webnovel

Bab 3 Wulan

Ketika sadar, gadis itu kaget melihat lelaki tak di kenal di sampingnya, spontan ia bergerak untuk bangun namun ia merasakan sakit pada kakinya.

"Jangan bergerak dulu, kakimu patah. Aku akan membantu mengobati" perintah Alsaki tanpa menoleh ke arah gadis yang baru sadar.

Alsaki merobek celana gadis itu, dengan peralatan khusus ia menghentikan pendarahan pada luka akibat patah tulang.

"Aku akan membetulkan letak tulangmu yang patah, usahakan jangan bergerak. Mungkin akan sedikit sakit jadi tahan sebentar"

Gadis itu hanya mengangguk, matanya menatap Alsaki yang serius mengobati luka-lukanya.

"Krek, krek" terdengar suara samar patahan tulang yang digerakan.

"Aaaah. Sakiit" ringis gadis itu.

Dengan cekatan Alsaki menaburkan obat herbal yang di bawanya, lalu ia membalutnya dengan kain. Setelah memberi penyangga dari ranting-ranting untuk mencegah tulang yang patah kembali bergeser Alsaki meletakkann tangannya di telapak jadi gadis itu.

"Siapa namamu?" tanya Alsaki sambil menyodorkan sebuah botol tempat minum yang terbuah dari sejenis bambu. "Minumlah"

"Wulan" jawab gadis itu singkat sambil mengambil tempat minum yang di sodorkan Alsaki, sempat ragu sejenak kemudian Wulan menenggam air dalam botol bambu.

"Aku, Alsaki. Kenapa kamu ada disini, apa kamu sendirian?"

" Aku sedang melakukan study lapangan dengan teman-teman kampusku, tadi tertarik dengan suatu tanamam yang belum pernah kulihat sebelumnya sehingga aku tertinggal dari rombongan. Saat Aku berusaha mengejar teman-teman kakiku terpeleset, sehingga aku jatuh ke jurang ini"

"Hmm" gumam Alsaki pelan

Sementara tangan Alsaki yang memegang telapak kaki Wulan, menyurkan tenaga dalam. Rasa hangat terasa ke setiap pembuluh daran dan saraf-saraf dari kaki Wulan.

"Aaah" tanpa sadar Wulan mendesah merasakan kehangatan yang menjalar dari telapak kaki ke betis, paha, pangkal paha melalui area pribadinya kemudian ke tubuh bagian atasnya. Seketika Wulan merasakan tubuhnya kembali segat dan rasa sakit dari luka-lukanya hilang.

Tanpa Wulan sadari beberapa luka kecil di tangan karena tertusuk ranting kecil, maupun kuka di wajah akibat duri tanaman perdu semuanya sembuh. Wajah Wulan memerah, ia segera menutup mulutnya dengan tangan mungilnya agar tidak keluar desahan lagi.

"Sudah, apa masih ada yang sakit" tanya Alsaki.

"Sepertinya bahu kiriku tidak bisa digerakkan"

Alsaki melirik ke arah bahu Wulan, dari tadi Alsaki tidak berani melirik bagian atas tubuh Wulan, karena bagian atas tubuh Wulan setengah terbuka. Kaos yang dipakai Wulan sobek di beberapa bagian terutama bagian bahu sampai dada yang menampakkan tonjolan besar dan bulat di balik bra warna krem yang hampir tidak tertutupi semua. Bukan Alsaki tidak tertarik namun ia khawatir menimbulkan salah pengertian dengan Wulan apalagi ini pertama kalinya Alsaki melihat bagian tubuh wanita dari jarak dekat.

Alsaki berjalan kebelakang Wulan dia memeriksa bahu Wulan. Sekilas Alsaki tahu bahwa bahu Wulan mengalami dislokasi.

"Bahumu mengalami dislokasi, aku akan mengembalikan ke posisinya. Tahan"

"Klik"

"Sudah coba gerakkan perlahan"

Wulan menggerakkan bahunya pelan, senyuman manis terkembang di bibir mungilnya yang seksi.

"Terima kasih, bahuku tidak sakit lagi"

Ketika Wulan melirik Alsaki yang fokus menatap bulatan di dadanya, barulah Wulan menyadari kalau dadanya tereskpos di depan Alsaki"

"Apa kau membawa pakaian ganti?"

Baju kaos yang di pakai Wulan sobek di beberapa bagian. Replek Wulan menangkupkan tangan di depan dadanya yang terbuka.

Merasa malu karena ketahuan melihat bagian dada Wulan, Alsaki berjalan mengambil tas kulitnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah baju pangsi berwarna hitam.

"Pakai " Alsaki menyerahkan bajunya kepada Wulan.

Baru saja wulan akan memakai baju tersebut untuk menutupi tubuhnya ketika terdengar Alsaki berbicara.

"Sebaiknya bajumu dibuka, selain kotor juga basah dan ada beberapa bekas darah."

Wulan terdiam sejenak, ia ragu apakah harus membuka bajunya di depan seorang lelaki yang baru ditemuinya, untuk melangkah mencari tempat tersembunyi ia tidak bisa karena kakinya patah, meski sudah diobati sementara oleh Alsaki namun tentu saja perlu di istirahatkan agar tidak kembali patah.

"Aku akan berbalik, segeralah berganti pakaian. Sebentar lagi hari akan gelap, kita harus bergegas ke luar dari lembah ini"

Setelah Alsaki membelakanginya, Wulan segera membuka kaos yang dikenakannya, dan mengganti dengan baju pangsi milik Alsaki yang tentu saja di tubuh Wulan akan kebesaran.

"Sudah"

"Seharusnya teman-temanmu masih di atas mencarimu. Apa kamu bisa berdiri? "

Dengan ketajaman indranya Alsaki dapat mendengar aktivitas di atasnya meski jaraknya sekitar agak tinggi.

"Ya," Wulan menggangguk sambil berusaha berdiri, meski sudah tidak terasa sakit, Wulan hanya berani bertumpu pada sebelah kakinya yang tidak patah sehingga ia berdiri tidak stabil. Wulan jatuh ke depan. Beruntung repleks Alsaki sangat bagus, segera ia merangkul Wulan. Wulan menghela napas sesaat sebelum menyadari posisi tangan Alsaki yang tepat di bulatan payudaranya.

"Ehm... ehm" Wulan berdehem dua kali. Ia ingin mengatakan agar Alsaki melepaskan tangannya dari payudaranya, namun entah kenapa tenggorokannya sangat kering.

Alsaki menyadari isyarat Wulan, ia segera memposisikan Wulan agar berdiri tegak.

Alsaki mengeluarkan sebuah kain panjang dari tas kulitnya, lalu berjongkok di depan Wulan.

"Naik kepunggungku" perintahnya pada Wulan.

"Hah, apa yang akan kamu lakukan?"

"Tentu saja menggendongmu, dengan kondisimu sekarang kamu tidak akan bisa berjalan jauh"

"Tapi..."

"Cepatlah, sebentar lagi gelap. Banyak binatang buas keluar malam hari."

Dengan rasa ragu Wulan naik ke punggung Alsaki, kemudian Alsaki melingkatkan kain panjang ke pinggangnya menyatukan dengan pinggang Wulan lalu mengikatnya di depan.

"Pegangan yang kuat, kita akan berangkat"

"Hmm" Wulan hanya bergumam singkat. Mengabaikan seruan Alsaki, tangan Wulan asal menempel di bahu Alsaki.

Alsaki melihat-lihat keadaan tebing yang sangat curam dengan beberapa tanaman merambat. Alsaki bergerak mencari jalur pendakian yang aman.

"Aaaaaaah" Wulan tersentak kaget ketika tiba-tiba Alsaki meloncat tinggi ke atas, menggapai sebuah akar yang menjulur ditebing, lalu berayun ke samping sedikit menginjak sebuah batu yang sedikit menjorok di tebing untuk dijadikan tolakan ke atas, setelah tiga kali meloncat Alsaki berhasil keluar dari tebing vertikal, meski tidak terlalu tinggi hanya sekitar 10 meter namun tanpa peralatan panjat, tentu saja mustahil untuk memanjat dengan selamat. Namun Alsaki yang sudah lima tahun digembleng oleh Ki Mahendra dan istrinya Nyi Sekar Wangi tentu saja memiliki kemampuan diluar orang normal.

Meski berhasil melalui tebing, selanjutnya Alsaki dihadapkan pada tanah curam, dengan kemiringan hampir 50-70 derajat, namun bukan masalah bagi Alsaki untuk melewati jalan ini, satu-satunya kesulitan Alsaki adalah banyaknya semak berdiri di sepanjang jalur yang akan dilewati. Ia tidak takut tertusuk duri tapi dengan Wulan yang berkulit lembut. Setelah sejenak memandangi pohon-pohon di depannya Alsaki kembali melompat, kali ini sasarannya batang pohon disampingnya. Menggunakan pohon sebagai pijakan Alsaki melompat dari satu pohon kepohon lain sebagai tolakan.

Setelah menemukan jalan setapak barulah Alsaki berhenti. Ia menengok ke kiri dan ke kanan sebelum memutuskan arah yang akan di ambilnya.

Wulan yang ada di punggung Alsaki juga menghela napas lepa. Ia masih shock dengan cara Alsaki keluar dari tebing kemudian melewati hutan perdu berduri dalam waktu singkat. Kalau tidak mengalaminya ia akan sulit untuk mempercayai apa yang telah ia lewati bersama Alsaki.

Baru saja Alsaki akan melangkah untuk melanjutkan perjalanan, ketika ia mendengar suara langkah kaki dari arah berlawanan. Alsaki memutuskan untuk menuju orang-orang yang datang. Kemungkinannya itu adalah teman-teman Wulan.