serangga yang bernyanyi didengar mereka, malam sekitar pukul 09.00 wib keadaan rumah sudah seperti tidak berpenghuni, Saiful yang melihat keadaan itu lantas berkata pada Tasya, "Tasya! ... Sepertinya Ibuk sudah terlelap, juga tidak ada suara bayi menangis cuma hanya ada suara serangga berirama, mungkin besok kalu ya saya kesini lagi, tidak tahu mengapa saya semakin memikirkan anakku dan keluargaku."

"Huh ... Iya Mas, sepertinya lebih baik begitu, lihat saja para tetangga juga tidak ada tuh yang pada keluar, menurut saya sih juga begitu besok saja kesini lagi, tapi sebelumnya maafkan saya tidak bisa mengikuti dan menemanimu kesini soalnya saya juga sudah ada janji dengan teman," terang Tasya yang masih bersikap manis dan tersenyum tipis padanya.

"Iya ... tidak mengapa justru saya yang meminta maaf sudah banyak merepotkan kamu, menyusahkan kamu," terang Saiful juga dengan senyuman manisnya namun masih terlihat lesu karena kepikiran keluarganya mengapa menjadi seperti ini.

"Ah ... Biasah saja Mas, seperti tidak mengenal saya saja kita kenal sudah lama ya ... sebagai teman juga dulu pernah menjalin asmara hmm ... sudah sepatutnya saling membantu," tutur Tasya.

"Ya ... Sudah kalau begitu mari kita pergi dari sini nanti keburu malam, kamu dicari orang tuamu," ujar Saiful.

Maka mereka berdua masuk mobil kembali tak lama mereka sudah tidak terlihat, kini keadaan rumah benar-benar sepi tak berpenghuni, suara angin menerpa pepohonan begitu kerasnya, mendung mulai bergerak menjadi satu diatas rumah hingga menjadi hitam pekat dan baru turun hujan dengan begitu derasnya.

...

Ke esokan harinya Tasya tidak mau buang-buang waktu dia juga harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh demi sesuatu yaitu menjerat Mas Saiful agar cepat menikahinya.

Dengan berdandan begitu cantiknya dia berangkat, tak lama dia sudah berada di jalanan setapak yang harus dilaluinya dengan jalan kaki, di dekat rumah orang pintar itu dia berjumpa kembali dengan petani yang tempo dulu juga pernah berjumpa maka tanpa menunggu lama Tasya mendekati orang itu seraya bertanya, "Siang Bapak! ... Mau tanya ... Apa orang yang tinggal di ujung jalan ini masih ada Bapak, eh maksudnya apa masih dirumah tidak pergi ke mana gitu? ... Maaf ya Bapak."

"Oh ... Sepertinya dia sudah meninggal beberapa hari ini, entah mengapa tiba-tiba dia muntah darah gitu kalau menurut kabar yang saya terima, karena dia hidup sendiri ya ... tidak ada yang menolong waktu kejadian itu, ... itu saja orang-orang desa menemukannya sudah meninggal kira-kira sudah tiga harian soalnya sudah bau busuk," kata petani itu dengan sambil menggetarkan tubuhnya dan kemudian kembali mencangkul.

"Lagian mengapa juga kamu kesini cantik-cantik malah nanti terjadi apa-apa bagaimana orangnya itu juga terkenal suka menggauli pasiennya ya saya sih juga mendengar dari cerita orang-orang," Imbuhnya.

"Oh ... Begitu ya ... Ya ... sudah Bapak mari saya duluan dan terimakasih atas infonya," kata Tasya kemudian beranjak dari tempat berdirinya.

"Ah ... Pantas saya perhatikan responnya Mas Saiful akhir-akhir ini sepertinya pupus, dia malah kepikiran pada istrinya berati saya harus mencari orang pintar lagi, ... hmm ... tapi dimana ya," kata Tasya pada dirinya sendiri.

"Apa saya masuk saja kerumahnya ... siapa tahu mendapat petunjuk," kata Tasya kembali, maka dia nekat kembali dan menuju rumah orang pintar tersebut.

Tak lama dia sudah berda di dalam rumah orang pintar itu, benar apa yang di inginkannya dia menemukan selembar tulisan yang berbunyi, "Maafkan saya teman, kamulah yang lebih hebat, tolong balaskan dedamku pada orang yang membuatku seperti ini, dari Suroso kepada Samudro di banyuwangi bagian utara.

dengan beberapa petunjuk dia mencari temannya itu hampir tiga hari dia mencari rumahnya hingga akhirnya menemukannya, Tasya kaget karena kali ini orangnya lebih ganteng, lebih keren dari yang dulu.

"Siapa kamu, dan apa maumu kesini," tanya Samudro dengan nada kasarnya.

"Itu Mbah nama saya," kata Tasya yang dipotong oleh Samudro.

"Cukup! namamu Tasya kan, tujuanmu ingin mendapatkan hartanyakan, mudah pernysaratannya kamu harus menemani saya tidur sekali ... jika ingin lebih makin cepat harus layani saya tiga hari sekali ... Bagaimana? Nanti saya kasih Pemikat cinta, saya jamin tidak sampai satu minggu dia akan berlutut-lutut padamu meminta kamu nikahin,"

"Harus ya itu, tapi beneran ya dia akan seperti itu," kata Tasya.

"Lihat ini apa ( Pisaukan) jika tidak sesuai dengan apa yang saya ucapkan, maka tusukkan pada jantungku," terang Samrudro dengan sedikit tersenyum.

"Baik saya pegang omonganmu itu, mari kalau begitu kita lakukan sekarang saja, saya sudah tidak tahan ingin dia menjadi suamiku lalu hartanya untukku, dimana kita bisa melakukannya," kata Tasya yang mulai membuka sedikit kancing baju atas sehingga mulai terlihat sedikit payu daranya yang membuat Bapak Samudro sangat bernafsu.

"Hmm ... di dalam kamar itu saja, kamu memang cantik kemarilah mari kita masuk bersama ke kamar itu," ajak Bapak Samudro dengan menarik tangannya Tasya kemudian merangkulnya dengan sedikit memasukkan jari-jari di lengan lehernya sehingga memegang barangnya.

Maka terjadilah hal yang serupa sewaktu singgah di orang pintar dengan mendapat gendam sukma.

Nah, Bagaimana kisah kelanjutannya.

Mari ikuti kisahnya.