webnovel

Drama Saat Ujian

Keadaan kini menjadi hening dan menegangkan. Tidak ada satu pun anak yang bersuara, mereka semua menunduk menatap kertas mereka masing-masing. Bahkan suara pulpen yang menulis di atas kertas pun tak terdengar sama sekali, semua orang tampak berhati-hati. Padahal dosen mata kuliah yang juga tengah mengawas itu hanya duduk di kursi dosen sembari memainkan ponselnya, namun ia tetap memberikan kesan yang menakutkan bagi seisi kelas.

Risa tengah membaca satu soal ke soal berikutnya, meski ia sudah mendapatkan jawabannya namun ia masih belum menuliskan apa-apa pada kertas lembar jawaban tersebut. Risa tidak merasa yakin dengan jawaban yang ia punya, dan juga ia tidak tahu bagaimana menuangkannya ke dalam kata-kata.

Risa terus mencoba untuk membaca semua soal-soal itu sebelum menuliskan jawabannya. Risa melirik ke samping kiri, Kalila tampak menunduk menulis jawaban, ia terlihat lancar menuliskan jawabannya di atas kertas. Risa pun melirik ke samping kanannya, di sana Rizel pun tengah fokus membaca soalnya sembari memainkan pulpennya di sela-sela jari. Tak berapa lama pun Rizel terlihat menuliskan jawabannya, Risa hanya bisa menghela napas pelan, sepertinya hanya dia yang merasa tidak yakin dengan jawabannya.

Melihat teman-temannya yang tampak lancar menjalankan ujian ini membuat Risa semakin gugup. Risa pun mulai menulis di atas kertas jawabannya itu, setidaknya ia harus mengisi lembaran jawaban itu. Setelah mengisi beberapa akhirnya, Risa kembali menoleh kepada Kalila.

Kalila masih sibuk mengerjakan soal-soal itu, Risa tidak bisa terus menunggu seperti ini. Risa pun melirik dosen yang masih sibuk dengan ponselnya itu, setelah diyakini aman, barulah Risa memberikan kode kepada Kalila. Risa memainkan tangannya di udara, dekat dengan meja Kalila. Kalila yang tengah menunduk pun melihat tangan Risa. Kalila pun menoleh kepada Risa sembari mengangkat alisnya dengan eskpresi seolah bertanya ada apa.

"Apa kamu udah selesai?"tanya Risa, Kalila menggeleng. Risa tidak benar-benar penasaran apakah Kalila telah menyelesaikannya atau belum, Risa hanya ingin mendapatkan jawaban.

"Masih ada tiga soal lagi. Kamu gimana?"Kalila bertanya balik.

"Masih ada beberapa yang membuat aku ragu,"jawab Risa cemberut.

"Bagian mana? soal nomor berapa?"tanya Kalila. Risa pun memberitahukan beberapa soal.

"Kamu gimana? aku cuma bingung bagaimana menuliskannya."ucap Risa.

"Kalau nomor tiga itu tentang brand awarness gitu, jadi secara garis besar aja ya aku jelaskan. Jadi ini tu... "akhirnya Kalila menjelaskan inti dari jawabannya, tentu saja ia tidak memberikan seluruh jawabannya.

"Ah gitu, tapi kok keliatannya punya kamu panjang banget."ucap Risa tidak mempercayai penjelasan Kalila. Risa sendiri sudah mengintip jawaban Kalila yang terlihat panjang itu.

"Kan di sini aku jelaskan secara rinci dan juga aku kasih contoh apa brand awarness itu dan bagaimana membangunnya."ucap Kalila.

"Aku lihat punya kamu dong."ucap Risa yang masih tidak mempercayai Kalila, Risa berpikir bahwa Kalila tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.

Kalila sedikit kesal karena Risa tidak mempercayainya. Tidak hanya sekali, tapi hal seperti ini sudah sering terjadi. Bahkan ketika Risa bertanya tentang apapun kepadanya, Risa tidak akan mempercayainya seolah-olah ia berbohong atau dianggap informasi itu tidak benar.

Kalila pun melirik ke depan, ia berharap dosen itu mendengar mereka. Namun karena dosen itu tidak memperhatikan sama sekali, akhirnya Kalila berpura-pura bahwa dosen itu melihat mereka, Kalila pun kembali menunduk yang diikuti oleh Risa.

Risa kembali berpura-pura membaca soal-soal itu, hanya untuk mengalihkan perhatian dosen itu. Setelah beberapa saat, Risa mengintip dosen itu dan ia kembali melirik Kalila. Risa kembali melakukan hal yang sama untuk memanggil Kalila, tapi kali ini Kalila tidak menoleh sama sekali.

"Padahal dia tahu kalau aku butuh jawaban, kenapa dia malah nggak melirik sama sekali. Keliatan banget kalau dia menghindari."bathin Risa jengkel.

Kalila sendiri memilih untuk mengabaikan Risa meski ia melihat tangan Risa. Kalila sedikit kesal, karena ia sudah menjawab intinya, Risa tidak mempercayainya. Kalila juga tidak ingin memperlihatkan kertas jawabannya kepada Risa, karena biasanya Risa akan menyalin tanpa ada perbedaan. Tentu saja itu akan membuat mereka terkena masalah, jika dengan dosen lain, Kalila akan memberikannya tapi kalau dosen kali ini, Kalila tidak berani. Bagaiamana pun, Kalila masih mementingkan nilainya.

Di sisi lain, Risa berusaha menarik perhatian Rizel. Tapi karena Rizel tak juga menoleh kepadanya membuat Risa memanggil Rizel dengan suara yang sangat pelan, tapi berharap Rizel akan mendengarkannya. Tapi nyatanya Rizel tidak menoleh sama sekali.

"Keliatan banget pura-pura nggak dengernya. Beneran tuli bau tau rasa ntar."bathin Risa. Risa melirik Sekar yang lumayan jauh darinya, Sekar juga tampak lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi meskipun begitu, Risa juga tidak berniat untuk bertanya kepada Sekar, bukan karena jarak mereka tapi memang karena ia tidak mempercayai sekar. Risa tidak percaya kalau Sekar akan menyelesaikan soal-soal itu dengan baik dan benar.

"Giliran seperti ini mereka malah tidak ada. Katanya teman, giliran butuh malah sibuk sendiri."gerutu Risa lagi.

"Segitunya pengen nilai yang bagus, padahal katanya enggak terlalu memikirkan nilai. Kenapa pada munafik gitu mereka."bathin Risa lagi

Pada akhinrya Risa kini hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Jawaban yang diberikan Kalila tadi juga tidak ia tuliskan, ia masih tidak mempercayai Kalila.

Sudah hampir satu jam mereka di dalam keheningan itu. Dosen yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, kini mulai meletakkan ponselnya. Ia sengaja karena biasanya semakin dekat waktunya akan berakhir, maka anak-anak itu akan segera sibuk mencari jawaban. Mereka akan panik dengan sisa waktu yang ada.

Benar saja, Dosen itu telah menegur beberapa anak yang terlihat melirik ke samping mereka atau anak-anak yang mulai gaduh. Dosen itu pun berdiri dan menuju ke samping anak-anak itu.

"Siapa yang sudah menyelesaikan soal-soal itu, kalian boleh meletakkannya di atas meja dan dipersialhkan keluar."ucap Dosen itu.

Seketika beberapa anak tampak bangkit dari duduknya, termasuk Kalila dan Sekar. Mereka meletakkan lembar jawaban mereka ke meja depan dan bergegas keluar.

Melihat banyaknya anak-anak yang mulai meninggalkan kelas membuat anak-anak lainnya semakin panik termasuk Risa. Risa pun menuliskan apapun di atas lembar jawaban itu, ia ingin menyelesaikannya sesegera mungkin agar tidak dianggap bodoh oleh yang lainnya. Sedangkan Rizel memilih untuk tetap duduk meskipun ia sudah menyelesaikannya. Rizel tidak ingin mendengar anak-anak itu mulai membahas tenyang soal-soal beserta jawaban mereka di luar sana. Itu hanya membuat Rizel merasa tidak yakin dengan jawabannya.

Risa keluar lebih awal daripada Rizel. Risa pikir, Rizel belum menyelesaikannya sama sekali karena Rizel terlihat masih menuliskan sesuatu di atas kertasnya.

"Kirain benar-benar bisa menjawab."Risa mengeluarkan smirknya, sepertinya ia kesal karena Rizel tidak mendengarkannya ketika ia memanggil-manggil Rizel tadi.