webnovel

KONSULTAN RANJANG

Dari pengalaman rumah tangga pribadinya, Lelis Mustika Ningrum, yang akrab di panggil Lelis akhirnya terinspirasi membuka usaha biro jasa sebagai konsultan yang membantu pasangan pasutri memperbaiki hubungan rumah tangga mereka yang terasa hambar. Namun, Lelis sama sekali tidak menyangka, ide membuka biro jasa 'KONSULTAN RANJANG' justru menjadikan sahabat karibnya sebagai klien pertama di biro jasa tersebut. Akankah Lelis berhasil mengembangkan Biro jasa Konsultan Ranjang?

IntenSaninten · Urban
Not enough ratings
392 Chs

Niat Sungguh-Sungguh

Lelis menceritakan dengan hati-hati pengakuan yang Wawan sampaikan kenapa dia bisa tergoda dan main gila dengan si mantan.

"Tolong mbak, apa yang saya sampaikan tadi tidak ada sedikit pun maksud menyalahkan atau menyudutkan, mbak," jelas Lelis mempertegas ucapannya.

"Harusnya dia sebagai laki-laki sadar dong, mbak, kerjaan saya kayak apa, masa mikirnya cuma enak-enakan di ranjang saja," sentak Pipit tidak terima alasan Wawan main serong dengan si mantan karena merasa bosan dan kurang diperhatikan Pipit sampai menyinggung Pipit yang sering melayani Wawan sambil tidur.

"Mbak, maaf kalau cara penyampaian saya salah. Maaf nih, Mbak, saya gak ada maksud menggurui sama sekali, bagaimana kalau sehari ini mbak, berpikir dulu mengenai apa yang sudah saya sampaikan. Mari meredam ego mbak demi Nisya dan Zaki," bujuk Lelis mencoba meredakan emosi Pipit.

"Silahkan mbak kosongkan diri mbak, Saya juga nyuruh pak Wawan instrospeksi diri. Mari bareng-bareng meredam ego untuk mendapatkan jalan penyelesaian yang terbaik untuk Pak Wawan, Mbak Pipit dan juga untuk anak-anak," lanjut Lelis.

"Mbak benar, saya kayaknya mesti instrospeksi dulu, terima kasih ya, Mbak, sudah mau jadi pendengar buat saya."

Lelis mengakhiri panggilan suara setelah mereka saling mengucapkan salam. Lelis pun berjalan menuju ruang guru. Ternyata Wahyu sudah menunggu di depan ruangan sedang mengobrol dengan Wawan.

"Sudah lama, Yah?" Lelis mencium tangan Wahyu. Wahyu memberi kode pada Lelis untuk meninggalkan dirinya dengan Wawan sejenak.

Lelis pun masuk ke ruang guru untuk membereskan semua alat perang yang telah selesai digunakan untuk kegiatan belajar mengajar hari ini, supaya dia segera bisa pulang ke rumah untuk bertemu malaikat cantiknya, Serlin Yulistia (Yulistia singkatan dari Wahyu Lelis selalu setia)

"Yah, hari ini gak usah nyetrika ya, aku males 'nih," rajuk Lelis setelah mereka salat ashar berjamaah, Lelis yang biasanya langsung mengeksekusi setrikaan justru berbaring di pangkuan Wahyu.

"Ya kalau capek sesekali di laundry Saja, Bun, 'kan ada yang cuma setrika doang," usul Wahyu. Dia mengusap rambut sang istri dan mengecup keningnya sekilas.

Putri mereka masih tidur siang setelah sepulang Lelis dari sekolah, dia langsung menidurkan Serlin dengan membacakan beberapa buku cerita.

"Tadi pak Wawan cerita kalau dia sudah mengganti nomer dan menonaktifkan akun media sosial," ungkap Wahyu memulai percakapan dengan sang istri

Lelis mendengarkan cerita sang suami yang membahas obrolan antara dia dan Wawan saat menjemput Lelis siang tadi.

Mariska beberapa kali mengirim pesan dan chat untuk kembali bertemu dengan Wawan. Namun, setelah Wawan mengungkapkan niatnya menyudahi hubungan terlarang mereka yang pasti akan membuat rumah tangga Wawan berantakan, Riska tetap saja merayu dan bersedia kalau dia hanya akan menjadi wanita simpanan Wawan yang bisa dia hubungi kapanpun saat dibutuhkan.

"Ya Allah, kok ada sih yang kayak gitu, padahal sama-sama perempuan loh, Yah," potong Lelis di tengah cerita.

"Ya banyak, Bun, buktinya pelakor lagi marak, para wanita pekerja seks komersial juga semakin laku," ujar Wahyu.

Tidak mau khilaf untuk kedua kali maka Wawan memutuskan untuk mengganti nomer dan menonaktifkan semua akun media sosialnya, dia benar-benar merasa tersiksa jauh dari Nisya dan Zaki. Apalagi sampai sekarang Pipit belum mau bertemu dengannya. Selingkuh adalah kenikmatan sesaat yang menghadirkan kesepian akan keceriaan keluarganya, kurang lebih seperti itulah pengakuan Wawan pada Wahyu.

"Tadi juga mbak Pipit telepon katanya sudah bingung menjawab pertanyaan kedua anaknya yang sering merengek bertanya kapan mereka pulang."

Mereka terus berdiskusi mencari kemungkinan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah keluarga Wawan dan Pipit. Ini pertama kali Wahyu ikut aktif membantu sang istri di biro jasanya, pasalnya Wawan adalah klien laki-laki pertama Lelis.

"Kita tunggu sampai besok sore, Pipit sudah mengambil keputusan belum, kalau belum, Bunda hubungi dia dan tanyakan mau tidak melakukan mediasi dengan Wawan, kalau bersedia nanti kita atur waktu untuk mempertemukan mereka," putus Wahyu.

"Okay, thank you, Ayah." Lelis yang masih berbaring dipangkuan Wahyu melingkarkan tangannya di leher Wahyu. Ciuman panjang yang akhirnya berujung satu ronde olahraga sore pun tak bisa dielakkan.

__I.S__

Pipit POV

Ya Allah, bagai tersambar petir alasan yang Wawan ungkapkan kenapa dia bisa tega melakukan itu benar-benar membuatku semakin muak pada laki-laki yang masih sah menjadi suamiku dan akan selalu menjadi ayah untuk Nisya dan Zaki.

"Astagfirullah al adzim." Pipit keluar dari kamar setelah panggilan dari Lelis terputus, dia sangat membutuhkan tempat berbagi.

Dia berjalan ke dapur mencari Ibunya. Ibu yang selalu menjadi contoh teladan Pipit dalam menjalani rumah tangga. Ibu yang selalu menjadi teman tempat dia bercerita dan berkeluh kesah, nasihat sang ibu sangat dia butuhkan sekarang.

"Ibu, Bu," panggil Pipit saat dia tidak menemukan sang Ibu di dapur.

Pipit membuka pintu belakang rumahnya, di lihat sang ibu sedang duduk di ranjang yang biasa digunakan mereka saat duduk berkumpul mengawasi Nisya dan Zaki yang bermain tanah di sana.

"Bu, kok melamun, duduk di sini sendirian," tegr Pipit membuyarkan lamunan Sang Ibu. Dia kini duduk di samping ibunya.

Lestari, sang ibunda menunjukan beberapa potong celana yang telah terlipat dan sebuah toples kecil berisi alat menjahit.

"Celana Bapakmu banyak yang sobek, Pit. Nisya masih bobo?"

"Masih, Bu." Pipit menggenggam tangan Lestari.

"Bu, maaf Pipit masih selalu membuat ibu repot."

"Kamu kesambet apa toh Pit, orang tua mah gak pernah ngerasa direpotin anak."

Pipit menarik napas sesaat, diayunkan kedua kakinya yang terjuntai.

"Pipit mau cerita, Bu," ucapnya ragu seraya menoleh menatap wajah teduh sang Ibu.

Pipit mulai bercerita tentang permasalahan yang dihadapinya, meskipun Lestari sudah tau sedikit tentang penyebab kemarahan Pipit pada Wawan yang mengakibtkan sang anak memilih pulang ke rumahnya ketika Nisya dinyatakan boleh pulang dari rumah sakit. Pipit juga menyampaikan apa yang dia obrolkan dengan Lelis dan perihal Wawan yang memilih mendaftarkan diri sebagai klien di biro jasa konsultan ranjang milik Lelis.

"Itu berarti suamimu ada niat sungguh-sungguh untuk berubah."

"Aku ya gak terima, Bu. Dia kok ngomong kalau selingkuh gara-gara aku yang kurang memperhatikan dia," cetus Lelis kesal.

Dia kemudian menceritakan apa yang disampaikan Lelis tentang rasa kecewa dan ketidakpuasan dari Wawan pada dirinya. Lestari tersenyum menatap putri bungsunya.

"Kamu mau Ibumu ini bela kamu atau mau dengerin nasehat ibu?" tanya Lestari.

"Aku cerita ke Ibu tuh mau minta pendapat Ibu, sekalian nasehatin aku biar gak salah langkah," rajuk Pipit sambil menghentakkan kaki ke tanah.

Sebagai anak bungsu kemanjaan Pipit kerap muncul di depan sang Ibu. Seolah dia merasa kembali menjadi gadis kecil kesayangan Lestari.

"Kalau Ibu membenarkan apa yang diucapkan suamimu gimana?"

Perkataan Lestari langsung membuat Pipit berbalik dan menyipitkan mata memandang ke arahnya.

"Maksud Ibu?"

Tutur kata Lestari yang selalu lembut membuat ketiga anaknya tak pernah sungkan untuk berbagi kisah dengan sang Ibu. Meski Rizal dan Rahman, kedua kakak Pipit laki-laki. Namun, mereka tak pernah ragu mengadu pada sang ibu ketika menemui jalan buntu untuk memecahkan masalah dalam keluarga mereka.

Terima kasih buat kakak-kakak yang selalu baca cerita aku,

Jangan lupa tinggalkan komen dan kasih reviews ya kak.

cara review:

- Klik Rak

- Pilih "Konsultan Ranjang"

- Klik tanda titik tiga di cover

- Klik tentang buku ini

- Klik beri rating/peringkat yang ada gambar bintang lima ya kak.

IntenSanintencreators' thoughts