webnovel

Sumpah sang nona Dhanda.

Nona Dhanda kembali ke istana megahnya sembari memegangi kepalanya yang masih terasa pusing, membuat kecurigaan tampak jelas di mata nyonya Arkandra yang sangat tajam itu

"Dari mana kamu? Haruskah pulang sampai selarut ini? Kau habis mabuk hah? Anak murahan tidak tau diri?" Ketus sang nyonya Dhanda, sembari memegangi dengan kuat lengan putri tirinya tersebut

"Ahh diam kau Arkandra tidak berguna, jangan ikut campur urusan ku" Tanisha menepis tangan ibu tirinya dan beranjak membawa tubuh sempoyongan nya untuk menaiki tangga yang berdinding kan kaca. Nyonya Arkandra hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya menatap kepergian anak gadis nya tersebut.

"Nonon... " teriak sang nyonya kemudian, asisten bertubuh pendek dan padat berisi itupun datang sambil menunduk kan kepalanya.

"Iya nyonya.."

"Bawakan jus lemon ke kamar Tan, sekarang" titahnya kemudian dengan suara yang begitu lantang, sang asisten pun mengangguk.

*

Tanisha mengguyur tubuhnya di shower, terlintas kembali sebuah bayangan beberapa saat lalu tentang siapa pria itu, pria yang telah berani menculik nya dan membiuskan obat padanya hingga sampai teler seperti orang mabuk.

"Makasih Vin" Lirih nya, dan kini air matanya mengucur deras menyatu dengan derasnya pancuran shower yang menyiram ujung kepala hingga ujung kakinya itu.

"Aku mungkin sudah kehilangan diriku yang sesungguhnya jika dia tidak menyelamatkanku" batinnya lagi.

Mata bulat indahnya pun terpejam, mengingat dari awal pertemuan nya dengan pria itu, sebenarnya ada kebaikan yang dia temukan dalam sosok selengek nya Vindra, namun berusaha di sanggah agar jangan sampai perasaan nya yang tersembunyi berlarut larut.

Tanisha terlarang untuk memikirkan sosok laki laki, terhalang karna sebuah sumpah yang pernah di ucapkan nya, ketika matanya kembali pulih, namun seorang wanita meregang nyawa di hadapan nya.

"Dia hendak menikah, kau bayangkan bagaimana calon suaminya akan membalas perlakuan mu padanya?" Ucap seorang wanita berparas kejam.

"Tapi aku tidak sengaja melakukannya? Bayangkan saja jika kau yang berada di posisi ku" jawab sang nona dengan uraian air mata yang terus saja kejar kejaran menerpa pipi mulusnya.

"Kau tau penglihatan mu masih belum stabil tapi kau malah kabur dari rumah sakit, kau nekat pergi sendiri"

"Tapi aku tidak terima, kalian melakukan nya tidak atas seizin ku"

"Apapun itu, sekarang polisi sudah berhasil kita kendalikan, berterimakasih lah pada asisten mu, dia yang kini meringkus di penjara demi membela diri mu"

"Aku tidak sudi, aku sendiri yang akan menyerahkan diriku" Tanishapun beranjak berdiri, namun denyutan tak tertahankan tiba tiba saja menyengat matanya.

"Aaak... perih Pare, Aak.. Pare...." Teriak nya kemudian dengan telapak tangan halus nya yang kini memegang kedua matanya tersebut.

"Ayo sekarang kita kembali keruangan mu, kau harus di periksa lebih lanjut, makannya jangan suka membangkang" rutuk wanita kejam tersebut, lalu membopong tubuh Tanisha menuju ruang rawatnya.

Namun nona Dhanda memang keras kelapa, setelah perih di matanya serasa mulai mereda dan dokter telah memeriksa kondisinya, dia kembali berdiri dan pergi keruangan mayat rumah sakit, menemui jasad seorang wanita muda yang kondisinya sungguh sangat mengkhawatirkan.

"Aku telah membunuh tamengku sendiri, hiks..." Air matanya kembali jatuh, dan denyut itu kembali terasa Tanisha berusaha keras mengendalikan rasa sakit nya.

"Aku bersumpah di hadapan mu Rindu, demi diriku kau rela mati, kau meninggalkan kekasihmu, aku bersumpah Rindu aku akan menggantikan posisi mu di hati laki laki itu, siapa pun dia, aku tidak peduli seperti apa paras dan rupanya aku akan menikah dengannya aku akan mencintai dia, dia harus mencintai ku, aku akan mengabdikan seumur hidupku padanya, tidak peduli aku bisa mencintai nya atau tidak aku tetap akan menyerahkan hidup ku seutuhnya padanya, demi menebus luka hatinya, sekalipun dia bunuh aku pun rela, setidak nya impas karena kau mati karena ku, cinta nya pergi karna ku, aku pantas mendapatkan hukumannya, demi dirinya aku akan menolak seratus bahkan seluruh pria di muka bumi ini sampai aku bertemu dengan calon suami mu itu, hanya dia yang berhak atas hidupku saat ini, aku berjanji padamu Rindu, di depan jasadmu, maka istirahat lah dengan tenang Rindu"

Sebuah sumpah besar itulah yang kini menjadi tembok tertinggi, dinding pembatas terkuat yang tidak bisa diruntuhkan oleh seorang nona Tanisha Dhanda yang di kenal dunia sebagai gadis sukar takluk.

Sang nona pun tersentak setelah mendengar suara ketukan pintu kamarnya, dia yang masih mengenakan handuk pun gegas untuk membuka nya.

Wajah itu langsung kesal setelah melihat wanita pendek itu berdiri sembari membawa nampan berisi jus lemon.

"Makasih Non, sudah sana mau ganti baju pergi sana" usirnya.

"Nona tidak mau tau siapa yang memesannya untuk nona?" Ucap Nonon kemudian seraya memainkan alis dan bola matanya.

"Siapa?" Ketus nya

"Nyonya besar lah"

"Apa kau di suruh menaburi racun pada jus ini?" Tuduh sang nona dengan mata yang melebar.

"His tidak, mana mungkin, nona harus tau saya berada pada pihak nona, mana mungkin, jikapun disuruh saya tidak akan melakukan nya" jawab Nonon sembari tersenyum.

"Ok bagus, sudah sana, gak ada rencana licik kan yang akan kamu infokan ke saya?"

"Gak nona, sepertinya semenjak tuan tidak begitu mendengar kan lagi apa yang dia katakan dia jadi sering diam nona"

"Ok good?" Sang nona pun tersenyum miring penuh arti, lalu kembali menutup pintu kamarnya tersebut. Nonon pun pergi dengan senyum merekah di bibirnya.

Tuan Dhanda tiba tiba memasuki kamar sang anak di tengah malam yang buta itu, untung saja sang nona masih belum tertidur, masih merenung bersandar pada dinding ranjang.

"Why Dad?" Ucap Tanisha yang langsung berdiri dari ranjangnya melihat kedatangan sang ayah.

"Mommy bilang kamu pulang dalam keadaan mabuk, apa itu benar?" Tanya tuan Dhanda sembari melangkah lalu hempas pelan pantat nya pada tepian ranjang sang anak.

"Gak kok, dia nya aja yang berlebihan, Tan gak mabuk, hanya sedikit pusing aja, tadi itu banyak kerjaan di kantor Dad" elaknya dengan menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

"Benar begitu?"

"Beneran Daddy ku sayang" Tanisha merangkul leher sang ayah dan bergelayut manja pada punggung pria paruh baya tersebut.

"Masih belum berubah pikiran lagi hm?" Ucap sang ayah kemudian lalu membawa putrinya untuk duduk di samping nya.

"Gak Dad, please jangan Vindra, Tan mohon?"

"Vindra kurang apa sih?"

"Gak ada?"

"Lalu kenapa?"

"Tan gak mau menikah Dad? Sampai suatu saat pria yang berhasil merebut hatinya Tan itu hadir dalam hidupnya Tan he" melasnya dengan manjanya.

"Tapi siapa pria itu? Sudah banyak Daddy ngenalin pria kaya, mapan, tampan sama kamu tapi belum ada juga yang mampu merebut hatinya Tan Daddy, masak segitu kerasnya hati putri Daddy ini?"

"Yah Dad, gimana gak ada" Tanisha menggaruk kepalanya yang dirasa tidak gatal itu.

"Sudahlah tidur lagi, istirahat yah jangan terlalu pusing dengan kerjaan jika Tan rasa gak sanggup bilang Daddy aja ok, biar Daddy yang bantu tanganin hm!" Titah sang ayah lalu mengecup kening putrinya tersebut.

"Thanks Dad, good night" ucapnya kemudian sembari mengurai senyum termanis nya.

"good night sayang" jawab sang ayah, yang langsung beranjak keluar dari kamar putrinya tersebut.

Tanisha menghela nafasnya dengan kasar, lalu menyelimuti seluruh tubuh nya hingga kepala.

Next chapter