Adelia dan Hisyam berjalan menuju area City Business District atau yang biasa mereka panggil city. Area yang dipenuhi oleh berbagai pusat perbelanjaan saat ini telah benar-benar siap untuk liburan musim panas. Toko-toko telah mendekorasi diri mereka dengan ornamen-ornamen natal, berbagai tawaran diskon memanggil-manggil para pengunjung untuk memasuki toko mereka, sampai berbagai atraksi di pusat CBD yang dipersiapkan pemerintah kota. Suasana begitu meriah, terutama di hari Minggu seperti ini.
Adelia terlihat cantik bila mengesampingkan mata panda dan badannya yang masih terlihat letih. Ia mengenakan gaun tanpa lengan berwarna putih bersih. Bagian rok yang panjangnya dibawah lutut itu, terbuat dari kain yang lebih ringan dan berkibar-kibar tertiup angin bila ia berjalan. Sepatu datarnya berwarna putih dan tas selempang yang terbuat dari kulit berwarna coklat muda menyempurnakan penampilannya. Rambutnya yang berwarna gradasi coklat tua dan muda ia ikat setengah, membuat penampilannya bak dewi. Concealer yang ia sapukan berhasil membuat wajarhnya lebih cerah, cocok dengan lipstik warna pink-ungu.
Hisyam terus-menerus memegang tangan gadis itu, dari tempat parkir, sampai mengitari jalan-jalan di city. Ia beberapa kali menatap bangga ke wajah sang pacar, dan tersenyum manis. Mereka terlihat seperti pasangan yang terlalu serasi. Outfit serba putih, bergandengan mesra, saling menatap, dan tertawa. Dua manusia indah sedang berjalan, di hiasi oleh merpati-merpati yang terbang di sekitar jalanan pertokoan CBD.
"Adelia cantik", katanya beberapa kali ketika gadis itu tidak sengaja bertatapan mata dengannya. Hati Adelia menghangat. Mungkin sebenarnya ia terlalu keras dan terlalu berprasangka buruk dengan Hisyam. Toh sebenarnya cowok ini manis juga. Hisyam tidak segan memeluk Adelia di sela-sela kegiatan berjalan-jalan dan berbelanja mereka.
Adelia membantu Hisyam memilihkan berbagai oleh-oleh untuk orangtuanya dan adik satu-satunya Hisyam. Tentu saja sebagai orang Timur, tidak hanya keluarga terdekat, bahkan sepupu, tante, om, kakek nenekpun Hisyam belikan. Tidak terasa begitu banyak barang-barang yang sudah mereka beli khas Australia. Dari aneka coklat, tempelan kulkas, tas, perhiasan dari batu opal, sampai baju-baju dengan logo Australia atau kota Perth. Adelia sudah bisa membayangkan, orangtuanya pasti tidak begitu antusias dengan oleh-oleh seperti ini. Ia juga tidak punya adik atau kakak yang harus dibelikan. Sepupunya juga tidak banyak, dan tidak begitu dekat. Satu-satunya yang dekat dengannya dan sudah seperti keluarga ya, keluarga Bastian!
Hisyam memilih sebuah restoran yang berada di lantai 2 pusat perbelanjaan di pusat kota. Mereka sengaja memilih duduk di bagian luar restoran, agar dapat tetap melihat pemandangan pusat kota dari atas. Dari atas, merena bisa melihat para pengunjung CBD mondar-mandir memasuki pertokoan, makan es krim, menonton pertunjukan jalanan atau sekedar duduk dan ngobrol di kursi-kursi beton yang tersebar di sekitar pertokoan.
Restoran bernuansa Western itu menyajikan makanan aneka steak panggang yang sepertinya cukup populer dan mahal. Hisyam tidak lupa memesan 2 gelas anggur untuk menemani daging merah itu. Setelah sekian lama, Adelia menikmati kembali daging steak premium dengan kuah yang begitu lezat. Aroma kaldu daging dari kuah yang pastinya memakai wine dari Australia begitu menggoda. Ditambah dengan segelas wine premium dengan suhu yang tepat, Adelia benar-benar menikmati makan siangnya hari ini.
"Princess, I have something for you (Tuan putri, aku ada sesuatu untukmu)", tutur Hisyam membuka suara ketika mereka sama-sama telah menghabiskan makan siang mereka. Hisyam telah mengisi kembali gelas-gelas wine mereka. Cowok itu mengeluarkan sesuatu dari plastik belanjaan mereka tadi. Sebuah kotak belundru hitam panjang seperti kotak pinsil kecil. Adelia terkesiap menatapnya. Semoga itu bukan seperti yang ia kira, paniknya dalam hati.
Ketika kotak itu terbuka, terlihat sebuah kalung dari emas putih, dengan bandulan batu opal khas Australia. Rantai emas itu berkilau, menandakan ia bukan terbuat dari stainless steel atau logam-logam yang sama dengan sendok atau panci. Emas beneran ini. Batu opal yang menjadi bandulnya pun berukuran lebih besar, tebal dan memiliki motif unik yang sangat cantik. Nuansa turqiuse, biru muda, biru tua, abu-abu dan hijau seakan terlukis harmonis di batu kecil itu.
"I cannot find a rock that is prettier than you. But I hope you will wear this close to your heart, and help you to remember me always (Aku tidak bisa menemukan batu yang lebih indah dari dirimu. Tapi aku berharap kamu mau memakainya dekat dengan hatimu, dan membantumu untuk selalu ingat kepadaku)", pintanya sambil memamerkan perhiasan itu. Adelia tahu itu hadiah yang sangat mahal, tapi bukan karena itu ia enggan. Menggunakannya memiliki arti bahwa ia harus siap mengurung hatinya untuk Hisyam seorang. Bila tidak dipakai, cowok itu pasti marah. Bila dipakai, cowok itu pasti akan halu bahwa Adelia akan menjadi miliknya seorang selamanya.
"Untukku?", tanya Adelia pura-pura bodoh. Ia tersenyum bak joker, lebar dengan mata mengerjap-ngerjap. Wow… kenapa harus kalung sih? Ia tadinya berharap Hisyam membelikan saja aneka skincare yang sedang diskon di pusat perbelanjaan di bawah. Aneka tabir surya untuk badan, muka dan pelembab ekstrak pepaya sepertinya lagi SALE. Perlu banget ini di masa-masa Perth musim panas dimana suhu bisa mencapai 40-45 derajat celcius! Andai saja Adelia bisa diberi pilihan. Memakai kalung ini hanya akan memanaskan lebih banyak drama dalam hidupnya.
Hisyam berdiri dan mulai mengalungkan perhiasan itu di leher Adelia yang memang polos. Iya juga, kenapa tidak selama ini Adelia memakai kalung pilihannya sendiri, sehingga Hisyam tidak perlu repot-repot mengisinya sekarang. Lagian apa Adelia sudah memberi ijin Hisyam untuk memakai tanda kepimilikannya sekarang? Seperti kucing saja yang dipakaikan tanda pengenal. Ketika Adelia menyentuh bandul seukuran koin 100 perak rupiah itu, ada tekstur aneh di bagian belakangnya. Terlambat untuk membacanya, karena sudah terpasang.
"Di bagian belakang, ada ukiran H and A", kata Hisyam tersenyum bangga seakan menjawab rasa penasaran Adelia. Dear God. Ukiran nama pasangan? H & A. Hisyam and Adelia. Yang benar saja! Cowok itu kemudian mengambil tangan kanan Adelia dan mengecupnya dengan pelan. Adelia tersenyum manis. Ia pasti terlihat cantik sekali sekarang, karena Hisyam tidak bisa berhenti menatapnya. Adelia kontan mengambil gelas wine yang isinya tinggal setengah, dan meneguknya habis dalam satu tegukan. Ia perlu mabuk lagi siang ini. Oh andaikan hati Adelia bisa berkata-kata…
"Hey, slow down princess", kata Hisyam tergelak tawa sambil mengambil gelasnya dan melakukan hal yang sama. "Let's go and do more shopping (Ayo pergi dan belanja lagi)", saran Hisyam. Adelia tersenyum setuju sambil bertepuk tangan kecil dengan imut. Efek kuah steak dan 2 gelas wine sudah mulai menggerogoti otaknya. Kepalanya terasa melayang, dan senyumnya begitu mudah tersungging. Tapi mereka akan berada di city untuk 3 jam ke depan dan berjalan-jalan tak menentu. Sebelum mereka memasuki mobil, sepertinya efek wine akan selesai.
Adelia menuntun Hisyam untuk memasuki toko skincare yang sedang diskon. Ia benar-benar membutuhkan perawatan tabir surya dan aneka lotion untuk memperingan efek sinar matahari. Sepanjang liburan musim panas, Adelia akan bekerja paruh waktu dari pagi sampai sore setiap hari. Adelia mulai melihat-lihat aneka produk-produk itu, dan mulai mengoles-oles testernya di wajah Hisyam. Cowok itu hanya tertawa ngikik di kerjain oleh Adelia. Mereka mencoba-coba aneka lotion dengan wewangian organik, yang membuat kulit lembut dan super wangi.
Hati Adelia merasa hangat. Ia diam-diam menyentuh bandul di bawah lehernya. Mungkin memang benar, Hisyam telah berubah dan benar-benar ingin mengisi hatinya. Ia menatap Hisyam dengan penuh arti, ketika tawa mereka sudah mereda. "Mungkinkah ini awal (kembali) bagi mereka berdua? Perlukan Adelia memberikannya kesempatan kedua?
Mungkinkah gejolah naik dan turun yang mereka hadapi beberapa bulan terakhir ini hanya sebuah cobaan-cobaan kecil agar mereka semakin kokoh bersama?", Adelia bergumam dalam hati. Tanpa sadar, Hisyam begitu larut dengan suasana kemesraan mereka, dan secara refleks ia mengecup bibir Adelia. Sedetik saja, kemudian mereka sama-sama melirik ke kiri dan kekanan. Tidak elok sebenarnya bila bermesraan di tempat umum, walau itu sering mereka lihat bagi pasangan-pasangan bule. Berciuman di tempat umum. Gawat aja bila ada teman Indo atau Malay mereka melihatnya. Fiuh, tidak ada yang melihat. Mereka refleks saling bertatapan dan tertawa mengikik lagi. dasar bocah!
Ciuman singkat Hisyam telah menggetarkan hati Adelia, dan sukses membuat wajah putih mulusnya bersemu merah. Ia memalingkan wajahnya dari hadapan Hisyam sebelum cowok itu melihatnya. Tapi terlambat, Hisyam begitu bahagia melihat gadisnya malu-malu dan lantas memeluknya dari belakang. Cowok itu merebut belanjaan yang ada di keranjang Adelia dan membayar seluruh tabir surya dan aneka pelembab ekstrak pepaya itu. Hati Adelia kembali menghangat melihat langkah cowok itu ke meja kasir. Hisyam sejenak memalingkan wajahnya untuk menatap mimik haru Adelia. Ia bahagia kembali. Ajaib sekali bahwa gadis mungil dan lugu ini telah berhasil merebut hatinya dan memberikan kepercayaan baru kepadanya. Ia bisa mencintai lagi...
Hanya dengan membelikannya tabir surya, dan sebuah kecupan kecil di bibir. Adelia memang payah!
-------------------------------------------
Agenda Maretha dan Bastian di hari Minggu siang ini adalah bekerja di perpustakaan sampai shift malam. Selama liburan musim panas, akan ada kelas khusus atau semester pendek. Namun tentu saja kampus akan terasa lebih sepi. Dengan begitu, Bastian dan Maretha akan bekerja lebih banyak di perpustakaan dari pada shift biasa mereka. Waktu bekerja mereka di perpustakaan akan berlangsung selama 10 jam selama hari Sabtu dan Minggu selama liburan musim panas.
Saat ini mereka sedang menyusun ulang buku-buku di gudang perpustakaan. Bastian akan mengambil kotak-kotak yang tersusun asal di rak-rak gudang, dan Maretha bertugas untuk memilah mana yang akan dikeluarkan dari gudang dan mana yang harus di susun ulang dengan rapi di gudang tersebut. Pekerjaan mereka cukup melelahkan dari pada kerjaan mereka yang biasa, dan tentu saja penuh dengan debu.
Untung saja pengaruh alkohol dari kepala dan perut Bastian benar-benar sudah hilang, berkat sup krim panas instan yang ia masak untuk sarapan, serta nasi ayam BBQ yang ia beli di coles. Tapi tentu saja, beberapa memori tadi malam masih merupakan teka-teki misterius yang belum muncul di kepalanya. Ia belum bisa mengingat apapun setelah hisapan lemon terakhir. Kenapa ia bisa terbaring santai sambil memeluk pinggang Adelia dan menyusupkan salah satu kakinya di paha Adelia. Edan!
"Bastian, ini kotak terakhir ya. Fiuuhhh syukurlah. Uda ga sabar nih mau keluar. Disini pengap dan penuh debu. Pasti muka aku udah comeng-comeng nih", keluh Maretha. Bastian menatap pacarnya dan ia tidak bisa berhenti tertawa. Benar saja, wajah dan tangan gadis itu di nodai beberapa debu-debu yang tadinya menempel di plastik-plastik buku yang ia catat. Mungkin secara tidak sengaja, ketika ia mencoba melap keringat dengan punggung tangannya, debu-debu purbakala itu menempel di wajahnya.
Bastian yang sudah selesai menata kardus-kardus buku itu mendekati Maretha. Ia mengambil sapu tangan yang selalu ia kantongi di celana jeansnya. Dengan lembut, ia berjongkok di depan Maretha yang duduk bersila bersama tumpukan kertas-kertas tempat ia mencatat buku-buku itu. Bastian menyeka wajah gadis itu, agar setidaknya debu-debu yang benar-benar tebal itu hilang dari wajahnya. Tapi tiba-tiba... buzzzzzzz… kepala Bastian pusing, seakan-akan ia mendapat reruntuhan keping-keping puzzle dari kejadian tadi malam. Ia merasakan sebuah dejavu...
Bastian, Adelia, kursi belajar, kamar Adelia, kapas. Sedetik kemudian memori tangannya sedang membersihkan coretan spidol berbentuk pup dari dahi seorang perempuan. Satu coretan pup, satu coretan hati, satu coretan bintang, dan sebuah bulatan di hidung perempuan imut. Seketika ingatannya gelap kembali, ia menutup matanya dengan lembut dan berusaha bernafas di gudang yang pengap. Beberapa detik sebelum ia membuka matanya, memori seorang perempuan tersenyum imut sambil memegang dudukan kursi belajar. Kursi belajar di Kamar Adelia! Oh iya! Dia ingat sekarang! Ia ada di kamar Adelia untuk menumpang toilet, dan kemudian ia membersihkan wajah gadis itu.
Bastian membuka matanya, dan langsung melotot menatap Maretha. Gadis itu terkaget melihat reaksi Bastian yang tiba-tiba menarik tangannya yang sedang menyeka wajahnya. Bastian kemudian berdiri dan berjalan pelan keluar dari gudang. Ia kuatir Maretha mampu membaca pikirannya yang sedang memproses kejahatan. Ia menghirup udara segar di sekitar rak-rak buku perpustakaan. Ia celingak celinguk mencari tempat duduk. Nihil, masih jauh. Ia menyelinap ke rak buku sejauh mungkin dari gudang, dan menyandarkan punggungnya.
Ia menutup mukanya dan mencoba mengingat kembali. "Hayo otak lamban, bersihkan dirimu dari alkohol. Coba kasih tau aku, ada kejadian apa tadi malam?", gumamnya dalam hati memerintah otaknya.
Ia ingat sekarang... Setelah ia berhasil membersihkan wajah gadis itu, mereka akhirnya berciuman. Pelan dan lama. Ia ingat akhirnya ia malah menarik gadis itu ke pangkuannya, dan menciumnya lebih intens lagi. Gadis itu membalasnya. Gadis yang ternyata Adelia itu, malah memeluk erat lehernya, punggungnya dan mulai menggigiti bibir bawah Bastian dan juga lidahnya. Lembut dan menggoda. Bastian juga ingat ketika akhirnya mereka mulai kehabisan nafas, ia mulai mengecup pelan leher gadis itu! Sial*n! Bastian merasa nafasnya sesak dari rasa malu yang luar biasa. Ia berharap sekarang otaknya berhenti mengirimkan informasi-informasi. Ia menyesal, seharusnya ia tidak mau mengingat kejadian tadi malam.
Tapi tentu saja otaknya yang sudah bersih itu akhirnya mengirimkan cuplikan informasi yang lebih lengkap. Setelah ia puas mengecup dan mengendus-endus leher gadis itu, ia memundurkan pinggulnya ke arah sudut tempat tidur Adelia. Ia membisikkan sesuatu ke gadis yang sedang mabuk itu.
"Aku pengen tidur sama kamu. Boleh kan?", tanya Bastian sambil membelai pipi gadis itu. Adelia mengangguk. Bastian menuntun gadis itu untuk berbagi sebuah bantal di tempat tidur Adelia, dan melebarkan lengannya agar gadis itu bisa berbaring di situ. Ketika mereka berdua sudah rebahan, mereka kembali lagi berciuman dan saling memeluk. Pelan dan lembut, sampai akhirnya semua menjadi gelap. Kenapa gelap? Apakah mereka akhirnya malah ketiduran, atau memorinya tidak mampu menampilkan cuplikan yang mungkin lebih cabul?
Bastian memegang jantungnya yang berdetak lebih kencang sekarang. Tapi setidaknya ia lega, tidak terjadi peristiwa bercinta disana. Hanya berciuman... dan berpelukan...semalaman. "Oh tidak, semoga otak gadis itu lebih error sehingga ia tidak perlu mengingat apapun tadi malam!", pekik Bastian dalam hatinya sambil menjambaki rambutnya yang tebal.
-------------------------------
Adelia dan Hisyam sedang mengantri untuk membeli es krim. Suasana musim panas seperti ini memang cocok sekali menikmati aneka es krim, gelato, jus buah segar ataupun salad buah. Konon karena produk susu Australia yang bagus, produk gelato, es krim, milkshake dan sejenisnya rasanya luar biasa gurih, berlemak dan enak sekali. Seperti biasa, Adelia akan memilih es krim rasa coklat sedangkan Hisyam lebih memilih rasa mocha. Ketika corong es krim itu sudah di genggaman. mereka duduk di teras toko es krim itu sambil memandangi orang yang lalu lalang di sekitar pertokoan kota di sore hari.
"Yummy", tutur Adelia dengan tampang imut. Adelia terlalu bersemangat dengan es krimnya, tanpa sadar mulutnya belepotan dengan es krim coklat itu. Hisyam menatap Adelia sambil terkikik. "Adelia, macam budak kecil", ejeknya sambil mencolek ujung bibir Adelia yang sudah ternodai es krim coklat. Ingin rasanya Hisyam menjilatnya, tapi ia sadar mereka sedang di tempat umum. Ia berdiri ke arah kasir dan meminta serbet tambahan. Adelia memperhatikan Hisyam, dan sadar sebenarnya di tasnya sendiri ada tisu basah.
Adelia berhenti menjilati es krimnya sambil menunggu Hisyam kembali ke kursinya. Ketika akhirnya cowok itu datang membawa serbet itu, Adelia sadar es krimnya sudah mulai mencair dan menetes di tangannya. Secara refleks, ia menjilati punggung tangannya yang terkena tetesan es krim coklat itu. Lalu tiba-tiba otak gadis itu berproses secara keras dan mengirimkan potongan-potongan gambar acak. Ia menjilat tangan seseorang, ia menghisap lemon, ia berjalan menuntun seorang cowok memasuki kamarnya. Ia berbalik dan menatap cowok yang mengikutinya, cowok tinggi, rambut depan berantakan, wajahnya memerah karena mabuk. Dia Bastian!
Hisyam mengambil salah satu serbet yang ia ambil dari kasir dan mulai mengelap ujung bibir Adelia. Gadis itu kaget dan panik, karena akhirnya lebih banyak lagi informasi yang diingatkan otaknya tentang kejadian tadi malam. Wajah seorang cowok, tangannya mengelap wajahnya sambil tersenyum. Bukan, itu BUKAN HISYAM. Tangan itu membelai wajahnya, membelai rambutnya. Tangan itu akhirnya menarik wajahnya dan mencium. Ciuman lama dan intens. Adelia panik ketika ingatan-ingatan penting itu akhirnya muncul, tapi saatnya tidak tepat. Ia refleks memegang bibirnya, bukan bagian-bagian yang telah dibersihkan oleh Hisyam. Ia berlagak seakan-akan, bibirnya baru saja di cium secara paksa.
"Adelia, are you ok? Lelah kah? Nak istirahat?", tanya Hisyam. Adelia melotot. Istirahat. Baringan. Ia refleks meremas baju bagian dadanya. Seakan-akan hatinya remuk dan jantungnya berdegup kencang. Ia ingat sekarang! Ia duduk di pangkuan Bastian dan terus berciuman sampai ia tidak bisa mengontrol tubuhnya lagi. Ia ingat lehernya di kecup pelan cowok itu berkali-kali, dan mengingat dengan jelas bisikan cowok itu. Bastian memeluk dan menciumnya sampai akhirnya mereka ketiduran di tempat tidur Adelia!
"Dasar Bastian cowok mesum!", pekik Adelia dalam hati sambil meraba-raba lehernya. Ia panik karena lupa memeriksa apakah ada tanda-tanda aneh di lehernya tadi pagi. Hisyam memperhatikan wajah paniK Adelia sambil memperhatikan es krim yang sudah meleleh hebat di tangan kanan Adelia. Plis… pliss plisss, semoga hanya sampai situ kejadian tadi malam. Adelia tiba-tiba meringis dalam hati.
"Do you want me to lick that? (Kamu mau aku menjilatnya)", tanya Hisyam sambil menunjuk lelehan es krim di tangan kanan Adelia dan tersenyum jahil.
"Nooooooooooooo", jerit Adelia tertahan buru-buru melap tangannya memakai serbet yang ada di atas meja.
Hemmm kira-kira Adelia masih berani gak yaaa natap muka Bastian kalo uda begini?
Thanks ya udah ngasi power stone untuk novel ini.
Pliss leave comment donkkk
aku tuh pengen deh dengerin pendapat kalian tentang novel ini
Have some idea about my story? Comment it and let me know.
Like it ? Add to library!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!