webnovel

Kesatria Mawar

Gulzar Heer, awalnya adalah bayi terbuang yang ditemukan Farzam, panglima tertinggi pasukan Kerajaan Arion di Lembah Kematian. Dia memutuskan merawatnya dan menjadikan Gulzar Heer kesatria terkuat meskipun berjenis kelamin perempuan. Dari kecil, Gulzar Heer dididik dengan keras. Dia bahkan menguasai berbagai teknik berpedang sejak usia sepuluh tahun. Gulzar Heer berteman baik dengan Pangeran Fayruza yang bagaikan malaikat. Dia juga berkali-kali menyelamatkan nyawa Fayruza dari pembunuh bayaran kiriman Pangeran Ardavan. Pangeran pertama itu memang tega membunuh saudara-saudaranya demi kekuasaan. Didikan Farzam membuahkan hasil, Gulzar Heer benar-benar bersinar dan selalu berhasil memenangkan perang. Raja Faryzan sebenarnya ingin mewariskan tahta kepada Pangeran Fayruza yang merakyat, tapi adat turun temurun tidak bisa diubah. Pangeran Ardavan yang serakah dan haus darah harus dinobatkan sebagai putra mahkota. Namun, Pangeran Fayruza sebenarnya malah merasa lega karena dia diam-diam jatuh hati pada Gulzar Heer. Jika menjadi putra mahkota, dia tidak akan bisa menjadikan gadis pujaan hati wanita satu-satunya. Suatu hari, Atashanoush, raja dari Kerajaan Asytar menculik paksa putri kesayangan Raja Faryzan, Putri Arezha. Raja lalim ini terkenal suka mengumpulkan selir untuk disiksa. Perang pun pecah. Apakah Kerajaan Arion berhasil merebut kembali Putri Arezha? Bagaimana dengan kisah cinta Gulzar Heer dan Pangeran Fayruza? Rahasia besar apa yang menunggu Gulzar Heer di Kerajaan Asytar?

Puziyuuri · Fantasy
Not enough ratings
102 Chs

Bagian 23

Daria membersihkan bekas luka Atashanoush dengan telaten. Seminggu lalu, dia menemukan pemuda itu meregang nyawa demi mengusir iblis kegelapan di Danau Khina. Daria mencoba menolongnya dengan memberikan sebutir astyra setiap hari. Untunglah, tubuh Atashanoush memiliki kemampuan pemulihan di atas rata-rata. Jika orang biasa, mustahil bisa selamat dari racun si iblis.

“Nona Daria, kenapa Anda bisa ada sendirian di hutan ini? Bukankah bahaya bagi seorang gadis?” celetuk Atashanoush memecah keheningan.

Daria terkekeh. Mata dengan iris keperakan tinggal segaris tipis. Atashanoush tampak terpaku. Pesona gadis di hadapan membuat jantung berdebar. Tangannya tanpa sadar bergerak pelan, lalu menyentuh pipi kemerahan. Dua pasang netra pun beradu. Wajah bak pualam saling mendekat.

Keduanya tersentak saat embusan napas terasa menampar pipi. Atashanoush terbatuk-batuk. Sementara Daria menunduk dengan wajah bersemu. Waktu yang dilalui bersama rupanya telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati keduanya.

Sebenarnya, Daria sudah lama memperhatikan Atashanoush. Meskipun dingin dan kaku, pemuda itu berjiwa kesatria, melindungi yang lemah. Beberapa kali Daria melihatnya menolong binatang yang terluka, juga melindungi manusia dari iblis Danau khina.

“Ah, itu ... pertanyaanku tadi, apa tidak bahaya jika seorang gadis sendirian di hutan ini?” ucap Atashanoush tampaknya mengalihkan perhatian.

“Tidak akan bahaya karena saya adalah per–”

“Kakak, Kakak di mana?” Suara merdu menggema, membuat Daria tak melanjutkan ucapannya.

Dia langsung bangkit dari duduk dan mendadak menyentuh kening Atashanoush. Pemuda itu seketika tertidur. Daria membaringkannya di ranjang kayu.

“Adikku bisa marah jika dia tahu aku berdekatan terlalu lama dengan manusia. Maaf aku harus pergi, Atash,” bisiknya.

Daria mengecup kening Atashanoush sebagai salam perpisahan. Lalu, dia merafal mantra. Perlahan, tubuh semampai diselimuti cahaya keemasan sebelum raib. Seekor kupu-kupu emas terbang ke luar jendela.

***

Daria tersentak saat bahunya ditepuk oleh sang adik. Beberapa hari ini, dia memang sering melamun. Apa lagi kalau bukan mengenang Atashanoush. Dadanya terasa sakit saat kerinduan melesak-lesak.

“Ada apa, Houri?”

“Hari ini penobatan raja baru Kerajaan Asytar, kita harus segera pergi memberi berkat, Kak.”

Ya, mereka adalah tiga bersaudara peri kupu-kupu emas, pelindung Kerajaan Asytar. Daria bangkit dengan lesu. Ghumaysa, si bungsu tampak tak sabar dan langsung menarik tangannya.

“Ayo, Kak. Raja barunya tampan sekali. Aku langsung jatuh cinta saat melihatnya,” rengek Ghumaysa dengan pipi bersemu.

Tak ayal, kepalanya langsung digetok oleh Houri. Ghumaysa mengerucutkan bibir. Sementara Houri berkacak pinggang dengan mata melotot.

“Dia manusia dan kita peri, Ghumaysa,” tegurnya.

Daria menatap adiknya sayu, lalu bergumam dengan gamang,

"Memangnya kita tidak boleh bersama manusia?”

Houri mendelik tajam. Dia pun mulai mengomel. Peri kupu-kupu emas terlahir dengan rambut perak dan akan mendapatkan kekuatan sejati setelah mengumpulkan energi. Rambut mereka akan berubah keemasan. Namun, impian itu akan pupus jika menikah dengan manusia.

Setelah Houri puas mengomel, mereka pun pergi menuju alun-alun kota, tempat pemberkatan.

Kedatangan tiga peri pelindung disambut antusias. Bahkan, ada puluhan lelaki pingsan karena terpesona.

Pemberian berkat dimulai. Ketiga peri memberikan simbol perlindungan dengan mengucapkan mantra sambil mengetukkan ujung tongkat mereka pada raja baru yang berlutut dengan kepala menunduk. Ghumaysa menjadi peri pemberi berkat pertama, dilanjutkan Houri, lalu Daria. Namun, sang raja tiba-tiba mendongak.

“Daria?”

“Atash?”

Keduanya terpaku. Tatapan saling terkunci, tampak memancarkan kerinduan mendalam. Lama mereka terjebak hening, hingga Atashanoush mendadak meraih jemari Daria.

“Aku mencintaimu. Sejak kita terpisah, aku selalu merindukanmu dan sangat menderita. Kumohon, menikahlah denganku, Daria.”

Alun-alun kota seketika menjadi ricuh. Ghumaysa terperangah, lalu menggeleng berkali-kali. Sementara itu, Houri refleks melotot. Hampir saja dia memukul kepala Atashanoush dengan tongkatnya. Namun, Daria malah mengangguk. Tatapan memelas Atashanoush meluluhkan hatinya.

“Iya, Atash, aku bersedia.”

“KAKAK!” seru Houri geram. Sementara Ghumaysa menghilang secara misterius.

***

Pernikahan megah digelar tepat 5 hari setelah lamaran mendadak Raja Atashanoush. Para seniman merancang dekorasi dengan sangat menakjubkan. Mawar ditabur di sepanjang jalan. Aula istana di mana sumpah pernikahan dilakukan tampak megah dan angkuh.

Setelah menikah, Raja Atashanoush dan Ratu Daria berdiri di balkon istana sembari melambaikan tangan kepada rakyat di alun-alun kota. Banyak ekspresi tergambar di wajah mereka. Ada yang turut berbahagia, bahkan bangga akan memiliki ratu seorang peri. Namun, ada juga bisik-bisik tak sedap. Pendengaran super tajam Ratu Daria membuatnya mengepalkan jemari.

“Apa akan benar-benar baik-baik saja?” cetus wanita paruh baya berbadan subur di sebuah toko kue.

“Entahlah, aku juga khawatir, katanya akan ada keseimbangan yang tenganggu jika menikahi peri pelindung,” sahut suaminya.

“Kau membuatku taku–”

Belum habis ucapan wanita paruh baya, alun-alun kota mendadak diselubungi kabut hitam. Setelah kabut menghilang, tampaklah sosok mengerikan bersisik hitam pekat dengan mata semerah darah. Gigi-gigi tajamnya meneteskan air liur yang dapat melubangi tanah.

“Orcharna!” pekik orang-orang dalam kepanikan.

Para pengawal yang ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis segera mengevakuasi rakyat. Sebagian lagi mencoba menghalangi siluman haus darah itu. Namun, mereka hanya berakhir mengenaskan dengan tubuh mengempis hingga tinggal tulang. Suara-suara sumbang menyalahkan keputusan Raja Atashanoush menikahi Ratu Daria mulai terdengar.

Wusshh

Orcharna mundur beberapa langkah akibat embusan angin dari kepakan sayap hizkel. Sementara itu, Raja Atashanoush duduk dengan gagah di punggung si elang. Pedangnya terhunus siap bertempur.

Sraat! Traang!

Lengan Orcharna hampir memukul telak hizkel. Beruntung, Raja Atashanoush sempat melakukan manuver. Pertarungan semakin sengit. Dia sedikit terdesak sementara Orcharna sudah kehilangan mata kirinya.

“Ck! Gerakannya cepat sekali! Andai bisa sedikit lebih lambat ...."

Cahaya keemasan memerangkapkan Orcharna. Raja Atashanoush tersentak. Ratu Daria mengarahkan tongkatnya dari balkon.

“Daria, bahaya!” seru Raja Atashanoush.

“Aku hanya bisa menahan sebentar, cepat tusuk permata merah di keningnya!”

Raja Atashanoush tampak ragu, tetapi tak lama. Elang raksasa yang ditungganginya tiba-tiba terbang menukik ke arah Orcharna dengan kecepatan tinggi. Tak lama hingga pedangnya menembus permata merah hingga pecah. Orcharna mengerang keras, lalu tumbang.

Saat Orcharna ambruk mengempas tanah, Ratu Daria melihat sekelebat sosok familiar yang kemudian raib. Ratu Daria melakukan teleportasi ke Danau Khina. Dia mengepalkan telapak tangan melihat sosok tadi, Ghumaysa tengah diselimuti bayangan kegelapan. Rambut keperakan juga sudah tergantikan warna hitam, dengan mata semerah darah. Ghumaysa menyadari kehadiran sang kakak, berbalik dan tersenyum sinis.

“Ada apa, Kak?”

“Kenapa kamu melakukannya, Ghumaysa?” cecar Ratu Daria. “Kenapa kamu bekerja sama dengan iblis?”

“Kakak sudah tahu aku juga mencintai Raja Atashanoush, kenapa malah menikahinya? Harusnya Kakak mengalah!”

“Cinta tidak bisa dipaksakan, Ghumaysa. Kami saling mencintai.”

“Cih! Aku tidak akan membiarkan kalian tenang! Sampai jumpa lagi di neraka berikutnya, kakakku sayang.”

Ghumaysa tersenyum licik sebelum mewujud kupu-kupu hitam.

***