webnovel

Perang Dunia Ketiga

Marino tengah berbincang dengan seru bersama dengan Ricky mengenai acara pertandingan sepak bola yang tengah marak di televisi ketika ia merasakan seseorang menyentuh lengannya yang ia sandarkan pada sandaran kursi lipat.

Ia mendongak. Marino melihat Velina yang tengah menatapnya dengan ragu. Gadis itu hening sejenak, sebelum akhirnya ia berkata dengan suara pelan, bahkan hampir tak terdengar oleh siapa pun kecuali dirinya.

Velina menghela nafas panjang, "Esme kembali," kemudian wajahnya terlihat lega setelah dia mengatakan hal itu.

Ucapan Velina memang pelan dan berbisik di telinganya, namun bagi Marino, kabar itu bagaikan badai topan yang meluluh lantakkan hati dan dunianya.

Tatapannya kosong, ia menatap Velina tanpa berkedip. Rasanya sulit sekali baginya untuk bernafas.

Marino terdiam untuk waktu yang cukup lama, membuat Ricky merasa canggung berada di antara mereka.

"Uh, baiklah, aku akan membantu mereka beres-beres. Nana, terima kasih atas kerja kerasnya! Aku harap lain kali kita bisa bekerja sama lagi ya!" Ricky berdiri dari kursinya dan melambaikan tangan padanya sambil tersenyum.

"Terima kasih juga! Semoga kita bisa bekerja sama lain kali!" balas Velina sambil tersenyum padanya.

"Kak, kamu tak apa-apa?" Velina mendesah, dia duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Ricky.

Marino tak menjawab, pandangannya tertuju pada secangkir teh jahe di hadapannya.

Ia mendesah panjang. "Apa yang bisa aku lakukan?" sudut bibir kirinya naik, ia tersenyum bodoh. 

"Dimana tadi kamu bertemu dengannya?" Marino bertanya penasaran.

"Uh, aku bertemu dengannya tadi saat aku sedang ganti baju di toilet" jawab Velina, sambil dengan hati-hati dia memperhatikan ekspresi wajah Marino. 

Sudah beberapa tahun berlalu, namun sepertinya Marino masih belum dapat melupakan perbuatan wanita itu meski pun saat ini ia sering berganti-ganti pasangan kencan.

"Rupanya ia tak hanya kembali ke negara ini, tapi ia juga kembali kesini." Marino menyeringai, ia meneguk teh jahenya.

"Makasih sudah memberitahu aku. Mungkin kalau kamu tak memberitahuku, aku tak tahu apa yang akan kulakukan padanya jika aku tiba-tiba bertemu dengannya." ucap Marino. "Baiklah, ayo kita kembali ke dalam! Disini mulai tambah dingin!" Marino bangkit dari kursinya, dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam dua saku celananya.

Dari belakang, cara berjalan Marino terlihat sangat keren dan gagah. Namun, di balik itu, hanya Velina yang tahu jika kakaknya itu tengah berusaha untuk menstabilkan perasaannya yang campur aduk.

Velina mendesah. Dia lalu juga bangkit berdiri, melangkah menuju pagar pembatas rooftop. Dari atas sana, dia dapat melihat orang-orang yang hilir mudik di bawah sekitar gedung Val Entertainment, di jalan raya, dan di trotoar-trotoar. Hawa dingin tak membuat mereka menghentikan kegiatan sehari-hari mereka.

Velina lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan segera menelpon seseorang.

*******

Di suatu sudut kota Jet, yang masih berada di dalam distrik yang sama dengan Val Entertainment.

"Ayolah bro! Please? Bantu proyekku ini, aku hanya tinggal memerlukan sepuluh juta dollar lagi!" seorang pemuda tampak memelas, ia terlihat tengah merayu pemuda lainnya untuk menuruti kemauannya.

"Nope! Tidak tidak tidak!" Ia menolak pemuda itu.

Namun, pemuda itu tak kurang akal. Ia mengekori di belakangnya dengan meletakkan kedua tangannya di pundak pemuda itu.

"Please please please?" Rayunya lagi, seakan-akan ia tengah merayu pacarnya yang sedang merajuk padanya.

Tiba-tiba, pintu ruangan dibuka oleh seseorang dari luar.

"Whoops! Bad timing! I'm sorry!"

Duh! Salah waktu! Maafkan aku!

Ia berakting berlebihan, seakan-akan ia tengah memergoki kegiatan dua orang yang tak semestinya dilakukan.

Daniel melirik orang yang membuka pintu itu sambil memicingkan matanya.

"Sejak kapan kamu mulai bicara bahasa inggris?" tanyanya dengan dingin.

Aaron mengangkat kedua bahunya. "Aku keracunan Mickey, nih! Pardonne-moi[1]!" Jawabnya, masih dengan sikap berlebihan.

"Aku rasa aku harus memangkas semua bonusmu bulan ini agar kamu bisa kembali bekerja dengan normal!" Daniel tetap bersikap dingin.

Aaron dan Mickey saling berpandangan mendengar ancaman Daniel. Sudah ribuan kali mereka mendengar ancaman semacam itu dari si manusia kanebo, kuping mereka sudah kebal.

"Hey! Wanita itu tidak suka lelaki yang pelit!" Mickey menepuk bahu Daniel dengan sedikit keras.

Daniel membalikkan tubuhnya.

"Kalian berdua kan bukan wanita!" sahutnya sambil memutar kedua bola matanya dengan ekspresi kesal. 

"Tapi kita kan tetap bisa awesome trisome[2]!" Mickey menjawab, sambil mengerling genit pada Daniel. 

Ia memang tak bosan-bosannya menggoda temannya yang kaku dan pendiam ini. Baginya, mengganggu Daniel adalah hobinya yang nomor satu.

Daniel mendesah. Ia memukul kepala Mickey dengan dokumen yang tengah dipegangnya.

"Aku perlu tukang jahit. Tolong kamu carikan untukku ya!" daniel memerintahkan Mickey.

Mickey mengernyitkan keningnya dengan heran. "Tukang jahit? Untuk apa?" Tanyanya penasaran.

Selama ini, Daniel selalu menggunakan setelan kerja yang didesain dan dirancang oleh para desainer terkenal dunia, ia bahkan memiliki desainer langganan yang berasal dari Italia yang biasanya terbang ke Vanesia sebulan sekali hanya untuk merancangkan pakaiannya saja.

"Untuk menjahit mulut kalian berdua!" Daniel kembali memutar kedua bola matanya.

Sebelum Mickey sempat membalas perkataan Daniel, ponselnya tiba-tiba saja berdering. Ia segera mengambil ponselnya dari tas pinggang yang ia kenakan, dan melihat layar ponselnya. 

Daniel sempat melirik ponsel Mickey dan tiba-tiba saja tubuhnya terasa kaku. Ia terdiam di tempat dan ia rasanya sulit untuk bernafas. Pikirannya mendadak menjadi sangat kacau. 

Tapi untung tidak meledak. Karena pikirannya bukan balon. Apalagi yang berwarna hijau.

Mickey segera menerima panggilan telepon dari seseorang begitu ia melihat layar ponselnya menyala dan berjalan menjauh dari mereka berdua, ke arah luar ruang kerja kantor Daniel agar ia bisa menerima telepon itu dengan tenang.

"Hi Mickey! Apa aku mengganggumu?" Tanya gadis itu langsung ke intinya.

"Oh, aku sedang tidak sibuk, kok! Ada apa?" Tanyanya, dengan suara direndahkan sambil melihat ke sekelilingnya.

"Aku ingin tahu apa kamu sudah mendapatkan hasil yang aku minta?" Tanya suara di seberang sana.

"Tentu, aku akan mengirimkannya padamu sesegera mungkin ya!" Mickey tahu apa yang sedang mereka bicarakan, dan ia tidak mau mengambil resiko dengan bertindak gegabah.

Sesuatu yang sedang mereka seliki ini berkaitan dengan badan intelijen istimewa dan hal ini bukanlah pekerjaan yang main-main.

"Baiklah. Aku sangat berterima kasih padamu! Aku akan mentraktirmu makan lain kali!" jawab gadis itu dengan suara riangnya yang khas.

Dia sangat berharap Mickey dapat berhasil melakukan penyelidikan itu karena tak banyak orang yang dapat dia bisa percayai di Vanesia.

"It's okay! Tak perlu repot-repot! Ditraktir Steakn'Co saja aku sudah senang, kok!" Mickey menjawab tanpa tahu malu.

Seseorang di seberang sana memutar kedua bola matanya mendengar jawaban Mickey.

Apa yang bisa kalian harapkan dari Mickey Young si pecinta makanan?

He would even die for food!

Ia bahkan rela mati demi makanan!

"Baiklah kalau begitu! Aku akan menghubungimu lagi secepatnya. Sampai jumpa!" Dia tak berlama-lama di telepon sesudah mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

Mickey tersenyum, "Baiklah, sampai jumpa!".

Setelah menutup telepon, Mickey segera kembali ke dalam ruangan Daniel sambil bersiul-siul dan tersenyum senang membayangkan enaknya daging Steakn'Co hampir setengah matang yang juicy[3] dan lumer di dalam mulutnya yang dibaluri oleh saus lada hitam.

Ia tak menyadari perubahan suhu udara yang sedari tadi sudah sangat dingin melebihi dinginnya kutub utara. Pemuda itu juga tak memperhatikan Aaron yang sudah lenyap menghilang dari sana, berlindung di dalam bunker demi menyelamatkan diri dari ancaman perang dunia ketiga yang bisa pecah kapan saja untuk yang kesekian kalinya.

*****************

Pardonne-moi[1] Bahasa Perancis yang artinya, 'maafkan aku'.

Trisome[2] Sengaja ditulis begini biar nggak kena sensor. Silakan cari artinya di mbah Gugel ya! Pardonne-moi teman-teman!

juicy[3] istilah daging setengah matang yang empuk kenyal-kenyal karena masih ada cairan yang keluar dari dalam daging yang membuat rasanya semakin enak (buat yang suka).

Akhirnya novel ini sudah bisa diakses lagi!

Karena adanya system error, kali ini bab-nya aku panjaaaaaaaangin, deh! Biar bisa melepas kangen dengan babang Daniel (☆^ー^☆)

Jangan lupa tulis ulasan novel ini ya!

Caranya: klik titik tiga di sudut kanan bawah novel ini lalu pilih 'about this book' / 'tentang buku ini' lalu silahkan tulis ulasan disana.

seperti janji minggu lalu, akan ada bab tambahan jika ulasannya bertambah.

Terima kasih untuk semua pendukung setia TRK!

Aku padamu!

maiddictcreators' thoughts
Next chapter