webnovel

Kinanti Salsabila

" Bunda..." teriakan anak laki laki kecil mengejutkan ku..

" Ada apa Al"

" Bunda, Al jatuh" airmatanya mulai menetes

" Coba bunda lihat, mana yang sakit sayang?

Laki laki kecil itu menunjuk kearah lututnya yang lecet

" Oh tidak apa apa sayang, hanya lecet sedikit, nanti bunda obati ya..cup..cup anak bunda harus kuat, jadi laki laki yang hebat ok"

Dia mengangguk, dan memeluk bundanya erat..

Yah..dialah Alvino Dewantara, bocah 4 tahun yang menggemaskan..

Dia adalah putra kesayanganku..aku Kinanti Salsabila..

Alvino bukanlah putra yang terlahir dari rahimnya sendiri..Dia adalah anak dari adiknya sendiri, Kara, yang meninggal saat melahirkan Alvino.

Meski begitu, aku sangat menyayangi Alvino, ya dia putraku, penyemangat hidupku yang sendiri ini..

Aku membersihkan luka Al, dia meringis menahan perih, dia bocah yang kuat..

" Nah, sekarang sudah bunda obati, Al mau makan siang?"bocah itu mengangguk..

" Baiklah duduklah disini, bunda ambilkan ya" aku mengelus rambutnya, dan melangkah menuju dapur..

Aku kembali dengan sepiring nasi, dengan lauk sayur sop dan ayam goreng kesukaan Alvino..

Makanan yang sederhana, namun aku bersyukur karena Alvino tidak pilih pilih makanan..

" Bunda suapin ya, ak..buka mulutnya sayang".Alvino makan dengan lahapnya, kadang aku terharu melihatnya..

" Bunda kok sedih?" Al menatapku..

Aku tersenyum dan mencubit pipinya yang menggemaskan..

" Bunda tidak sedih sayang, bunda bahagia karena punya Al"..

" Al sayang bunda"..dia memelukku erat..

" Nah anak bunda sudah selesai makannya, sekarang istirahat dulu ya, bunda mau bikin kue pesanan dulu, sebentar lagi mbak Sri datang"..

Alvino mengagguk dan duduk di sofa sederhana di ruang tengah sambil menonton tv

Rumahku tidaklah besar.Hanya rumah sederhana, dengan 2 kamar tidur, dapur, dan ruang tengah..

Bagian depan rumahku, kujadikan kios kecil untuk berjualan kue..

Semenjak kehadiran Alvino, aku buka usaha kecil kecilan, dari tabunganku selama aku bekerja di perusahaan properti yang cukup besar. Itu adalah langkah besar yang aku ambil, agar bisa fokus merawat Alvino..

Orang tuaku sudah lama meninggal, karena kecelakaan, hanya tinggal aku dan Kara adikku.

Tapi, Karapun pergi meninggalkannya..

Sungguh berat hidup yang kujalani, kehilangan orang orang terdekat, dan berjuang sendiri membesarkan Alvino..

Namun aku bersyukur, setidaknya ada Alvino yang menjadi kekuatanku, melanjutkan hidup..

Jangan tanya siapa ayah Alvino..akupun tidak tahu, Kara selalu diam setiap kutanya siapa ayah biologis anak yang dikandungnya..

Aku tidak berani memaksanya, aku tahu bagaimana kesedihannya dan perjuangannya selama hamil tanpa seorang suami..

Kadang aku merasa gagal sebagai kakak..

Tapi semua sudah menjadi takdirnya..

Aku tersenyum melihat anakku tertidur di sofa, mungkin dia lelah habis bermain.

" Kinan, maaf saya terlambat"..mbak Sri datang menghampiriku..

" Tidak apa apa mbak, lagian pesanannya gak terlalu banyak kok"..

" Oh ya mbak, coba cek lagi, sepertinya ada pesanan masuk tadi"

Mbak Sri melangkah ke meja kecil tempat kami menerima pesanan secara online..

" Ya Tuhan...Kinan, coba lihat, apa saya salah lihat?"..mbak Sri berteriak histeris

" Kenapa mbak?" aku bergegas mendekatinya

" Mbak Sri, banyak sekali pesanannya ini,tapi tunggu ini pesanan dari mbak Mely ya mbak?" mbak Sri mengangguk mengiyakan

" Ah ini benar benar luar biasa Kinan, sepertinya mbak Mely puas dengan kue kue buatan kita"..

Ya, aku memang selalu menjaga kwalitas rasa kue kue buatanku.Aku tidak mau merusak kepercayaan pelanggan kepada kami.

" Nanti aku menghubungi mbak Mely, langsung ya mbak Sri"

" Ya bener Kinan, biar lebih jelas apa saja orderannya"..

Aku bersyukur, usahaku mulai berkembang.

Aku pejamkan mataku..Tuhan kan selalu menyertai setiap langkahku...