webnovel

9

Chapter 9

"Dimana ini?"

Aku berdiri di jalan yang begitu banyak bunga sakura bermekaran dan beberapa bunga tersebut berjatuhan seperti hujan saat angin berhembus.

Aku melihat sekitar dan langsung merasa bingung karena bunga sakura yang seharusnya mekar saat musim semi sudah bermekaran di musim panas yang sedang berlangsung saat ini.

Selagi aku merasa bingung ada seseorang yang menepuk punggung belakang aku, membuat aku langsung berbalik dan melihat seorang perempuan yang setinggi dagu aku dengan rambut yang dibiarkan terurai.

Perempuan itu juga memakai sebuah dress selutut berwarna putih dengan beberapa hiasan tali di dress tersebut dan dibaluti jacket rompi kecil dan sebuah topi bulat bewarna hitam, menutupi rambut yang panjang yang bewarna senja matahari, lalu sebuah stoking bewarna putih dan sepatu bewarna putih.

Aku lihat pakaian yang digunakan sangat cocok untuknya dan terlihat sangat cantik. Aku baru pertama kalinya melihat wanita secantik ini selain ibuku.

"Maaf aku terlambat, kamu sudah menunggu lama?"

Ehh!?? Apakah aku mengenalnya? Aku mencoba-coba untuk mengingat apa aku pernah bertemu dengan perempuan secantik ini.

"Tidak apa-apa, aku juga baru sampai"

Eh!? kenapa aku berbicara sendiri? apa ini? Kenapa tanganku bergerak sendiri memegang tangannya? Kaki aku juga bergerak sendiri mengikuti langkah kakinya menyusuri jalan yang penuh bunga sakura bermekaran.

Apa yang terjadi ini? kenapa aku tidak bisa menggerakkan tubuh aku sendiri? Seseorang tolong berikan penjelasan padaku.

Aku melihat perempuan itu berbicara dengan aku namun suaranya berubah menjadi aneh.

"Kukuruyuk... kukuruyuk..."

Aku langsung membuka mataku dengan cepat mendengar suara ayam berkokok yang ternyata itu adalah alarm dari smartphone aku di samping kananku.

"Ah sial, ternyata hanya mimpi"

Tapi kenapa tiba-tiba aku memimpikan seperti itu, biasanya aku bermimpi tentang aku berpindah ke dunia lain dan mendapatkan tiga kekuatan Istimewa dari seorang yang mengaku sebagai dewi bernama Mardhiah.

"Ah sudahlah, itu hanya mimpi yang kata orang sebagai bunga tidur"

Smartphone yang berada di samping kanan langsung aku ambil dan mematikan bunyi alarm yang menganggu pendengaran tersebut.

Aku melihat jam yang tertera di smartphone itu menujukan pukul setengah 6 pagi.

Aku langsung bangun dari tempat tidur, melakukan perenggangan sebentar agar otot di seluruh tubuh menjadi lemas kembali.

Setelah melakukan perenggangan, aku membuka jendela agar udara masuk. Lalu melakukan aktivitas olahraga pagi seperti biasanya.

Jam setengah 8, aku langsung berangkat ke sekolah bersama dengan Mai untuk mengantar dirinya ke halte bus seperti biasa, setelah itu aku baru menuju ke sekolah aku.

Saat di penyebrangan depan sekolah, aku bertemu dengan Yukari, Shinichi dan Sakurada. Entah kenapa terbersit dalam otak aku saat melihat mereka bertiga bersama.

"Ada apa hari ini, tumben mereka bertiga bisa berkumpul bersama"

Aku langsung menyapa mereka dan berjalan bersama memasuki gerbang sekolah.

Seperti biasa, gerbang sekolah di jaga oleh Fujiwara sensei yang memang merupakan sensei BK bersama dengan para pengikutnya yakni petugas disiplin yang siap mencatat kesalahan dari para siswa, baik itu seragam yang tidak sesuai aturan sekolah ataupun yang terlambat.

Kami melewati mereka dengan aman karena memang tidak melakukan hal yang melanggar aturan sekolah.

Beberapa menit kemudian, jam pelajaran pun berlangsung dan semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan sampai tidak terasa jam pelajaran telah usai semua.

Aku dan Shinichi langsung menuju ke ruang presiden seperti diberitahukan kemarin bahwa hari ini adalah pengumuman peringkat untuk anggota top star.

Sesampai disana aku dan Shinichi langsung duduk di tempat yang sama seperti kemarin.

"Oke... semuanya, sudah hadir, mari kita mulai pengumumannya, Kushina silahkan umumkan" ujar Kudo-senpai.

"Baik, kaicho, semuanya ini adalah hasil dari soal yang kalian semua kerjakan kemarin dan hasil ini berdasarkan pemeriksaan dari para sensei dengan nama di lembar jawaban kalian semua di tutup sehingga tidak ada kecurangan dan hasilnya adalah..."

Kiriyama-senpai mengumumkan nama peringkat dari paling akhir, yakni Akemi Nakagawa, kelas 2-1, Arata Kobayashi, kelas 3-3, Fumi Sakamoto, kelas 3-2, Shinichi Kudo, kelas 1-2, Ichigo Kudo, kelas 3-1.

Hoooo...shinichi rangking tiga dan kakaknya rangking dua, keluarga yang jenius, Tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang kurang.

Aku mencoba untuk menghitung ulang dan hasilnya adalah nama aku belum disebutkan.

Saat aku ingin bertanya Suzuki sudah menjawab apa yang menjadi pertanyaan aku.

"Dan yang terakhir, star one, jatuh pada Aira Syahputra, kelas 1-2"

Akhirnya namaku disebutkan, eh tapi kayaknya Suzuki menyebutkan kalau aku adalah star one. Apa aku salah dengar?

"Selamat Aira-san, kamu berhasil menjadi star one yang aku tempati sebelumnya" ujar Ichigo Kudo

"Ehh!?"

Para anggota top star lainnya langsung memberikan selamat padaku, termasuk Shinichi dan Suzuki.

"Eeeeeeee...!!!!"

"Tunggu, Suzuki senpai, apakah itu tidak salah? Tidak mungkin aku jadi star one"

"Tidak ada yang salah, Aira-san, ini semua sudah dipastikan tidak ada kecurangan dari para sensei"

"Tapi... tapi... itu tidak mungkin, aku hanyalah siswa kelas 1, tidak mungkin bisa mendapatkan nilai lebih tinggi dari para senpai"

"Jangan seperti itu Aira-san, kamu harus percaya diri dengan dirimu sendiri walaupun ini adalah pertama kalinya kelas 1 menjadi star one tapi hasilnya memang seperti itu dan kami semua menerimanya dengan tangan terbuka"

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar Kudo-senpai mengatakan hal seperti itu.

"Baiklah, sekarang adalah penyerahan pin sebagai tanda anggota top star"

Kudo senpai langsung membagikan pin yang membuktikan bahwa pemegang pin tersebut adalah anggota top star SMA Sakura.

Pin tersebut berbentuk bulat kecil, berwarna perak dan ada gambar bintang dengan angka peringkatnya di tengah bintang tersebut.

Aku menerima pin tersebut juga namun warna pin aku adalah warna emas, aku mengkaitkan pin tersebut di bagian kerah kanan kemeja seragam yang aku gunakan.

Setelah pemberian pin tersebut sudah tidak ada hal lagi yang perlu dibicarakan sehingga kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Aku tidak melakukan kegiatan klub lagi hari ini karena hari sudah semakin gelap dan beberapa jam lagi gedung sekolah akan ditutup.

Aku, Shinichi dan Yukari memutuskan tidak melakukan kegiatan klub. Ini sudah dua hari kami tidak melakukan kegiatan klub seperti berlatih agar tempo permainan kami semakin bagus.

Saat menuju ke gerbang sekolah, aku melihat Yukari dan Sakurada berada disana lagi. Aku langsung menghampiri mereka berdua.

Sakurada terlihat kesal karena harus berdiri di depan gerbang sekolah menemani Yukari dan kekesalannya itu tidak disembunyikan sama sekali.

Saat melihat aku dan Shinichi, dia langsung mendengus, memalingkan wajahnya sambil melipat tangannya di di bawah dua tonjolan dadanya.

Kami berempat langsung berjalan menuju arah pulang.

"Jadi bagaimana?" Tanya Yukari.

"Apanya bagaimana?"

"Itu, soal peringkat star kalian berdua"

"Ohhh... itu..ya kamu dapat lihat sendiri di pin yang kami berdua kenakan"

Yukari langsung melihat pin yang terpasang di seragam aku dan Shinichi.

"Hmmm... tapi kenapa pin yang kamu gunakan berbeda warna emas, Ar-kun?"

"Ohh.. itu...aku adalah...star one"

"Waaa....jadi kamu peringkat satu, kamu memang hebat, Ar-kun, selamat!"

Yukari langsung memberikan selamat padaku dengan senyumannya. Sedangkan Sakurada melihat aku dengan ekspresi seperti orang yang lagi terkejut.

"Tidak mungkin, kamu adalah star one, apakah kiamat sudah dekat? Atau ini hanyalah sebuah mimpi"

Hei itu menyakitkan Sakurada, kenapa kamu tidak senang dengan apa yang aku dapatkan sih. Apa aku ada salah dengannya di kehidupan sebelumnya?

"Kalau gitu, mari kita rayakan hal ini dengan makan okonomiyaki"

"Lagi?" Ujar Sakurada dan aku secara bersamaan.

Yukari menganggukkan kepalanya dengan semangat. Apa Yukari memang menyukai okonomiyaki sampai merayakan dengan makanan itu.

Kami berempat pun mendatangi tempat yang sama seperti kemarin untuk merayakan hal ini walaupun sebenarnya aku rasa tidak perlu dirayakan tapi Yukari memaksa. Ini seperti dia memang ingin memakan okonomiyaki bukan untuk perayaan.

***

Waktu berjalan dengan cepat sampai tidak terasa hari sudah sampai di ujungnya yakni minggu dan itu berarti libur sekolah.

Beberapa hari lalu, sehari setelah diangkat menjadi star one, Kudo-senpai mengumumkan anggota top star di gedung olahraga yang juga digunakan sebagai gedung serbaguna.

Saat itu semua siswa menjadi kaget karena aku yang merupakan kelas satu menjadi star one.

Hal ini tentu saja membuat kaget para siswa-siswi SMA Sakura karena ini adalah pertama kalinya seorang siswa kelas 1 menjadi star one.

Selain itu, aku juga baru tahu kalau star one harus memberikan kata sambutan sehingga aku menjadi gugup.

Saat itu aku tidak tahu harus berkata apa sehingga aku hanya mengatakan sambutan secara singkat yakni perkenalan.

"Ehmm..s-saya Aira Syahputra, kelas 1-3 dan saat ini karena keberuntungan saya masuk ke dalam anggota top star dengan peringkat one, itu aja terima kasih"

Setelah perkenalan tersebut semuanya menjadi berubah, para siswa-siswi dan para guru menjaga sikapnya dan tutur katanya terhadap aku.

Aku merasa mereka melihat aku adalah seperti seorang pangeran mahkota, bukan raja karena raja di sekolah adalah kepala sekolah.

Para teman-teman kelasku juga sudah jarang untuk mengobrol padaku dan menjaga jarak dengan aku.

Namun Daisuke, Yukari, Sakurada dan Shinichi, tetap seperti biasa. Aku merasa syukur akan hal tersebut.

Aku berpikir apakah menjadi star one itu adalah sesuatu yang menakutkan bagi mereka.

Kalau seperti ini jadinya aku tidak mau menjadi star one, lebih baik menjadi orang biasa karena itu lebih mengasyikkan.

Walaupun begitu, nasi sudah menjadi bubur, ini semua sudah terjadi sehingga aku hanya bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Kedepannya aku tidak mau menjadi anggota star apalagi star one, aku harus menahan diri agar tidak mendapatkan nilai tinggi. Nilai standar sudah cukup kayaknya.

Hari libur seperti ini aku merasa sangat bosan dan tidak tahu harus melakukan apa karena aku sendirian di rumah.

Tante Mizuki pergi untuk bertemu dengan teman kuliahnya alias reuni, om Hiro ada shift pagi dan mungkin tidak pulang karena ada seminar malam harinya di Tokyo, dan Mia jalan-jalan dengan teman-temannya entah kemana.

'Membosankan'

Itu adalah kata yang tepat dalam kondisi yang aku alami ini. Bermain game sendirian itu sangat membosankan.

Bermain game online di smartphone juga tidak menarik karena teman game online yang biasa bermain sama aku juga lagi offline.

Karena tidak tahu harus ngapain, aku pun langsung pergi keluar untuk jalan-jalan ke cocoon city Saitama, area pertokoan besarnya Saitama. Mungkin aku akan menemukan sesuatu hal yang menarik disana.

Sinar matahari sudah sangat terasa panasnya saat aku keluar dan mengunci pintu rumah.

Aku hanya memakai topi polos merah, kaos polos hitam dengan dibaluti jacket zipper hoodie warna putih, celana pendek cargo abu-abu agar tidak merasa gerah dan sandal hitam.

Aku berjalan menyusuri jalan yang menuju ke tempat tersebut. Aku memutuskan untuk berjalan karena berdasarkan peta di smartphone kalau tempat tersebut tidak terlalu jauh dari rumah.

Namun perkiraan aku ternyata salah, tempat tersebut ternyata sangat jauh untuk jalan kaki karena aku berjalan selama setengah jam untuk sampai di cocoon city Saitama.

Terlebih di hari yang panas ini, tenggorokan aku sangat cepat keringnya. Aku memutuskan untuk membeli minuman dingin saat masuk ke dalam area pertokoan tersebut.

Aku menyesal sudah jalan kaki ketempat ini sehingga saat pulang nanti aku memutuskan untuk naik bus.

Aku melihat tidak jauh setelah aku masuk ke dalam area pertokoan tersebut, aku melihat sebuah mini market sehingga aku langsung menuju ketempat tersebut dengan cepat untuk membeli minuman dingin.

Saat masuk, pegawai minimarket yang saat ini jaga adalah perempuan menyapa aku dengan kalimat andalannya.

"Irasshaimase"

Aku melihat perempuan yang berdiri di belakang counter kasir itu lumayan cantik apalagi saat dia tersenyum saat menyambut aku.

Tapi senyumannya itu masih kalah dengan senyuman dari Yukari..eh kenapa aku malah membandingkan pegawai itu dengan Yukari?

Ah sudahlah, lebih baik aku langsung

menuju ke tempat minuman dingin dan mengambil sebuah minuman dingin.

Sampai di tempat minuman dingin yanf berada di sebuah kulkas transparan, aku melihat minuman yang bis aku minum dan akhirnya aku mengambil sebuah coke kaleng.

Saat akan menuju ke kasir untuk bertemu dengan oneesan cantik itu ada yang memanggil aku dari samping kanan.

"Ar-kun"

Aku langsung mengenali suara itu apalagi dia memanggil dengan nama pendek aku. Hanya ada beberapa orang yang memanggil nama pendek aku di dunia ini dan di Jepang hanya ada dua yakni Mia dan Yukari.

"Yukari, kamu ada disini juga"

"Ya, aku sedang jalan-jalan dengan mama dan imouto aku"

Aku melihat Yukari memakai pakaian kasual musim panas yakni sebuah kaos dengan lengan pendek bewarna putih dengan gambar telinga kucing tiga garis kumis dan ada tulisan mew mew di bawah gambar itu, celana pendek atas lutut, dan sandal.

"Oh begitu"

"Kamu kenapa ada disini"

"Aku hanya bosan di rumah sendirian, jadi jalan-jalan keluar untuk menghilangkan kebosanan"

Selagi kami mengobrol, seseorang memanggil Yukari.

"Yu-chan, kenapa lama, eh...ada Aira-kun ternyata"

Aku melihat seorang perempuan dengan pakaian kasual perempuan dewasa yakni blouse putih dan sebuah rok selutut berwarna biru langit. Sebuah topi bulat putih menutupi kepalanya.

Aku melihat kalau perempuan tersebut adalah versi dewasanya Yukari. Mereka berdua terlihat seperti adik kakak yang wajahnya hampir sama. Apakah Yukari bila dewasa akan terlihat sama seperti ibunya itu?.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah sejak kapan, ibunya Yukari memanggil aku dengan tambahan -kun? Ah sudahlah aku tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Selamat siang, Miya-san"

"Apa kabar, Aira-kun? Kenapa tidak main lagi ke rumah? padahal Yukari-chan selalu merindukan Aira-kun. Dia selalu..."

"Mama!!"

Yukari langsung memotong pembicaraan ibunya tersebut dan terlihat wajah sedikit merah. Dia langsung mendorong ibunya untuk pergi dan juga pamit pada aku dengan terburu-buru.

"Aku pergi dulu, Ar-kun, sampai ketemu lagi di sekolah"

Aku hanya bisa melambaikan tangan, melihat mereka pergi setelah membayar barang yang mereka beli di supermarket tersebut.

Aku juga langsung keluar dari supermarket tersebut setelah membayar coke kaleng dingin dan tentu berjalan lawan arah dari mereka. Aku ingin menyusuri area pertokoan ini.

Cocoon city Saitama ini memiliki tiga gedung dan aku menyusuri gedung pertama karena banyak menjual pakaian, makanan dan minuman.

Aku berjalan tanpa arah menyusuri Cocoon 1 tersebut sampai perut aku berbunyi yang menandakan bahwa sudah saatnya untuk memberikan masukan makanan dalam lambung.

Sebuah kafe terlihat di hadapan dan aku langsung menuju ke tempat tersebut. Saat masuk, suasana cafe itu hampir tidak ada bedanya dengan cafe di Indonesia.

Seorang pelayan cafe laki-laki menghampiri aku dan bertanya apakah aku sendiri atau tidak. Aku langsung jawab aja sendiri, memang aku sedang sendirian saat ini.

Pelayan laki-laki itu merasa heran dengan perkataan aku, hal itu terlihat dari mimik wajahnya. Aku bingung akan hal tersebut, namu saat aku melihat sekitar akhirnya aku tahu kalau para pengunjung di cafe ini semuanya berpasangan laki dan perempuan.

"Sial, aku salah masuk cafe"

Aku pun memutuskan untuk tetap menyantap makanan di cafe tersebut karena sudah terlanjur, bila keluar akan memalukan.

Pelayan laki-laki tersebut mengantarkan aku ke tempat duduk paling ujung dekat jendela di cafe tersebut karena memang tempat tersebut yang lagi kosong.

Setelah duduk, dia memberikan sebuah buku menu dan aku melihat buku menu tersebut. Hal pertama yang aku lihat adalah harganya bukan nama makanannya.

Ini sudah menjadi kebiasaan aku karena uang yang aku bawa selalu pas-pasan. Aku mencari harga yang paling murah di cafe tersebut sampai akhirnya aku menemukannya yakni kue sandwich dan kopi latte.

Pelayan laki-laki tersebut segera pergi setelah mencatat pesanan aku dengan membawa kembali buku menunya. Selagi menunggu aku memandang ke arah luar dari dinding jendela kaca.

Aku tidak mau memandang ke dalam cafe tersebut karena semuanya adalah pasangan dan yang pasti banyak memandang aku dengan tatapan prihatin karena sendirian.

Beberapa saat kemudian, secara tidak sengaja aku melihat dua orang yang aku kenal masuk ke dalam cafe ini.

Aku merasa tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang ini, karena dua orang itu adalah Shinichi dan Sakurada.

"Mengapa mereka bisa datang berdua di tempat ini? Apa mereka menjalin hubungan khusus? Sejak kapan?"

Itulah yang aku pikirkan saat melihat mereka berdua. Aku melihat kalau Sakurada memakai pakaian kasual yakni drees pendek, stoking warna hitam dan sepatu.

Rambut panjang dibiarkan tergerai begitu saja. Ini adalah pertama kalinya aku melihat dia memakai pakaian selain seragam.

Aku sempat tertegun dengan dirinya karena dia memang memiliki paras tubuh dan wajah yang bisa menarik perhatian lelaki.

Sedangkan Shinichi memakai pakaian kasual biasa, yakni kaos putih, jacket zipper hitam, celana panjang biru dan sepatu sneaker.

Aku berusaha menyembunyikan diri karena dia duduk di tempat yang tidak jauh dari aku. Sakurada sempat melihat aku, namun aku sudah menyembunyikan wajahku dengan melihat ke arah luar cafe tersebut.

Dia tidak akan mengetahui kalau aku juga berada di cafe tersebut, apalagi sendirian di cafe yang kebanyakan pengunjung adalah pasangan.

Aku ingin sekali mengambil foto mereka berdua dan akan aku tunjukkan ke Yukari, tapi sepertinya itu tidak bisa aku lakukan dan juga itu tindakan tidak sopan.

Apalagi nanti bila ada yang lihat aku yang mengambil foto diam-diam, aku akan disangka sebagai orang aneh.

Beberapa saat kemudian pesanan aku datang dan dengan cepat aku memakan makanan yang aku pesan tersebut.

Aku ingin cepat pergi dari tempat ini karena dua alasan. Pertama karena tempat ini adalah cafe pasangan sedangkan aku sendirian dan kedua adalah karena ada Shinichi dan Sakurada yang datang ke tempat ini, aku tidak mau mereka menemukan aku, apalagi saat aku sendirian di cafe pasangan ini.

Kembali menyusuri area pertokoan tersebut setelah berhasil keluar dari cafe pasangan tanpa ketahuan oleh Shinichi dan Sakurada.

Kali ini aku menyusuri lantai dua yang mana banyak toko pakaian di lantai ini. Aku melihat-lihat pakaian pria yang memang terlihat menarik di mataku.

Pakaian yang aku lihat tentu saja pakaian yang berada di display depan toko tersebut. Aku tidak ingin masuk karena uangku tidak banyak untuk bisa membeli pakaian tersebut.

Saat aku lewat di sebuah toko pakaian campuran, aku di berikan sebuah brosur dan tisu. Aku melihat di brosur tersebut sedang ada promosi sehingga terdapat diskon besar-besaran.

Walaupun begitu tetap saja aku tidak bisa membelinya. Aku hanya menerima brosur dan tisu gratis tersebut.

Saat aku melihat ke dalam, ternyata disana ada Kudo dan Suzuki senpai. Aku berpikir apakah mereka sedang kencan juga. Tapi yang aku lihat adalah, Kudo senpai terlihat lemas dan Suzuki senpai terlihat senang sambil melihat pakaian perempuan yang ada di toko tersebut.

Aku merasa kasihan dengan Kudo senpai karena sepertinya dia harus menemani Suzuki senpai belanja pakaian.

Aku paham penderitaan Kudo senpai yang harus berdiri lama menemani perempuan belanja karena aku juga pernah mengalaminya saat menemani ibuku belanja pakaian untuk hadiah ulang tahun ayahku.

Aku berjalan lagi menuju ke lantai yang merupakan arena tempat bermain. Lantai ini penuh dengan permainan arcade dan sangat ramai.

Aku masuk ke dalam tempat tersebut untuk melihat permainan apa saja yang ada di tempat tersebut. Ternyata permainan yang aku lihat sekarang tidak terlalu beda dengan permainan arcade di Indonesia.

Saat akan keluar dari tempat tersebut, seseorang memanggil aku dengan panggilan yang sangat khas di telinga aku.

"Ar-niichan!"

Aku melihat ke arah suara tersebut yang mana Mia sedang berlari ke tempat aku berada.

"Apa yang Ar-niichan lakukan disini?"

"Jalan-jalan, bosan di rumah sendirian"

Mia Hanya menganggukkan kepalanya dan saat itu lima orang dengan komposisi tiga cowok dan dua cewek mendekati kami berdua.

Mia yang menyadari hal tersebut langsung memperkenalkan aku dengan teman-temannya.

"Aku Aira Syahputra, panggil saja Aira"

Mereka berlima langsung memperkenalkan diri mereka masing-masing dan salah satu dari teman Mai cowok berambut pendek wavy, menatap aku dengan penuh selidik.

Aku merasa bingung dengan tatapan tersebut sampai dia mengucapkan hal yang membuat aku jadi tahu arti tatapannya tersebut.

"Maaf, Aira-niisan, ada hubungan apa Aira-niisan dengan Hayashi-san?"

Ternyata bocah rambut wavy itu ada perasaan dengan Mia. aku ngerjain dia aja, mungkin seru.

"Mia adalah orang kesayangan aku, begitu juga dengan Mia yang menganggap aku adalah kesayangannya, benarkan, Mia-chan?"

"Hump"

Saat itu si bocah wavy itu terlihat kaget sedangkan yang perempuan berteriak histeris atas pengakuan dari Mia yang hanya merasa bingung. Aku tidak menyangka kalau Mia anak yang polos.

"Aku menantang kamu!"

Aku ingin tertawa keras melihat tingkahnya itu. Karena sudah semakin menarik aku menerima tantangan tersebut. Mia yang bingung bertanya pada yang lainnya tentang hal yang terjadi saat ini.

"Oke, permainan apa yang kamu ingin mainkan?"

"Basket"

Aku mengangguk-anggukan kepala aku dan menuju ke arena permainan bola basket. Kami memainkan permainan basket selama satu menit dengan hasil, aku mendapatkan nilai 80 sedangkan bocah puber itu hanya dapat 25.

Aku berpikir apakah sudah berlebihan atas permainan ini? Tapi aku tidak ingin setengah-setengah dalam melakukan permainan. Bocah wavy itu terlihat lemas apalagi saat Mai memberikan sorakan pada aku yang menang.

"Apa ada yang lainnya? Kalau hanya segini aja, sungguh sangat mengecewakan"

Bocah wavy itu langsung berdiri dengan penuh semangat dan menantang aku dengan permainan lainnya yang pada akhirnya aku berhasil memenangkan semua permainan tersebut.

"Ini sangat menyenangkan, mengerjai bocah puber seperti ini, hahaha"

Aku berpikir seperti itu dalam pikiranku. tapi setelah melihat bocah wavy itu yang sudah lemas, aku jadi tidak tega.

Aku pun menarik tangannya untuk menjauh ke gerombolan Mia. Bocah wavy itu terlihat menolak tapi aku memaksanya.

"Ar-niichan, mau kemana dengan Endo-san?"

"Pembicaraan laki-laki"

Setelah agak menjauh, aku melepaskan tangan bocah wavy tersebut.

"Apa yang kamu inginkan? Bukankah kamu sudah memenangkan semua permainan dari aku?"

Aku melihat bocah wavy itu bersuara parau seperti akan menangis.

"Aku sudah kelewatan sepertinya"

Aku langsung merangkul bocah wavy tersebut dan dia terlihat ingin menyingkirkan tangan yang merangkulnya.

"Hei bocah, tidak usah khawatir, aku ini hanya kakak kesayangan Mia-chan saja, tidak lebih"

Dia menatap aku dengan pandangan pandangan serius.

"Aku tahu kalau kamu ada perasaan dengan Mia-chan yang memang sangat menarik untuk dilihat dari kita sebagai lelaki, aku akan mendukung kamu bila Mia-chan juga mempunyai perasaan yang sama dengan kamu"

Bocah wavy itu terlihat senang saat aku mengatakan seperti itu. Namun aku langsung mengubah ekspresi wajahku dengan tatapan menakutkan baginya.

"tapi ingat jangan pernah membuat dia menderita ataupun menangis dalam arti yang buruk, maka kamu akan merasakan sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan dari aku, tentu saja itu sangat buruk untuk kamu, camkan itu! Nama kamu Daichi Endo kan?"

Bocah wavy itu menganggukkan kepalanya dengan eskpresi ketakutan.

"Aku akan ingat nama itu, bila aku tahu kamu menyakiti Mia-chan akan aku cari kamu, dimana pun kamu berada, aku tidak pernah menarik kata-kata yang aku ucapkan, ingat itu"

"Siap, sir!"

"Bagus, ayo kita kembali"

Setelah itu aku memutuskan untuk berpisah dengan mereka karena tidak ingin menganggu waktu mereka.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, aku memutuskan untuk pulang karena tubuhku sudah lelah dan ingin tidur. Aku langsung menuju ke halte dan berhenti di dekat halte yang biasa dinaiki oleh Mia saat menuju ke sekolahnya.