webnovel

KISAH CINTA RATU MAFIA - IDENTITAS BARU

Penerus bisnis peralatan militer canggih ingin menjadi aktris?!  Velina, cucu konglomerat di Kota Jet. Wanita yang telah berkeliling dunia mempelajari bela diri hanya untuk meneruskan perusahaan kakeknya!  Namun suatu hari gadis ini menggemparkan keluarganya.  "Eyang, aku mau menjadi seorang aktris!"  Velina pun menjadi aktris dengan nama samaran 'Nana'.  Tak ada orang yang tahu jati dirinya sebagai orang kaya, namun... Siapakah lelaki yang ingin mensponsorinya ini?  Daniel, seorang lelaki ‘kanebo’ yang mengidap penyakit ‘bucin’ tingkat stadium akhir, teman masa kecil Velina yang kembali mengejar sang gadis yang telah lama menghilang... Dia ingin membuat Velina menjadi icon baru dari perusahaan raksasanya, Garibaldi Conglomerate, hanya agar dapat lebih dekat dengannya! Terdengar menyenangkan, ya? Tidak juga.  Velina terkenal sebagai seorang pewaris yang hanya bisa bersenang-senang dan tak bisa apa-apa! Rumor mengatakan gadis ini pemain hati para lelaki...karena dia dekat dengan banyak pria mapan nan ganteng!  Eh, Velina dituduh mencoba membunuh presiden?? Apa lagi ini??  ------ "Kalau aku yang mensponsorinya, itu namanya cinta!" - Daniel, Bucin Tingkat Akut.   Dapatkah Daniel mengambil hati Velina? Cobaan apa yang akan menerjang karir Velina sebagai aktris?  Mampukah ia bertahan?  Baca hanya di "judulnya apa"

maiddict · Urban
Not enough ratings
581 Chs

Kembaran

Galerie La Fayette Memiliki 4 buah gedung besar, yang disatukan oleh skybdridge (jembatan layang). Di dalam gedung ini, terdapat bermacam-macam barang mewah yang di perdagangkan. Selain itu, terdapat pula berbagai jenis restaurant, mulai dari kelas menengah hingga kelas menengah ke atas.

Nadine berjalan mengikuti Velina  memasuki gedung selatan Galerie La Fayette.

Di lantai dasar, terdapat berbagai jenis merek kelas menengah, termasuk pula deretan merek-merek sepatu olahraga. 

Dalam sekali pandang, Velina segera menuju ke suatu toko. Ada yang bisa menebak, toko apa yang dimasuki oleh Velina?

"Nadine, kamu mau sepatu ini enggak? Biar kembaran sama punyaku?" Ucap Velina, sambil menunjukkan sebelah sepatu yang sedang dipakainya, yaitu converse 70' berwarna hitam tinggi.

Nadine yang mulanya bersungut-sungut di belakang Velina, terperangah.

Ia tahu sekali betapa ngefans-nya Velina terhadap merek sepatu itu dan karena Nadine tak banyak memiliki sepatu olahraga, apalagi Converse, maka ia mengangguk.

Ia merasa sangat senang.

Sudah lama sekali ia membayangkan ingin memiliki barang kembaran dengan Velina, sama seperti adik-kakak lainnya yang biasanya memiliki barang kembaran.

Mereka segera memilih-milih sepatu, dan akhirnya pilihan Nadine jatuh pada sepatu Converse 70' pendek berwarna hitam.

"Langsung dipakai saja, ya!" Velina terlihat sangat bersemangat, matanya bersinar cerah.

Nadine yang melihat betapa senangnya Velina, juga ikut tersenyum. Bila dengan memakai sepatu Converse dapat membuatnya menjadi semakin dekat dengan kakaknya, ia rela memakai converse setiap hari bahkan membeli saham merek sepatu converse sekalipun.

Nadine segera mengeluarkan ponselnya, dan memfoto dua pasang kaki mereka, lalu menggugahnya di Instagram, dengan keterangan, 'twinnies!'. 

Orang pertama yang menyukai postingan itu adalah Marino. Ia kebetulan baru saja membalas sebuah pesan di instagram saat ia melihat postingan Nadine.

Nadine tidak memiliki banyak teman di instagram, namun melihat Marino menyukai postingan yang baru saja ia posting, mood Nadine menjadi jauh lebih baik daripada saat tadi ia memasuki mobil.

Mereka melanjutkan melihat-lihat toko lainnya, ketika Velina menerima telepon dari Jun.

"Oke, kita ketemu di butik Fanny ya. Ciao!" Jawabnya singkat dan mematikan teleponnya.

Dia lalu menoleh ke arah Nadine.

"Aku mau mampir ke butik temanku dulu ya? Nggak apa-apa kan? Sebentar saja kok!" Pinta Velina.

Nadine segera mengangguk setuju. Ia tak mengerti kenapa Velina sampai meminta persetujuannya seperti itu.

Bukankah memang Velina yang memintanya untuk pergi menemaninya ke suatu tempat?

Ia terkejut saat melihat Velina meraih tangannya, menggandengnya menuju lift. 

Namun, ia tak dapat menyembunyikan senyumnya yang semakin lama semakin melebar.

Ia tak mengerti, kenapa jantungnya berdebar saat Velina menggandeng dan menarik tangannya?

Di dalam lift, mereka berdua tak berbicara.

"Ting!" Suara lift yang mengantarkan mereka ke lantai 3 terdengar. 

Begitu mereka keluar dari dalam lift, mereka segera belok ke kiri, Velina memperhatikan nama toko satu persatu sampai ia menemukan butik milik Fanny.

Nadine agak terkejut ketika ia melihat Velina memasuki butik tersebut. 

'Vy' adalah nama butik milik Fanny. Namanya begitu singkat, yang merupakan kependekan dari nama Fanny dan juga, dalam bahasa perancis, 'Vie' yang berarti kehidupan. 

Fanny memang bercita-cita ingin membuat siapapun yang memakai gaun rancangannya, menjadi lebih hidup.

Aura mereka akan lebih terlihat ketika mereka menggunakan gaun rancangannya, yang pada akhirnya, membuat gaun itu seolah-olah ada untuk semakin mengeluarkan aura kecantikan si pemakai gaun rancangannya.

Suasana di dalam butik tidak terlalu ramai, karena memang ini adalah hari biasa terlebih juga belum siang. Jadi hanya ada satu atau dua orang yang melihat-lihat di dalam butik itu.

Namun, para pegawai terlihat tak henti-hentinya mengecek stok yang ada di gudang, karena biasanya beberapa kali dalam satu bulan, beberapa kurir dari butik-butik cabang mereka akan mengambil stok dari butik ini, yang merupakan butik utama sekaligus kantor pusat 'Vy Boutique'.

Begitu memasuki butik, mereka segera menuju ke kantor Fanny, yang hanya disekat menggunakan kaca tembus pandang. 

"Kuda Nil!" Fanny yang tengah sibuk mengukur, segera berlari menghampiri Velina yang sedang berjalan ke arahnya. Di belakangnya, Nadine setia mengikutinya.

Ia melihat ke sekitarnya. Ia merasa kagum sekaligus terpesona akan butik utama milik Fanny. Ia adalah salah satu penggemar rancangan Fanny, yang menurutnya terlihat sederhana, namun sangat elegan dan berkelas.

Secara personal, Nadine hanya mengenal Fanny yang merupakan salah satu anak Gubernur kota Jet yang sudah menjabat selama dua periode berturut-turut. Mereka sering bertemu di acara-acara tertentu dan Fanny selalu bersikap ramah padanya. 

Namun, ia sama sekali tidak mengira jika Velina dan Fanny ternyata begitu dekat. Ia menghela nafas. Sepertinya, ia masih punya banyak PR untuk lebih mengenal kakaknya sendiri.

"Halo, Nadine!" Fanny tersenyum ramah padanya. 

"Duduk sini! Cari saja tempat yang kosong! Maaf aku selesaikan ini dulu ya!" Fanny segera meninggalkan mereka berdua dan menyuruh salah satu stafnya untuk membawakan minuman.

Sambil duduk, Nadine tetap mengamati ruangan itu dengah kagum. Jauh di dalam hatinya, ia ingin sekali menjadi seorang desainer pakaian. Namun, demi 'dilihat' oleh kakek dan ayahnya, Nadine justru  memilih jurusan ekonomi agar ia bisa membantu di perusahaan keluarga. 

Di rumah, kakeknya selalu membangga-banggakan keberhasilan Marino dan Velina, sehingga secara tak sadar, Nadine juga dituntut untuk dapat membanggakan nama keluarga mereka.

Ia menghela nafas panjang. Ia menatap Velina yang tengah sibuk membolak-balik sebuah dokumen yang tebal sekali.