webnovel

Kill This Love

Menjadi remaja yang kuat, apa bisa? Orang tua yang bercerai, anggota keluarga yang berpencar, dan mencari penghasilan sendiri? Apakah ada yang lebih buruk dari menjadi seorang Melani. Cinta? Hal yang tidak pernah Melani percaya, kalau pun hal itu ada... Baginya kehidupan seperti itu tidak akan bisa berjalan dengan baik dan benar. Jika saja dia memiliki uang, mungkin Melani tidak perlu merasa menderita saat ini. Bagaimana dengan teman sekelilingnya, apakah mereka lebih baik dari Melani? Kisah remaja yang penuh dengan intrik, mencari jati diri dalam arti hidup yang sebenarnya.

Sita_eh · Teen
Not enough ratings
184 Chs

Pertemuan Kembali Dengan Axelle

Melani sudah berada pada sudut jalan dan memperhatikan pintu masuk sebuah kedai kopi, ia sedang menginti dan bersembunyi pada sudut dinding. Wajahnya hampir saja tenggelam dengan penutup kepala, dari hodie yang dikenakannya.

Tadinya Melani berpikir tempat pertemuannya dengan Axelle, hanyalah sebuah kedai kopi bisa. Tapi melihat tampilan luar kedai kopi tersebut, membuat Melani menjadi menciut seketika. Dilihatnya para pengunjung yang setidaknya datang, dengan menggunakan mobil mewah. Penampilan para pengunjung, layaknya seseroang yang akan hadir pada acara resmi.

Kedai kopi itu tidak tampak seperti kedai kopi pada umumnya, banyak ukiran bergaya eropa yang menempel pada setiap dinding. Warna emas dan cokelat, adalah warna yang paling mendonminasi. "Isshh... Yakin ini kedai kopi yang dimaksud sama dia!" Keluh Melani, dan menatap kearah dirinya sendiri.

Dibalik T-shirt putih yang tampak biasa saja, Melani menggunakan hodie dengan warna cream. Celana pendek jeans, dan sepatu putih. Benar-benar jauh berbeda dengan para pengunjung, yang tadi ia lihat terus saja masuk kedalam tempat tersebut.

"Ihh... apa sih!" Gerutu Melani, ketika ia merasakan ada seseorang yang mengetuk pundaknya. "Kamu lagi apa disini?" Suara seorang pria terdengar jelas dari arah belakang Melani, segera saja ia membalikkan tubuhnya. Dan sangat terkejut ketika ia melihat sosok pria yang sangat ia kenal.

"Ka..kamu! Kenapa bisa ada disni?" Tanya Melani gugup dan canggung.

"Aku baru sampai, dan seharusnya aku yang tanya sama kamu. Apa yang sedang kamu lakukan disini, Lani?" Seringai Axelle yang ramah, sesaat membuat Melani menjadi terpukau. Tapi dengan segera Melani menyingkirkannya, dan kembali pada percakapan mereka saat itu.

"Aku nunggu kamu, dan... Tunggu sebentar." Melani segera saja menatap Axelle dengan bingung, karena penampila pria itu tampak berbeda. Mengenakan setelan kemeja yang terlalu rapi, dan ia padukan dengan setelan jas yang elegan.

"Ini sama sekali enggak lucu, kamu lagi ngerjain aku! Hah...!" Melani sudah memperlihatkan raut wajahnya yang teramat kesal, anehnya Axelle hanya terkekeh mendengar jawabannya. "Ohh.. Ok, lebih baik aku pulang! Daripada terus saja jadi bahan lucuan kamu!" Melani baru saja melangkahkan kakinya, berniat untuk meninggalkan Axelle. Tapi pria itu sudah dengan cepat meraih tangannya.

"Eiiitt... Kamu jangan kemana-mana dulu! Aku belum kasi kamu jawaban apapun!" Ucapnya dengan membujuk, dan Melani menatap sinis kearah tangan Axelle yang memegangi tangannya.

"Terus? Memangnya kamu mau kasi jawaban apa?" Melani mengeryitkan dahinya dengan kuat. "Ikut aku sekarang, kita masih ada waktu untuk satu jam lagi." Axelle menarik tangan Melani, mengarahkannya untuk segera masuk kedalam mobilnya.

"Kita mau apa sih? Dan ngapain juga aku ada didalam mobil kamu!" Protes Melani, tapi Axelle tidak peduli dan sudah menyalakan mesin mobilnya. "Pertama kamu pakai dulu sabuk pengaman! Atau mau aku yang pakaikan?" Ucap Axelle yang menggoda.

"Enggak perlu, aku bisa pakai sendiri." Melani segera saja memasang sabuk pengamannya. Sebelum Axelle benar-benar melakukan ucapannya barusan. Mobil sudah berlalu meninggalkan tempat mereka sebelumnya, dan Melani belum tahu apa yang sedang dinginkan, dipikirkan oleh Axelle.

Melani berdeham kuat, menocoba untuk mendapatkan perhatian Axelle. Bukan untuk menggodanya, tapi demi sebuah penjelasan. "Kamu mau jelasin atau enggak? Sebenarnya maksud dan tujuan kamu itu apa? Enggak mungkin kan tiba-tiba kamu jatuh cinta, dengan cewek kaya aku." Melani mendelikkan matanya dengan kesal.

"Hahaha...!" Axelle tertawa dengan puas. "Ternyata kamu pintar juga ya, memang ada hal yang ingin aku lakukan sama kamu." Ucap Axelle dan sedikit melirik kearah Melani yang sudah memasang wajah masamnya.

"Pertama, tadi itu bukan kedai kopi. Tapi restoran yang cukup terkenal... Kedua... Aku juga enggak sudah dijodohkan seperti ini! Tidak perlu kamu berpura-pura menjadi Weni, aku sudah tahu siapa dan bagaimana Weni." Ucap Axelle yang mulai bercerita, dan memberikan seringai liciknya.

"Hah? Kalau kamu memang sudah tahu, berarti dari awal kamu yang sedang mengerjai aku! Ini benar-benar sangat konyol!" Gerutu Melani dan melipat kedua tangannya dengan rapat dan erat. "Terus? Buat apa kita ketemuan sekarang ini?" Tanyanya kembali.

"Aku ingin kamu jadi pacarku saat ini. Dan bertemu dengan ibuku." Jawab Axelle, dan sudah memberhentikan laju mobilnya.

"APA!! Kamu sudah gila ya?" Melani hampir saja kehilangan kesabarannya. "Kalian berdua! Errghhh....!" Ucap Melani menuding kesal.

"Kalian berdua? Siapa?" Axelle menengok kearah kanan dan kirinya, tampak bingung dengan pernyataan Melani yang barusan. "Kamu dan Weni! Kalian berdua itu bikin aku pusing kepala! Aneh bin ajaib! Arrgghh...." Erang Melani kesal.

"Wohhh... Tunggu sebentar. Aku bukan orang aneh, dan aku tidak ajaib." Axelle menyanggah ucapan Melani dengan menahan geli. "Aku akan menjelaskan kepadamu, OK!" Ucapnya kembali, dan melihat Melani semakin memicingkan matanya.

"Perjodohan ini memang tidak berakhir dengan pernikahan, tapi bukan berarti aku bisa lepas begitu saja. Ibuku terlalu... Mmm...? Kataka saja dia orang yang kaku dan keras kepala." Axelle berpikir dan membanyangkan wajah ibunya.

"Dia akan tetap menjodohkanku dengan gadis bernama Weni. Aku tahu dia sudah punya pacar, dan aku tahu dia juga tidak setuju dengan perjodohan ini. Tapi tetap saja, hal itu tidak akan membuat ibuku membatalkan perjodohan ini. Apa sampai disini kau paham?" Axelle bertanya dan melihat Melani mengangguk perlahan.

"Teruskan ceritamu, aku masih mendengarkan." Melani menarik napasnya perlahan, dalam hati ia sedang mencerna semua cerita Axelle. Siapa tahu pria itu, ingin mengerjainya kembali.

"Kamu memang sengaja disuruh Weni, bukan? Dan tiba-tiba saja ide itu membuatku mendapatkan inspirasi, karena ibuku akan menolak perjodohan ini kalau... Aku sudah memiliki seorang kekasih." Senyuman Axelle yang mengembang dengan sempurna, tapi membuat Melani hanya terus merapatkan kedua bibirnya.

"Jadi?"

"Jadi sekarang kamu harus berganti pakaian, dan pergi bersama denganku. Kita bertemu dengan ibuku, dan... Mulai bersandiwara sebagai sepasang kekasih. Mudah bukan?" Axelle megucapkan dengan bangga seraya membusungkan dadanya.

"Kenapa aku harus menurut?" Tanya Melani, dan tiba-tiba sebuah ide terbesit dipikirannya.

"Karena aku tahu rahasiamu, dan kau tidak ingin Weni tahu kan... Kalau penyamaranmu terbuka." Jawab Axelle dengan yakin, tapi kali ini dia melihat seringai licik pada senyum tipis milik Melani. "Kamu lagi mikirin apa?" Tanya Axelle.

"Katakan saja pada Weni, toh sama saja bukan? Aku akan lebih dulu menceritakannya kepada Weni, aku tidak melanggar peraturan yang kubuat bersama dengan Weni. Karena disini aku adalah korban, yang tanpa sengaja terseret dengan alur cerita yang kamu buat, Axelle... Silahkan aku tidak peduli." Melani memegangi gagang pintu mobil, berniat untuk keluar.

"TUNGGU!" Panggil Axelle, wajahnya sudah tampak putus asa.

"Mm... Ada apa lagi?"Melani mengurungkan niatnya, dan senang dengan Axelle yang sudah tidak menyombong. "Melani, aku mohon... Aku perlu bantuanmu. Bisa ya.." Intonasi Axelle terdengar berbeda dari yang sebelumnya.

"Sepertinya... itu akan membutuhkan biaya yang cukup mahal." Ucap Melani dan kali ini, dia yang menyeringai licik. "Hah...! Baiklah... Aku akan membayarmu." Ucap Axelle dengan perasaan tidak percaya, karena Melani lebih pintar memanfaatkan situasi.

"Ok, Aku terima pekerjaan ini. Tapi... aku minta pembayaran diawal." Lanjut Melani.

"Tidak! Setelah sandiwara ini berhasil, baru aku akan membayarnya." Tolak Axelle, tapi Melani menggelengkan kepalanya dengan cepat. "No...no... bayar sekarang, atau tidak sama sekali."

"Setelah selesai!" Ucap Axelle kembali.

"Sekarang....! Ya... Sekarang, enggak ada ditunda...!" Melani masih bersikukuh.

"Hhh! Separuh diawal bagaimana?" Tanya Axelle yang masih bernegosiasi.

"Mmm..Ok, separuh diawal. Dan pelunasan diakhir, berhasil atau tidak berhasil. OK? Deal? Tik..tok..tik...tok... Waktu terus berjalan..." Goda Melani dengan riang.

"Hah... Baiklah... OK... Deal." Axelle menjulurkan tanganya untuk berjabat tangan, dan Melani menggapainya dengan bersemangat.

Halo semua "Kill This Love" Reader's

aku tahu novel KTL ini slowly banget updatenya...

tapi sekarang author akan sering rajin update kok.. demi menyelesaikan semua novel saya.. yang sudah saya buat.

sudah ada jadwalnya.. akan release setiap Rabu dan Sabtu. tapi kalau memang ada waktu luang lagi.. pasti saya akan persering updatenya..

jangan lupa masukkan pustaka kalian ya.

plus. berikan review, komentar, rate babnya, dan power stone ya..

terimakasih ^_^

Sita_ehcreators' thoughts