webnovel

Bab 4 Percikan Api

Tak lama, Alsaki menemukan sekelompok orang di pinggir jalan setapak menghadap lahan yang curam. Kalau di tarik garis lurus ke bawah, tempat ini tepat di atas Alsaki menangkap Wulan.

"Sepertinya, Wulan jatuh di tempat ini" pikir Alsaki.

"Apakah itu teman-temanmu?" tanya Alsaki pada Wulan

Dari balik kepala Alsaki, wulan samar-samar melihat beberapa sosok yang dikenalnya. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Ia lega karena dengan bertemu temannya berarti ia akan dapat pulang dengan selamat. Meski Alsaki menolong dan memberinya pertolongan, namun rasa was-was berduaan dengan orang yang baru pertama kali bertemu di tengah hutan membuat Wulan sedikit takut.

Alsaki membuka ikatan kain yang menyatukan Wulan dengan pinggangnya, lalu ia bermaksud menurunkan Wulan ketika sebuah suara lembut terdengar dari belakangnya.

"Wulan!"

"Bu, Anggi" seru Wulan girang.

Wulan dan Alsaki serempak menengok, seorang wanita cantik berusia sekitar 30an dengan penampilan dewasa melangkah mendekat, disampingnya seorang pemuda sedikit lebih tua dari Alsaki menatap mereka dengan penuh kecurigaan. Dibelakangnya beberapa orang seumuran Wulan mengikutinya.

"Bajingan mesum, lepaskan Wulan" pemuda yang datang berlari mendorong tubuh Alsaki dan menarik tangan Wulan.

"Aldi jangan" Bu Anggi yang tadi disampingnya ingin mencegah namun sudah terlambat.

Alsaki tidak bergeming sedkkitpun walau mendapat dorongan, namun Wulan yang tidak menyangka akan di tarik tangannya, ia jatuh kebelakang.

"Aduuh, bahuku" Wulan meringis kesakitan. Bahu yang tadi sudah sembuh tampak bergeser lagi bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Aldi terbakar api cemburu ketika dia tiba disana ia melihat Wulan sedang merangkul Alsaki dari belakang, sedang tangan Alsaki masih memegang pantat bulat Wulan. Ia berfikir bahwa Alsaki memaksa Wulan untuk berbuat mesum dengan ancaman.

Tadinya Alsaki akan langsung pergi karena tidak ingin mengekspos dirinya. Namun melihat Wulan jatuh terduduk sambil meringis kesakitan, Alsaki merasa tidak tega.

Alsaki mendorong Aldi pelan lalu menghampiri Wulan tanpa berbicara.

"Minggir, jangan berani sentuh Wulan" teriak Aldi.

"Aldi, hentikan" teriak Bu Anggi.

"Bu, penjahat ini ingin mencelakai Wulan"

"Kamu salah paham"

"Tidak, aku bisa melihat mana orang baik mana orang jahat" sanggah Aldi.

"Apa orang jahat, akan menggendong orang yang kakinya patah dan terluka" . Bu Anggi melihat dari jauh saat Alsaki membuka ikatan kain yang melingkar tubuhnya dengan Wulan, ia juga melihat bagaimana Alsaki mencoba menurunkan Wulan pelan-pelan. Dia tahu betul bahwa semua dilakukan Alsaki agar tidak melukai Wulan, apalagi ia melihat betis Wulan yang dipasangi penyangga dari ranting ranting yang ditipiskan. Hanya saja ia tidak mengerti mengapa Alsaki menurunkan Wulan di tempat sepi padahal sedikit lagi teman-teman Wulan berkumpul.

Mendengar teguran Bu Anggi, Aldi melihat kaki Wulan yang disangga ranting dan dibalut. Barulah ia sadar kalau Wulan terluka, kecemburuan membuat ia tidak memperhatikan kondisi Wulan. Namun kebenciannya pada Alsaki tetap tidak padam meski ia tahu bahwa ia telah salah paham.

Tanpa banyak bicara, Alsaki sekali lagi membetulkan letak bahu Wulan. Kali ini ia menggunakan kain panjang yang tadi digunakan untuk mengikat Wulan ke pinggangnya sebagai pembalut agar letak bahunya tidak berubah.

"Bu Anggi, pencariannya ..." seorang lelaki paruh baya dengan rompi tim sar baru akan melaporkan kendala pencarian yang harus di tunda karena hari mulai gelap.

"Tidak perlu dilanjutkan, Wulan sudah kembali" potong Bu Anggi.

"Sudah kembali, bukankah... " petugas tim sar melongo heran. Menurut laporan Wulan jatuh ke jurang, kurang lebih sedalam 50 meter, kalaupun ditemukan kemungkinannya akan terluka parah atau bahkan sampai meninggal. Namun ia melihat Wulan masih selamat meski memiliki beberapa luka.

"Euh ... euh." Bu Anggi merasa bingung untuk menjelaskannya. Ia menatap Wulan untuk menjelaskan semuanya.

Wulan juga merasa bingung, haruskah ia menceritakan semuanya atau menutupinya. Wulan balik menatap Alsaki.

"Ya, tadi dia memang jatuh ke jurang. Namun sebelum mencapai dasar aku menangkapnya tepat waktu sehingga dia terhindar dari bahaya fatal. Aku juga yang mengantarkan kembali ke sini" jawab Alsaki.

"Hm, membual, memang kamu superman yang bisa terbang, atau spiderman yang bisa berayun dengan mudah. Kau kira kami anak kecil" Aldi membantah cerita Alsaki dengan rasa jijik.

"Aku tidak memintamu untuk percaya" balas Alsaki.

"Paling-paling Wulan tidak benar-benar jatuh ke jurang, ia pasti diculik dan disembunyikan oleh orang cabul ini" bantah Aldi, ia tidak bisa menerima jika Alsaki harus menjadi pahlawan bagi Dewi kecantikan yang ia idamkan.

"Terserah, kalian mau percaya atau tidak"

Alsaki melirik pada Wulan, untuk terakhit kali ia menatap wajah cantik Wulan.

"Kamu sudah aman, dan luka-lukamu seharusnya sudah tidak ada masalah. Aku akan pergi"

"Ku serahkan Wulan kepada kalian" kata Alsaki pada Bu Anggi. Yang di balas dengan anggukan.

Sebelum Wulan mengucapkan terima kasih, Alsaki sudah berlari dengan cepat dan menghilang dari pandangan Wulan dan teman-temannya.

"Ini..." petugas tim sar melongok melihat kepergian Alsaki. Sebagai Petugas SAR ia sudah melihat melalaui kamera drone, terdapat sobekan pakaian yang dikenali oleh teman-temannya sebagai pakaian Wulan, belum lagi bekas darah yang tertinggal di ranting dan daun di sekitar tebing. Kalaupun cerita Alsaki benar, ia tidak mengerti bagaimana seseorang bisa naik dari bawah jurang, meskipun memakai perlatan panjat akan sangat sulit menghindari ranting-ranting tajam dan semak-semak berduri.

Meskipun merasa heran dan tidak masuk akal, namun Bu Anggi meyakini kebenaran cerita Alsaki. Hanya ia bingung untuk mengungkapkan ekspresinya.

Wulan sendiri lebih memilih menyimpan kebenarannya dalam hati, sebab percuma berdebat dengan yang lain, toh mereka tetap tidak akan.percaya. ia sendiripun merasa seperti di negeri dongeng, kalau tidak mengalaminya sendiri tentu ia tidak akan percaya ada orang yang bisa keluar dari jurang dalam tanpa bantuan alat satupun.

"Wulan, kamu tidak apa-apa?" tanya Bu Anggi menyadarkan Wulan yang menatap kepergian Alsaki, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang hilang.

"Hari sudah mau gelap, ayo kita turun gunung agar luka Wulan segera ditangani" perintah Bu Anggi.

Segera Tim Sar membawa tandu untuk menggotong Wulan menuju ke pos penjemputan Dengan dipimpin tim SAR, rombongan Wulan segera sampai di pos penyelamat. Mereka menaiki mobil untuk segera mengirim Wulan ke rumah sakit.

Sambil memejam matanya, Wulan merasakan kehilangan Alsaki. Meski ia di tandu oleh empat orang lalu lanjut di bawa dengan mobil. Namun medan jalan yang tidak rata membuat Wulan agak tersiksa. Sebelumnya ia merasa nyaman berada di punggung Alsaki.

"Ah, kalau saja ia tidak secepat ini bertemu dengan teman-temannya mungkin ia masih nyaman di punggung kekar Alsaki" gumam batin Wulan. Sekarang ia justru menyesali pertemuannya dengan teman-temannya sebelum sampai ke rumah sakit.

Namun sebersit keraguan muncul di hatinyq, "Apakah dia benar manusia, atau demit penunggu gunung Ciremai ini? Ah, yang penting aku bersyukur masih diselamatkan dari bencana"

Sementara Alsaki setelah meninggalkan Wulan dan teman-temannya. Ia terus bergerak dengan melompat dari pohon ke pohon

Ia tidak ingin berpapasan dengan Wulan dan rombongannya. Setelah menemukan jalan setapak Alsaki berjalan Ketika Alsaki melihat sebuah perkampungan di kaki gunung Ciremai hari sudah gelap. Lampu-lampu temaram tampak menyinari halaman beberapa rumah yang jaraknya agak berjauhan.