webnovel

Nona songong di culik.

Nona yang songong menggemaskan itu entah kenapa hari ini bengong bak ayam sayur, berjalan sendiri sambil merenungi nasib? Entah nasib malang apa? Sepertinya dia cukup tertekan hebat setelah di pastikan hotel yang merupakan impian nya di namai dengan nama dirinya dan pria yang sangat di benci nya itu.

Tanpa sadar seseorang menciduk dari belakang, menusukkan suntikan bius pada punggung lengannya.

"Siapa kau?" Teriak nya sembari meringis memegangi lengannya yang kesakitan akibat suntikkan tersebut.

Pria bertopeng itu tak menjawab, menarik narik dengan keras tangannya, Tanisha meronta ronta berusaha melepaskan cengkraman kuat pada pergelangan tangan nya itu.

"Lepaskan aku, bajingan gila, lepaskan aku, siapa kau?" Rontanya.

"Aakh" teriaknya kembali meringis memegangi bekas suntikan itu, tak lama pandangan sang nona mulai mengabur, semua terasa samar namun dia tetap berusaha membuka matanya untuk meronta dan melakukan perlawanan.

"Let me go, Anjing" rutuk nya lagi, meski pandangan nya sudah tidak jelas lagi, mata tajam nya yang bulat sudah menyipit sayu.

"Aak" teriak nya lagi, rasanya seluruh tubuh gadis itu meremang saat ini bersamaan dengan mata yang sedikit lagi tertutup.

"Aak.." teriak nya lagi, yang kini tubuhnya sudah di angkat paksa oleh seseorang itu,

di serudukan ke mobilnya.

Sosok pria yang bertubuh cukup tinggi, kini topeng nya di ganti dengan masker, wajah gadis itu juga di tutupi nya dengan masker dan kacamata hitam, memasuki lobby hotel menemui resepsionis memesan sebuah kamar.

Seseorang itu menggiring tubuh Tanisha yang sudah teler separuh sadar, kadang gadis itu tersenyum seringai seperti seseorang yang tengah mabuk.

Dari kejauhan segerombolan pria pria berjas dan pakaian rapi baru saja keluar dari arah ballroom, mereka tak menaruh kecurigaan sama sekali ketika bersisian jalan dengan pria yang tengah membopong seorang wanita dalam keadaan lemas tak berdaya menuju salah satu pintu kamar.

"Saya bangga bekerja sama dengan anda pak Vin" ucap pria berbadan cukup berisi, pendek, style nya sungguh berkelas bercengkrama bersama rekan bisnis nya melewati dua manusia yang hendak memasuki kamar tersebut.

Pria bermasker itu terlihat sangat gugup dan grogi sampai menjatuhkan cardlocknya spontan dia menundukkan badannya untuk memunguti kembali benda tersebut, sementara gadis yang di bopongnya sudah benar benar teler dan lemas nyaris tersungkur ke lantai.

"Saya juga bangga bisa mendapatkan kepercayaan dari anda pak" ucap Vin, meski sedang mengobrol seolah acuh dengan gelagat pria bermasker dan seorang wanita itu, namun mata Raven tajam milik Vin tak tinggal diam.

Sejemang mata itu langsung melebar kala melihat gelang tangan yang di kenakan oleh wanita yang tengah di bopong oleh pria tersebut.

Vin sudah melangkah jauh meninggalkan kedua orang mencurigakan itu, namun di pertengahan jalan dia menoleh kembali kebelakang terlihat dua manusia itu sudah memasuki kamarnya.

"Sepertinya pernah liat itu gelang?" Pikir Vin.

Setelah rekan bisnis nya berlalu, Vin masih berfikir tajam, mengingat ingat dimana dia pernah melihat gelang itu.

Terlintas dalam benaknya tamparan keras yang mendarat di pipinya beberapa waktu yang lalu.

"Tan.." ucapnya dengan dahi yang berkerut.

Namun dia masih berfikir mungkin saja gelang nya sama? Tapi tidak seorang nona berkelas seperti Tanisha tidak akan sudi menyamai milik orang lain, segala outfit yang ia kenakan itu khusus di pesannya hanya untuk dirinya sendiri, pikiran Vin pun ampuradul.

"Beneran itu dia? Dia datang ke kamar hotel dengan seorang pria dalam keadaan mabuk? Apa Tan beneran semurahan itu?" Pikir nya di dalam hati.

Vin hendak meneruskan langkah nya untuk memasuki lift menuju lantai dasar, namun kembali pikiran nya menggusar tak bisa melupakan rasa penasaran dan prasangka nya, karna bagaimana jika Tan di culik dan hendak di lecehkan? Itu yang terlintas di benak tuan muda Dravinda saat ini.

"Mencurigakan" batin nya sembari menggeleng halus. Meski kini sudah berada di dalam lift perasaan tuan muda Dravinda semakin tidak nyaman saja.

Akhirnya tuan muda Dravinda memutuskan menemui general manager hotel untuk meminta grand master key yang hanya di pegang oleh GM hotel tersebut, tentu saja pria itu sudi memberikan nya karna itu hotel merupakan milik Dravinda Corp, pencuri gadis itu ternyata salah pilih hotel seperti nya?

Tanpa ragu lagi Vindra membuka kamar itu, sontak saja mata Raven itu memerah di penuhi bara amarah, dia membulatkan tinjunya dan langsung menghajar pria yang hendak membuka pakaian gadis tersebut.

"Bangsat kau, banci gila" ucapnya.

Pria itu sudah berhasil tersungkur oleh satu pukulan nya saja ke arah sudut kamar, sementara Tanisha sudah tidak sadarkan diri lagi.

"Tan, wake up Tan hei Tan.." Vindra berusaha membangun kan gadis tersebut, menepuk pelan kedua pipinya namun dia tak bergeming, sepertinya tidur nona Tanisha semakin pulas saja.

Tuan muda Dravinda kembali berdiri setelah puas rasanya membangun kan gadis itu namun dia tak bangun juga.

"Hei banci apa maksud mu melakukan ini semua hah?" Sergahnya pada pria yang sudah berdarah sudut bibirnya itu ulah pukulan dahsyat nya Vin, yang hampir menyamai rasengan nya Naruto itu.

"Kau selalu mengacaukan hidup ku? Aku tidak akan tinggal diam bajingan" Jawab pria itu dengan nada yang berteriak.

"Heh? Kau mau merasakan sekali lagi pukulan ku hah?" Ancamnya sambil tersenyum seringai.

"Hehe... kau kira aku takut, haha.. tunggu saja pembalasan ku Vindra Dravinda, pengecut yang hanya berani main tidur dengan beberapa wanita saja, kau tunggu pembalasan ku" ucap pria itu sembari berdiri dan seketika mengenyahkan diri seperti pengecut. Tuan muda Dravinda tersenyum miring.

"Hei kutunggu pembalasan mu itu, banci sialan" sahutnya kemudian setelah pria itu sampai di depan pintu, beranjak pergi sembari menghapus setetes darah di bibirnya.

Vindra kembali kepada gadis yang tertidur pulas, entah bius dan racun apa yang telah di suntik kan oleh pria tidak bertanggung jawab tersebut, sehingga nona Tanisha yang angkuh kini terkapar polos di ranjang hotel bintang lima itu.

"Heh? Tan, kau selalu membahayakan dirimu sendiri, akibat konyolnya kamu lihat pria itu sampai hendak melecehkan mu, dia balas dendam karna kau menyakiti hatinya, kapan kau akan berhenti menghina semua pria yang menyukai mu hah?" Ocehnya memandang wajah cantik yang matanya terpejam itu.

"Kamu cantik kalau tertidur Tan, but jika melek langsung keluar tanduk nya" ocehnya lagi sembari tersenyum gak karuan.

Kedua bola mata yang tertutup oleh kelopaknya itu, bergerak kiri kanan dengan cepat, seperti sedang bermimpi lalu mulai meracau.

"Rindu jangan hukum aku Rindu, sungguh Rindu aku tidak sengaja Rindu, maafkan aku Rindu, sumpah ku pasti ku tepati, Rindu ku mohon jangan marah lagi padaku Rindu, istirahat lah dengan tenang Rindu" ocehnya.

Sontak saja mata tuan muda Dravinda melebar bulat bak biji Salak, jemarinya langsung mengepal kuat.

Lantas dia berdiri dan seketika pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan sang nona yang masih saja terlelap.

Sebelum pergi dia menitipkan pesan pada staf hotel untuk menjaga sang nona hingga dia tersadar.

Akhirnya nona Dhanda itupun sadarkan diri, meringis memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

"Aak dimana ini?" Gumamnya sembari melirik sekitar. Wanita yang ditugaskan Vin itupun tersentak lantas mendekati nya.

"Anda di kamar hotel nona, Anda tadi pingsan seseorang hendak melecehkan anda, untung nya ada tuan muda Dravinda yang bertindak tepat waktu dan segera menolong anda nona" jelas wanita tersebut.

Tanisha pun terkesiap, mencoba mengingat kembali kejadian suntikkan yang di tancapkan oleh pria bertopeng, pria itu memaksa dirinya, setelah itu pikiran nona Dhanda pun kilang kabut tak bisa mengingat apapun lagi.

"Vin nya mana sekarang?" Tanya sang nona kemudian.

"Dia sudah pergi, saya juga kurang tau tepat nya kemana nona? Dia hanya memberikan perintah untuk menjaga nona disini sampai nona terbangun itu saja nona" jawab wanita tersebut dengan kepala yang menunduk.