18 (18) Manusia setengah monster.

Hana menelusuri trotoar dengan kaki mungil nya yang terbungkus sepatu berwarna putih.

Semakin ia melangkah, semakin ia kebingungan. Hana yang selama ini hanya menjadi gadis rumahan harus tersesat di kota jakarta yang begitu ramai.

Kaki nya mulai terasa sakit, lebih dari satu jam ia berkeliling mencari jalan pulang.

"Oh tuhan, kemana lagi aku harus melangkah?" Hana duduk istirahat di sebuah kursi pinggir jalan raya. Ia kelelahan, perut nya keroncongan, tenggorokan nya pun terasa sangat kering. Sedangkan ia tak ada uang sepeserpun.

Ingin rasa nya menghentikan salah satu kendaraan yang berlalu lalang di depan nya. Namun, di benak nya terbersit rasa keraguan. Ia takut orang yang mau menolong nya ternyata orang yang jahat. Dan berbuat yang aneh-aneh pada nya.

Ia masih tenggelam dalam kebingungan yang sangat mencekam.

Sampai ia tersadar ada sebuah motor besar dan gagah berhenti pas di depan nya.

Terlihat seseorang dengan jaket kulit berwarna hitam, celana jeans hitam, sepatu hitam, dan helm hitam, menunggangi motor besar berwarna hitam pula. Semua nya hitam, dan terkesan amat keren di pandang.

Hana mengucek mata nya yang kini mulai rabun karna kelaparan dan kelelahan. Ia mencoba memperjelas seseorang yang berhenti di depan nya.

Orang itu turun dari motor, kemudian ia melepas helm nya.

Terlihat wajah tampan bak pangeran itu sedang mengacak rambut nya.

Hana melongo, lelaki di depan nya tampak tak asing di mata nya.

Lelaki dengan wajah yang sangat tampan karismatik, mata nya tajam, hidung nya mancung, bibir nya merah dan sexy, rahang nya tegas, kulit nya seputih salju, tubuh nya sexy dan tinggi.

"Hay, berjumpa lagi," sapa lelaki itu dengan sebuah senyuman mematikan. Dan itu membuat Hana semakin melongo.

"Hallo," lelaki itu melambaikan tangan nya di depan wajah Hana.

Hana terkaget, dan itu membuat nya salah tingkah.

"Ah iya, hay," Hana tersenyum getir.

"Ingat aku?" sambil menunjuk diri sendiri.

"Ouh, eem kamu, iya aku ingat. Kita pernah bertemu di pinggir jalan juga waktu itu,"

"Kebetulan sekali ya,"

"Iya,"

"Jadi kamu siswi SMA,"

"Iya benar, kok tau?"

"Seragam mu,"

"Ah iya," Hana baru sadar bahwa diri nya memakai seragam.

"Mau kemana malam-malam gini?"

"Ah ini, aku mau pulang."

"Nunggu angkot?"

"Itu_ i_ Iya, iya benar," Hana gelagapan, dan ia berbohong. Karna tidak mungkin ia menceritakan musibah yang menimpa nya tadi pada pria asing yang sekarang duduk di samping nya.

"Oh gitu. Kenalin aku David," lelaki itu mengulurkan tangan nya.

"Ah, David, iya," Hana tak menyebutkan nama nya. Karna ia masih sedikit ragu dengan lelaki di depan nya. Hana juga tak menerima uluran tangan itu.

"Kamu Rihana kan?" ucap nya, sambil menarik kembali uluran tangan nya yang di abaikan oleh Hana.

"Kok kamu tau?" Hana kebingungan, dari mana dia tau nama nya.

"Itu, aku membaca nya," sambil menunjuk ke arah bet lebel nama yang terpasang di seragam sekolah nya.

"Ah ini, ya benar hehe," Hana tertawa kecil. Ingin rasa nya ia menertawakan kebodohan nya itu.

"Butuh tumpangan?" tawar lelaki itu.

"Tidak, tidak, duluan aja," Hana berbohong, padahal saat ini, ia benar-benar butuh tumpangan.

Lelaki itu menghadap Hana, menatap kedua mata gadis itu.

"Ke_kenapa?" Hana kebingungan.

Tiba-tiba mata lelaki itu berubah menjadi merah. Hana merasa pusing dan tak sadarkan diri. Dan lelaki itu menghilang bagaikan di telan bumi.

Hana kembali tersadar, ia beranjak dari duduk nya dengan tatapan kosong.

Hana melangkah mendekati motor hitam milik lelaki tadi, ia pun menunggangi nya. Dan mulai melajukan motor tersebut.

Padahal selama ini Hana tidak bisa mengendarai motor apapun.

Namun, lagi-lagi keanehan itu muncul dalam diri nya.

Sesampai nya di tempat tujuan, Hana memarkir motor di halaman.

Ia memasuki rumah yang kini telah sepi, lampu juga sudah di matikan. Si Bibi sudah terlelap tidur.

Hana langsung saja menuju kamar nya, membaringkan diri di atas kasur. Seiring berjalan nya waktu ia pun akhir nya tertidur pulas.

Sebuah asap hitam keluar dari dalam tubuh Hana, yang kemudian asap itu berubah menjadi sosok manusia tampan yang misterius.

"Istirahatlah gadisku," dengan suara berat nya sembari mengelus rambut Hana lembut.

__________________

"APA? ROH PSYCHOPATH MERASUKI TUBUH NYA LAGI. KAU MEMANG TIDAK BECUS. HANYA MEMANTAU SATU GADIS SAJA TIDAK BISA. MAKA MUSNAHLAH KAU DARI MUKA BUMI INI." hardik seorang pria muda penuh dengan kemurkaan.

"Maaf tuan, ampunilah saya untuk kali ini saja. Saya berjanji tidak akan mengulangi nya lagi," seorang pria muda lain memohon ampunan pada tuan nya.

"TIDAK ADA AMPUN UNTUK ORANG TIDAK BERGUNA SEPERTIMU," sembari menendang kepala budak nya.

"Ampun tuan. Roh psychopath terlalu kuat untuk saya hadapi," sambil meringis kesakitan karna tendangan tadi yang kini membuat kepala nya menetekan darah segar.

"DASAR PENGECUT." pemuda yang di panggil tuan muda itu mendekati budak nya.

Mata nya memerah, terpancar aura membunuh di sana.

Kuku-kuku panjang tumbuh dari jari-jari kokoh nya.

Dengan cepat, ia mencakar wajah budak itu, dan mencongkel Kedua bola mata nya hingga keluar dari tempat nya.

Seketika budak tersebut tewas mengenaskan.

Mereka adalah manusia yang telah bertahan hidup Selama ber abad-abad yang lalu.

Mereka akan terus hidup jika menumbalkan nyawa seorang gadis minimal satu bulan sekali. Mereka tidak pernah menua, layak nya vampir.

Mereka tidak bisa di bunuh oleh manusia biasa. Kelemahan mereka ada pada kedua bola mata nya. Karna itu, mereka hanya akan mati jika kedua bola mata nya di keluarkan dari tempat nya.

Mereka adalah, manusia setengah monster.

"INI ADALAN SEBUAH PERINGATAN UNTUK KALIAN. JIKA KALIAN TIDAK BECUS BEKERJA, MAKA NASIB KALIAN AKAN SAMA DENGAN DIA. SINGKIRKAN MAYAT NYA DARI HADAPAN KU!" perintah sang tuan pada para pengikut nya.

________________

"Kenapa aku bisa ada di kamar? Bukan nya semalam aku_" Hana memutar kembali memory ingatan nya.

"Ada apa dengan diriku sebenar nya? Kenapa aku jadi seperti ini?" Hana mengacak rambut nya frustasi.

"Aku tidak bisa diam saja seperti ini. Aku mulai merasa aneh saat kejadian beberapa bulan yang lalu. Kejadian di lorong yang sampai sekarang masih menjadi mistery." batin Hana yang kini sudah mulai lelah dengan hal-hal aneh yang menimpa nya.

Kebetulan hari ini adalah hari minggu, Hana berniat akan pergi ke lorong itu setelah membantu sang Bibi membereskan pekerjaan rumah.

"Bi, Hana pamit keluar bentar ya. Ada urusan penting, Hana udah masak , Bibi sarapan aja dulu ya," pamit Hana pada Bibi nya yang sedang menyirami bunga di halaman rumah.

"Udah sarapan sayang?"

"Nanti Hana sarapan di luar Bi,"

"Oh iya dah, Hati-hati ya,"

"Iya Bi."

Hana melangkah kan kaki nya, ia menuju lorong misterius yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal nya itu. Mungkin jika jalan kaki sekitar 10 menit sampai.

Beberapa saat kemudian, akhir nya Hana sampai di tempat tujuan. Tak ada yang aneh dengan tempat itu di saat siang.

Hana melangkahkan kaki nya masuk lebih dalam lagi, ada beberapa orang lewat disana.

"Kek, maaf. Saya ingin menanyakan sesuatu," Hana menghentikan seorang pria tua renta yang berjalan dengan tongkat kayu.

"Mau tanya apa?" jawab kakek itu dengan suara serak nya.

"Soal tempat ini kek," Hana melirih kan suara nya.

"Aku tidak tau." kakek itu kembali berjalan tertatih-tatih dengan bantuan tongkat nya.

"Kek, saya mohon. Ini penting kek," Hana mengejar sang kakek.

"Kau akan menyesal jika memaksa ingin tau soal tempat ini," sang kakek kembali menghentikan langkah nya.

"Tidak kek, kakek ceritakan saja jika kakek memang tau. Kenapa tempat ini jadi begitu angker saat malam hari,"

"Kau sungguh ingin tau?" kakek itu tersenyum menyeringai.

Hana menganggukkan kepala nya pelan.

Kakek itu terdiam, suasana semakin sepi, cahaya matahari kini semakin meredup dan hilang di telan kegelapan. hawa siang yang tadi terasa panas, kini menjadi dingin dan semakin dingin, hingga membuat Hana menggigil.

Hana yang merasa ketakutan akhir nya mendekati si kakek yang masih terdiam mematung.

"Kek, lebih baik ayo kita keluar saja dari sini. Seperti nya akan terjadi sesuatu yang buruk disin," Hana meraih tangan keriput yang lemah itu.

"Kata nya kau ingin tau asal usul tempat ini?"

"Iya kek, nanti kakek cerita kan sampai di luar saja."

Kakek itu terdiam kembali.

Hana terkejut saat melihat si kakek mulai berubah wujud.

Kedua bola mata si kakek tiba-tiba keluar dari tempat nya, badan nya membesar, dan di sekujur tubuh nya di tumbuhi bulu-bulu hitam yang sangat lebat, gigi nya bertaring panjang.

Kuku-kuku panjang tumbuh dari jari-jari mengerikan itu.

Hana gemetaran, keringat dingin membasahi tubuh nya, wajah nya pun telah pucat pasi.

Mahluk itu menyeringai dan mendekat ke arah Hana. Hana hanya terdiam, tak dapat melakukan apapun. Ia terlalu ketakutan sampai-sampai jantung nya seperti berhenti berdetak waktu itu.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter