webnovel

Kawin Paksa (My Flatmate Husband)

Teen
Ongoing · 244.2K Views
  • 78 Chs
    Content
  • 5.0
    30 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Adelia Adnan sangat antusias menyongsong kehidupan barunya di Perth, Australia untuk melanjutkan S2. Ia ingin hidup Wild and Free sebelum akhirnya ia harus menikah paksa dengan Bastian Abraham ketika perkuliahan ini selesai. Ia ingin memastikan dating dengan banyak cowok, travelling sejauh-jauhnya, dan mendapat nilai sempurna untuk perkuliahannya. Untuk melancarkan rencananya, ia sengaja memilih asrama di dalam kampus agar memiliki kehidupan mahasiswa luar negeri yang maksimal. Yang ia tidak tahu adalah, Bastian ternyata mendaftar S2 ke universitas yang sama, dan memutuskan untuk tinggal di asrama yang sama! Adelia akhirnya menemukan beberapa cowok yang siap mengisi hatinya, begitu juga dengan Bastian. Namun di saat yang sama, Adelia dan Bastian selalu bergesekan karena satu dan lain hal, dan akhirnya terjebak untuk lebih mengenal satu sama lain. Bagaimana mereka menjalani "berpura-pura tidak tunangan" selama menjalani hubungan dengan orang lain? Apakah nantinya mereka akan bersama saling mencintai, ataukah mereka akhirnya memuntuskan untuk berpisah dan mengerjar cinta mereka dengan orang lain? Warning: Banyak Plot-Twist Please.... kasih review bintang 5 yah biar penulis semangattt gitu update-nya COVER: Winter Couple by Ramona Rosa - Pinterest

Tags
5 tags
Chapter 1BAB 1: Good Bye Jakarta.

Sebuah mobil BMW Hitam dan Fortuner hitam berhenti tepat di Lobby Airport Internasional Soekarno Hatta. Seorang gadis cantik berumur 22 tahun mengenakan jeans biru, sweater pink, sepatu kets dan menenteng ransel kulit turun dari mobil sedan itu. Rambut panjang halus kecoklatannya, berkibar-kibar tertiup angin.

Setelahnya, turun pasangan Gerhard dan Cecilia Adnan, orangtua dari Adelia. Menyusul di belakang sang mama, tante mita sang asisten. Keduanya orangtuanya masih sibuk dengan HP mereka masing-masing, sedangkan Adelia tidak sabar untuk masuk ke dalam airport dan terbang secepat mungkin.

Ia telah di terima di Curtin University jurusan Public Relations di kota Perth, Australia. Namun ia akan mengikuti sebuah bridging program, dimana ia akan melatih kemampuan bahasa Inggrisnya, khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa pasca sarjana universitas tersebut. Apapun itu, Adelia tidak perduli. Ia tidak sabar untuk mengenyam kebebasan yang hakiki di negeri orang tanpa di cekoki orangtuanya. Karena begitu ia pulang, ia sudah harus mulai bekerja rodi untuk perusahaan sang bunda, Cecilia Marcomm, sebuah jasa konsultasi di bidang media massa, event dan communication crisis.

Adelia memandang sang papa yang masih sibuk dengan HP miliknya, sedangkan mama tampak sedang berdiskusi dengan asisten pribadinya. Hari ini, Adelia akan berangkat sendirian ke Perth. Orang tuanya sangat sibuk sehingga tidak mungkin menyisihkan waktu 3 atau 4 hari mengantarkannya ke sana.

"Nanti akan ada pihak konsultan pendidikan yang akan jemput kamu, trus nganter kamu ke asrama. Besoknya, dia juga yang akan nganter kamu ke kampus untuk daftar ini itu. Kamu udah 22 tahun, harusnya bisa ngurus semuanya sendiri, mama papa ga usah ikut. Nanti pas spring, mama papa akan kesana", begitu kata mama.

Sebagai anak tunggal dari seorang wanita sukes, Adelia kadang merasa sangat tertekan. Masa-masa SMP dan SMA dihabiskan untuk belajar, les dan les. Masa-masa kuliahnya di sebuah universitas swasta juga banyak diisi dengan belajar serta magang di perusahaan sang mama. Apalagi sang mama merupakan salah satu dosen terbang disitu, membuatnya tidak bisa sering-sering bolos deh. Sang papa sendiri adalah seorang partner di sebuah kantor akuntan publik yang cukup terkenal. Beliau super sibuk. Padahal anaknya cuma satu ya. Hihihi

Sang supir dengan sigap menurunkan 2 koper besar yang berisi segala baju-baju dan perlengkapan Adelia di Australia nanti. Adelia sudah dengar cermat menyusun belasan baju, jaket, sepatu, tas, serta peralatan belajar yang ia perlukan. Sang mama memaksa untuk membawa 2 set seprei, piring, gelas, bahkan botol air minum. Padahal disana juga bisa beli ya. Tapi ya sudahlah. Yang penting mama dan papa Adelia sudah memastikan dana yang tak terbatas untuk memulai tinggal disana. Setelah itu, setiap bulan ia hanya akan dijatah untuk makan 2x sehari dan uang bus doank. Huaaaaaaa....

Saat ini mereka sedang duduk disebuah ruang tunggu. Mama dan papa Adelia tidak bisa memasuki lounge karena mereka tidak memiliki boarding pass. Mereka juga kelihatannya tidak betah, dan ingin cepat-cepat menyuruh Adelia masuk, sehingga mereka bisa kembali bekerja. Sang mama hari ini ada sebuah event seminar besar yang diadakan sebuah instansi pemerintah. Ia dan sang asisten sudah gelisah. Ingin rasanya Adelia mengusir mereka secepatnya. Satu-satunya anak mereka akan berangkat kuliah di luar negeri, kok gak sedih sih?

"Nah itu dia! Mbak Wien! Sini Mbak Wien!", teriak mama Cecilia pada sesosok wanita berusia 45 tahunan. Adelia tercekat. Mbak Wien... atau yang biasa ia sebut tante Wien, atau terkadang dipanggil Dokter bedah Wien, adalah seseorang yang cukup ia kenal. Karena ia adalah...

"Oowww calon besaaaann! Udah sampe aja!", sang tante Wien berjalan cepat dan kemudian bercipika-cipiki dengan mama Cecilia dan kemudian menyalam papa Adnan. Di belakangnya, menyusul om Abraham, partner papa di Adnan & Abraham Public Accountant. Mereka berempat bercengkrama layaknya baru ketemu di hari raya, meriah dan sumringah. Tapi tidak hati Adelia. Ia memiliki firasat buruk. Biasanya, bila ada tante Wien dan om Abraham, artinya...

"Bastian! Ayo cepet sini. Salam dulu om Gerhard dan tante Cecilia", perintah om Abraham. Sang cowok mengenakan kemeja biru muda, celana jeans biru tua dan sebuah jaket kulit. Ia menggunakan sepatu booth kulit berwarna hitam. Rambutnya pendek namun poninya agak gondrong, sengaja tidak ia pomade dan dibiarkan berantakan di dahinya. Adelia menatap cowok itu dengan tatapan super sinis dan tajam bak ular cobra. Ngapain cecunguk itu disini?

Bastian Abraham. Nama yang sangat tidak asing di keluarga Adelia. Selain orang tua mereka pendiri kantor keuangan itu, bunda mereka merupakan teman sejati ketika mereka SMA. Keluarga Adelia dan Bastian bahkan tinggal di kompleks yang sama! Sudah angan-angan mereka saling menjodohkan anak tunggal mereka dari kecil.

Rencana itu semakin membara, ketika Bastian memasuki Universitas Indonesia jurusan Akuntansi. Papa Gerhard Adnan melihat ini sebuah kesempatan. Ia tidak mungkin mewariskan perusahaan akuntan publiknya kepada Adelia yang jelas-jelas sangat membenci angka. Ia harus mencari menantu seorang akuntan, yang bisa ia percayai. Siapa lagi calon terbaik selain Bastian, yang pada dasarnya sudah memiliki 50% saham itu dari papa Abraham? Sempurna bukan?

Padahal, Adelia sangat-sangat membenci cowok itu. Mereka pernah satu SMP di sebuah sekolah swasta. Bastian merupakan anak badung yang selalu membully ia dan teman-temannya. Begitupun, guru-guru tidak bisa berkutik. Anak itu memiliki otak yang encer dan unggul di beberapa cabang olahraga. Dan yang paling menyebalkan adalah, beberapa teman-teman Adelia sendiri melihatnya sebagai cowok yang ganteng. Hueeeekkk.

"Adel, Tian, hayu kalian check-in dulu bareng-bareng. Biar duduknya bisa deketan. Mita, tolong bantuin mereka ya. Minta mang Udin untuk bawa kopernya sampai ke konter check-in", perintah mama Cecilia kepada asisten dan supirnya. Adelia dan Bastian menurut dengan enggan, dan mengikuti tante Mita sang asisten. Adelia berusaha untuk berjalan menempel kepada asisten Mitha dan menghindari bertatapan mata dengan cecunguk.

"Tante Mita, Adel minta tolong banget, usahain dudukku, seeeeeeeejauh mungkin dari cowok itu. Paham?", perintah Adelia. Tante Mita mengangguk-angguk. Tapi tentu saja tidak akan ia turuti. Yang menggaji dia kan, bu Cecilia. Hihihi.

Setelah selesai mendapatkan boarding pass, Adelia langsung menyeret sang mama. "Mama! Kenapa ga ngomong sih kalo Bastian juga kuliah di Perth? Apa dia kuliah di kampus yang sama? Enggak kan ma? Enggak kan ma?" pinta Adelia dengan mata beruang.

"I don't know....", kata sang ibu acuh sambil mengecek HP miliknya.

"Trus ngapaaainnnn aku hari ini berangkat bareng ama dia? Kuliahan itu baru mulai minggu depan, aku udah rencana mau stay lebih cepet biar bisa jalan-jalan dulu. Kenapaaaaa dia bisa berangkat tepat sekali hari ini, di jam ini, dan penerbangan ini?", tanya Adelia lagi.

"Loh Del, menurut kamu kenapa mama mau ngijinin kamu berangkat sendirian hari ini? Oh wait, kenapaaa mama Cuma ijinin kamu kuliah di Perth, bukan di Melbourne atau Sydney? Tentu saja, karena ada Bastian. Mama tau kalo kamu sama dia bisa saling menjaga dan menemani. Tepatnya, dia yang jaga, kamu yang nemenin hahahahah. Lagian kalian sudah mulai harus latihan loh. Inget, 2 tahun lagi, begitu kalian berdua wisuda, saat itu juga kalian akan menikah. Paham?", tutur mama Cecilia sambil memasukkan HP ke dalam tas tangan kulitnya. Ia memperbaiki letak kaca mata hitam di atas kepalanya.

Adelia menggeleng tidak percaya. Begitu Adelia mau protes…

"Ok, Adel, Tian, langsung masuk aja kalian. Kami mau ada meeting di kantor, mamamu sudah mau ke event. Tante Wien juga ada pasien yang mau operasi siang ini, beliau harus siap-siap. Ok? Akur-akur kalian di Perth ya. Nanti kami gantian nengokin kalian", seru papa sambil memberikan perintah agar semua saling berpelukan. Bastian dengan sigap menyalami kedua orang tua Adelia dan mulai memeluk orang tuanya satu persatu.

Kali ini Adelia tidak dapat mencegah airmatanya untuk turun. Walau kedua orangtuanya selalu sibuk selama hidupnya, tapi mereka selalu pulang kerumah yang sama. Setidaknya mereka bisa sarapan bareng walau fokus mereka akan kemana-mana. Kali ini, mereka akan berpisah setidaknya 4 semester. Sedetik hatinya menciut... apakah ia bisa hidup tanpa kedua orang ini di negeri orang? Airmatanya membanjir dan ia mulai sesegukan. Ia menutup kedua matanya dan menunduk.

Mama Cecilia yang sedari tadi sudah tidak sabar untuk pergi, kontan ikut sedih. Sebenarnya sejak tadi ia gelisah dan kuatir, tapi ia tutupi dengan berpura-pura sibuk dan memikirkan tentang pekerjaannya. Ia kuatir bila ia terlalu memikirkan Adelia, ia mungkin akan mencegah gadis itu naik ke pesawat dan meninggalkannya. Baginya, Adelia masih saja seperti anak bayi di matanya. Akan selalu begitu. Bayinya.

Ia akhirnya memeluk gadis itu dan ikut menangis. Tante Wien tidak mau kalah, beliau juga ikut menangis dan memeluk dua perempuan itu. Kedua papa hanya menatap dengan tatapan haru dan berusaha untuk sabar. Bastian? Ia hanya memutar matanya, membayangkan ia harus bersama cewek baper ini di dalam pesawat nanti. Semoga saja tidak merepotkan.

---

Saat ini Adelia dan Bastian sudah duduk di dalam pesawat. Yang ia tidak paham adalah, kenapa ia masih duduk bersebelahan dengan Bastian Abraham? Padahal jelas-jelas ia tadi sudah memberi instruksi kepada tante Mita agar memisahkan mereka sejauh mungkin. Ia memanggil salah satu pramugari.

"Excuse me, can I change my seat please? I see there are several empty seats on the right side", pinta Adelia.

"Ohhh sorry young lady. This is business class. Passangers are not allowed to change seats. And moreover, I think today, all the business class seats will be full", jawabnya ramah.

Adelia meringis. Tapi ia tidak kehabisan ide. "Miss, is it possible to downgrade to economy class?", tanyanya, yang disambut keheranan oleh sang pramugari. Bastian tidak mampu menahan tawanya. Dasar cewek sinting!

You May Also Like

SEX WITH MY BEST FRIEND'S FIANCÉ

"Don't deny it. You want it." Killian said to me, stroking the nape of my neck with his thumb. His face is so close to mine and I forgot to breathe. I gasped when he pushed my dress higher, revealing my thighs to him and let his hands rest between my thighs. I tilted my head to the side to avoid his lustful gaze, penetrating deep into my soul. "Your body craves it." He said, firing kisses down my neck till his lips touched my hard, naked nipples. That sent shivers down my spine. My body erupted with goosebumps and I exhaled sharply. I want to speak, but I can't. He has that much effect on me. His tongue played with my nipples and I mewled. That felt so good. "You want me as much as I want you." He whispered with his lips pressed on my skin. I shouldn't be doing this. I know I should stay away from this man but how can I when he invades my thoughts daily? When he's the only one my body wants. It's frustrating because no matter how hard I try, I can't say no to him. And I am this close to making the worst mistake of my life. I swallowed, trying to fathom the words out.His fingers brushed my core and I jerked forward, pressing my body on his. "I don't want you." "You're lying." He said, playing with the strap of my thong with a lazy finger. My eyes rolled back in my socket with pleasure. I am lying but he's making it so hard. "We shouldn't be doing this, Killian." Killian? Do I really have the right to call him that? "Give me one reason why and I won't touch you." "Because you're my best friend's Fiance."

Runo J Uwerhiavwe · Teen
Not enough ratings
237 Chs

High School Again: The President's Secret Lady Boss

“With every hour, day, and month I wait, I love you more.” Here is where the boss submits and the lady dominates. --- "A CEO hitting on a high school girl? Oh, how scandalous, Sir~” She is a sly teenager who likes to tease adults, use blackmail and ruin dates. But beneath that playful facade, she was once a naive heiress who was abused, mocked and neglected. Forced in a loveless marriage, she became even more miserable. For all her life, she tried to be perfect to gain acceptance, but in the end, nobody truly cared for her. Now that she went back in time after dying in the hands of her family, she decided to claim what was rightfully hers. "Hitting on you? Excuse me, who're you again? I don't think any girl would just ruin my date for no good reason – highschooler or not. That's unless you're actually a fan," was what her flirt of a future husband once said in this second life of hers. Though a jerk, this hot stuff has his uses other than being attractive. She needed him to get back on those who wronged her no matter how indifferent he was to her before. This time around, she will take her turn to piss people off while smiling all sweetly. With that in mind, she leaned closer to him and smiled as sweetly as she just imagined, making him drop his smug smirk and raise his brows in surprise. "I'm not your fan – I'm your future wife, you douchebag." --- Winter used to live with her adoptive older brother until her biological uncle and adoptive sister found her. She was a long-lost heiress whose deceased parents turned out to be an affluent and wealthy couple. While people would think that she was very fortunate, all this really did to her was take her freedom away. A whole new identity had been forced on her ever since. Meek and docile yet soft-hearted and hardworking – that she became. Trapped in expectations, Winter worked herself to death in order to be deserving of her position as the successor. Pressured by her family, she had to follow everything they said. Deprived of the freedom to decide, she was forced to marry someone who was older than her by seven years – and worse, a flirt of all things. Winter worked very hard but only to lose everything after her adoptive sister took the spotlight away. Everyone claimed her to be incapable of being the next head of their family business, thus making the adopted daughter the successor instead. Her uncle only used her in the end. This was what they were aiming for all along – to manipulate her and steal her inheritances before throwing her out entirely. Never did Winter expect that the first and last person who would at least pay attention to her at her worst was her husband, Marcellus. Flirtatious and playful yet detached and secretive – that he was. Devilishly handsome, head of a business empire, known for many notable attainments, and chased by beauties – Marcellus is a man of perfection. Not once did he treat Winter like a wife, though. She was nothing to him, and so was he to her. But before she met her eventual demise, he was the only person who tried to help her. Yet it was much too late. The next time they met again would be seven years back in time – where they would be a scheming duo of a bossy high school girl and a submissive conglomerate president. --- [Warning: Mature Content] (Cover Photo Not Mine: Credits to the original artist) - Follow me on Instagram (acieetin) - DM me on Discord (Aciee#1841)

Aciee_GelaTin · Teen
4.8
160 Chs

A Slave To My Vengeful Lover

[Warning: This noval features Mature Content] She wanted love, but he wanted revenge! "Okay.., Thanks for saving me.." (I said, and turned around to leave his room) Mark: "It's better, If You Remove Your Undergarments".. (A sudden shrill electrified my body when I heard those words. I turn around to look at him. He is just doing his work on his laptop very casually. I didn't respond and turn to reach the door.) Mark: "Your wound will heal soon, so..." Anna: "Okay..." (What I just say? Did I actually agree to remove my undergarments? It's embarrassed me. I just rush out of his room in a hurry, but when I unintentionally imagine his words, my heart starts racing.) _________ Anna is devastated when her best friend Ria dies mysteriously. Whereas Mark, who is Ria's older brother wants to find the culprits, who are responsible for Ria's death.... Both Anna and Mark teams up to find the facts regarding Ria's case but they don't know that they fall in love to eachother... They feel like they can't live without eachother... On one fine day, both of them confess their love to eachother and their relationship leads to marriage... However, there are secrets behind Ria's death that will threaten the fragile romance blossoming between Anna and Mark and it leads Anna to be his slave... Mark wants to take strong revenge on Anna by entering into Slave aggrement... But Anna always trusts that love always Wins over revenge, so she always enjoys his sexual intense punishments out of love towards him... But to his surprise, he starts to find himself falling in love with Anna again. Revenge Wins? or Love Wins..? No matter how many fights you may get into, if you truly love someone it should never matter in the end... Love Always Blossom... Follow the book for further details... Hope you will enjoy it... _______ In the first 100 chapters Mark behaviour is a kind of Pervert and tease Anna in all possible ways... After 100 chapters, he realised his love towards her and started giving values to her wishes, He replaced Anna's nightmares with dreams, Anna's worries with happiness, and her fears with love... (Just bear his pervert behaviour of first 100 chapters and see how he will change step by step towards Anna...) _______ Anna's wish: I wish to wake up everyday to the feel of your breath on my neck... The warmth of your lips on my skin... The sound of your heart beating with mine... ---------- Once, you were my salvation My light My peace Now, you are my prison My captor My king Your once warm eyes, Are now, cold as ice... You once took my heart in both hands, Calling me the finest in all the lands... But now your stone cold, dagger-like stare, Makes me want to run away like a startled hare I’m no pet to be kept, No exotic beast to be bound... Even with all this rage against you that I hold, What am I to do except do as I am told... {By SOL (beloved reader)} ----------- Special Thanks to my content editor, ISLINDA, Who supported me in all the possible ways... I am blessed to find you as my CE... and as always a special thanks to Webnoval for giving me such a Great platform by pooling of readers and authors... And a special Thanks to my beloved readers for supporting... And a special Thanks to the co authors who always supported me and teach me many lessons... _______ Join Anna and Mark in there sweet Revenge journey of Love and compassion... Please buy me a coffee at https://ko-fi.com/annamark

AnnaMark · Teen
4.6
751 Chs
Table of Contents
Volume 0 :Auxiliary Volume
Volume 1

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest
inak_sintia
inak_sintiaLv2

SUPPORT