4 MENJAUH

Marvel terpaku, dia sama sekali tidak menyangka jika malam ini dia kehilangan wanita yang menduduki singgasana di hatinya. Semua karena ulahnya sendiri yang tidak bisa menahan nafsunya sendiri saat ada wanita datang.

"Queen....!!! Tolong jangan pergi, aku minta maaf! Queen...!!!" teriak Marvel sambil berlari menuju lift. Belum sempat Marvel mendekat, pintu lift sudah tertutup dan Marvel masih bisa melihat dengan jelas mata Violet yang sangat terluka.

Marvel meluruhkan tubuhnya di depan pintu lift yang tertutup. Air matanya menetes karena dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga di dalam hidupnya.

Seakan teringat sesuatu, Marvel langsung berlari menuju pintu yang menghubungkan tangga darurat. Dengan cepat Marvel menuruni tangga menuju lantai satu, dimana tujuan Violet saat ini.

Marvel melihat Violet yang baru saja keluar dari lift, beberapa orang menatap aneh kepada Marvel karena Marvel hanya mengenakan boxer dan mengelilingi lobby.

"Queen...! Tunggu aku! Dengarkan penjelasan ku terlebih dulu! Kamu tidak bisa meninggalkan aku Queen! Kamu itu milikku, apapun yang terjadi kamu adalah milikku!" teriak Marvel cukup keras dan semakin mengundang perhatian banyak orang.

Violet mengabaikan semua yang dikatakan oleh Marvel, tanpa menunggu Marvel bisa mendekatinya, Violet langsung masuk ke dalam taksi yang baru saja mengantarkan penumpangnya.

Marvel terduduk lesu, Violet sudah meninggalkannya tanpa mau melihat ke arahnya meski hanya sebentar saja.

Marvel memilih untuk kembali ke dalam apartemennya dan mengusir Faby dari sana. Setelah ini Marvel harus mencari Violet sampai ketemu.

"Ada apa sayang?" Tanya Faby saat melihat Marvel kembali ke dalam kamar nya dengan manja.

"Aku masih menginginkanmu berada di dalam ku Sayang, ayo kita mulai lagi, Sayang." rengek nya sambil menarik tangan Marvel.

Marvel melepaskan tangan Faby yang sedang memegangnya dengan kasar, Marvel juga mencengkram pipi Faby dengan kasar sampai membuat Faby merintih kesakitan.

"Kamu segera enyah dari hadapanku sebelum aku berubah pikiran untuk membunuh kamu! Jangan kembali menampakkan wajah kamu di depan ku lagi jika kamu masih ingin hidup!" desis Marvel tepat di depan wajah Faby sebelum dia mendorong wajah Faby setelah dicengkeram kuat.

"Kenapa sayang? Kamu tidak puas denganku?" tanya Faby dengan manja, mengabaikan kemarahan Marvel saat ini.

Marvel sudah tidak tahan lagi melihat tingkah manja wanita yang ada di depannya ini, dengan kasar Marvel menyeret Faby keluar dari apartemennya, lalu mendorong tubuh Faby sampai jatuh karena tidak seimbang.

Marvel menutup pintunya dengan kasar, mengabaikan Faby yang sedang merintih kesakitan dengan pakaian tidur tipis membungkus tubuh seksi milik Faby.

Pintu apartemen Marvel terbuka lagi, membuat Faby tersenyum senang. Faby pikir Marvel akan memanggilnya lagi. Tetapi harapannya kandas, Marvel hanya melemparkan tas dan pakaian Faby yang masih tertinggal di dalam.

Faby terperangah dengan perlakuan Marvel malam ini, dia terpaksa memunguti semua pakaiannya dan berjalan menjauhi apartemen Marvel dengan kesal.

Bagi Marvel, Faby hanya budak nafsunya, tapi bagi Faby seorang Marvel adalah tambang emas yang tidak boleh di lepaskan.

Marvel mencoba menghubungi kembali ponsel Violet, tetapi Violet selalu menolak setiap panggilannya dan akhirnya ponsel Violet mati. Dia takut Violet benar-benar pergi meninggalkannya.

" Ma'afkan aku Queen," lirih marvel, menyesal. Tubuhnya luruh, lemas tidak bertenaga sama sekali.

Air mata Marvel turun perlahan, dunia Marvel terasa gelap kembali saat ini. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidupnya saat Violet benar - benar memilih pergi dari hidupnya.

Marvel yang awalnya menunduk tiba - tiba mengangkat kepalanya, matanya menatap nyalang ke depan. Segala amarah dan penyesalan terlihat jelas dari sorot mata milik Marvel.

"Kamu tidak akan bisa meninggalkan aku sendirian disini, Queen! Kamu adalah milikku dan sampai kapanpun kamu akan menjadi milikku! Pergilah sejauh yang kamu bisa karena seberapa jauh pun kamu akan kembali ke dalam pelukanku!"

*******

23.30 pm

Violet sedang duduk menunggu panggilan untuk pesawat yang akan mengantarkannya meninggalkan Seattle. Meninggalkan tempat yang sudah membuat hatinya terluka dalam. Violet memilih untuk pergi dari Seattle malam ini juga, dia tidak ingin berlama - lama berada di tempat ini.

Air mata Violet kembali menetes, matanya melihat koper yang dia bawa dari LA. Kedua orang tuanya sudah mengatur hari pernikahannya dengan Marvel setelah Violet memutuskan untuk pindah dan mengikuti Marvel di Seattle, tapi yang didapat sekarang bukannya pernikahan yang akan terwujud dan yang ada hanya Violet yang melarikan diri.

"Aku memilih untuk melepaskan kamu, mencintai kamu terlalu berat untukku. Aku sudah berada di titik dimana aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua kelakuan kamu ini." lirih Violet sambil melihat tiket yang ada di tangannya.

Kepala Violet mendongak saat telinganya menangkap panggilan untuk penumpang pesawat dengan tujuan yang akan dituju oleh Violet kali ini. Violet tidak akan pulang kembali ke LA tetapi dia ingin pergi sejauh mungkin dari orang - orang yang mengenalnya.

l

***

Gadis cantik itu duduk di depan jendela kamarnya sedang menikmati pemandangan kota London. Tempat yang dituju oleh Violet adalah London, dimana dia tidak akan bertemu dengan siapapun yang mengenali dia disini.

Kreeettt ...

Pintu kamar terbuka, muncul seorang wanita yang berumur sama dengan Violet, dia adalah room mate Violet yang sudah menolong Violet saat Violet kebingungan mencari tempat tinggal untuknya.

"Vio, kita sarapan yuk! Aku sudah membuat sandwich untuk sarapan." ajak perempuan bernama Laura itu lembut.

Violet hanya melirik ke arah Laura dan menggelengkan kepalanya lemah, "Nanti ya, aku masih belum lapar."

"Kamu jangan menyakiti diri kamu sendiri untuk seorang pria yang sama sekali tidak pantas kamu tangisi. Kamu harus bangkit dan menunjukkan kalau kamu bisa tanpa dia." ucap Laura memberi nasehat, Laura tidak pernah tahu masalah apa yang sedang Violet hadapi, yang Laura tahu hanya Violet yang sakit hati karena pria.

"Aku masih belum bisa melupakan penghianatan yang dia lakukan, rasa sakit itu masih terasa sangat besar di dalam dada ku." keluh Violet dengan kesal, berkali - kali dia memukul dadanya untuk mengurangi rasa sakit itu tapi tetap tidak bisa.

Laura memeluk tubuh Violet dengan rasa sayang, merasa senasib karena jauh dari orang tua membuat Laura menganggap adik kepada Violet.

"Kamu harus bangkit dan jangan seperti ini lagi, ini adalah yang terakhir kamu seperti ini. Aku tidak mau melihat kamu kembali mengeluarkan air mata untuk laki - laki yang tidak pantas memiliki kamu."

Violet melihat ke arah Laura, ada rasa sayang terpancar di wajah wanita di depannya ini. "Terimakasih karena sudah sangat baik kepadaku, kamu melebihi apapun untukku dan mungkin aku akan semakin hancur kalau aku tidak bertemu dengan kamu disini."

Laura hanya tersenyum dan kembali memeluk Violet dengan hangat, Violet sungguh beruntung memiliki teman yang sangat baik seperti Laura.

"Tunjukkan pada dunia kalau kamu adalah wanita hebat, wanita yang tidak jatuh karena persoalan asmara. Kamu harus kembali menjadi wanita mandiri dan kuat."

avataravatar
Next chapter