webnovel

Sembuh Total

"Mas Zafran udah bisa jalan lagi?" tanya Dera dengan wajah tidak percaya saat melihat suaminya berdiri.

Dera baru saja masuk ke dalam kamar untuk membawakan makanan untuk suami yang selama ini hanya bisa duduk di kursi roda akibat kecelakaan dua tahun lalu.

"I-iya," jawab pria berwajah tampan itu. Dia gugup ketika istrinya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

Dera langsung meletakkan makanan di atas meja dan kembali pergi ke luar. Wajahnya tampak berseri melihat keajaiban yang baru saja disaksikannya.

"Ma! Mas Zafran sudah sembuh, Ma!" teriak wanita itu.

"Dera, tunggu! Jangan langsung ceritakan sama Mama."

Zafran menyusul istrinya dan memberikan teguran agar berhenti berteriak. Sangat berbeda dengan Dera, pria itu tidak terlihat bahagia. Bahkan tampak kesedihan di kedua manik matanya.

"Kenapa, Mas? Mama juga harus tahu kabar bahagia ini. Mama pasti sudah sangat lama mengantikannya." Dera masih tetap histeris melihat suaminya kembali normal.

Dera memeluk tubuh suaminya yang tinggi. Ketampanan di wajah itu terlihat semakin sempurna. Tidak sia-sia kesabaran Dera selama ini, akhirnya dia bisa melihat suaminya sembuh.

"Kita bicara di kamar saja, ya," pinta Zafran sambil melepaskan pelukan sang istri.

"Mas Zafran kenapa, sih? Kita tunggu Mama aja. Sebentar lagi pasti datang ke sini," tolak Dera.

"Jangan membantah. Ayo kita ke kamar!"

Tiba-tiba Zafran berbicara dengan keras. Dia menarik tangan Dera dengan sedikit paksaan. Mau tidak mau, wanita itu mengikuti kemauan Zafran.

"Zafran! Kakimu udah sembuh?"

Belum sempat pintu kamar terbuka, seorang wanita paruh baya berdiri di belakang mereka dengan kedua mata membulat. Sama seperti Dera yang awalnya tidak percaya dengan pemandangan itu.

Zafran menghela napas panjang dan menghembuskan secara perlahan sebelum membalikkan badan.

"Iya, Ma. Mas Zafran udah sembuh dan bisa berjalan kembali. Kita harus merayakan ini, Ma!"

Dera menjawab pertanyaan mama mertuanya dengan antusias sebelum Zafran angkat bicara. Dia tidak menyadari perubahan di wajah sang suami ketika mamanya datang.

"Aku tidak bicara denganmu! Aku bicara dengan anakku!" tegas Lauren.

Dera langsung mengatupkan bibir dan menelan ludah getir saat mendengar bentakan Lauren. Mertua yang dua tahun ini selalu berbicara lembut padanya, kini berubah seperti monster yang siap menerkamnya.

Dera jadi teringat saat Zafran mengenalkannya pada Lauren sebagai seorang kekasih, tapi wanita itu langsung menolak mentah-mentah dan bersumpah tidak akan merestui hubungan mereka karena Dera hanya seorang anak yang dibesarkan di panti asuhan.

Lauren juga tidak peduli dengan gelar dokter yang telah disandang oleh Dera. Di matanya seorang pewaris tunggal kekayaan keluarga, tidak boleh bersanding dengan gadis yang sangat miskin. Bahkan asal-usul keluarga Dera pun tidak jelas.

"Zafran, ikut Mama sekarang," perintah Lauren.

"Iya, Ma." Zafran menjawab dengan wajah lesu. Dia kemudian melihat ke arah istrinya. "Kau tunggu di kamar saja," ucapnya.

"Tapi, Mas ...." Dera mencoba untuk menolak keinginan itu. Dia juga ingin tahu apa yang akan mereka bicarakan.

"Turuti apa kata suamimu, Dera! Jangan membantah!" tekan Lauren dengan mata berapi-api. Tampak kebencian di kedua manik wanita itu.

Dera mematung dan membungkam mulut. Dia syok mendengar mama mertuanya marah hanya karena ingin bergabung dengan mereka.

Zafran juga tidak membelanya dan pergi begitu saja mengikuti sang mama. Bahkan, pria itu sama sekali tidak menoleh saat istrinya tekejut saat menerima bentakan.

"Apa yang sedang terjadi? Aku merasa ada yang aneh," lirih wanita itu dengan hati bertanya-tanya.

"Ah, aku harus tetap berpikir positif. Mungkin ini adalah masalah keluarga yang tidak boleh kucampuri."

Dera berusaha menenangkan diri dan pergi ke kamar sesuai dengan pesan Zafran. Dia akan menunggu dengan setia. "Ini hari yang sangat membahagiakan. Aku tidak boleh sedih karena masalah sepele seperti tadi."

Suaminya telah sembuh dan mereka akan menjalani rumah tangga normal seperti orang lain pada umumnya.

***

"Kau ingat apa perjanjian yang pernah kita, buat 'kan? Mama harap kau tidak pernah melupakan itu, Zafran."

Pertanyaan dengan suara pelan, tapi sangat menusuk di hati Zafran saat mendengarnya. Dia sudah menebak jika hari ini akan tiba.

"Kau dengar Mama bicara?" tanya Lauren sekali lagi. Dia tidak sabar menunggu jawaban dari putra semata wayangnya.

"Iya, Ma. Zafran ingat dan tidak akan pernah melupakan semua perjanjian kita," jawab Zafran.

"Baguslah kalau kau masih ingat. Persiapkan dirimu dan besok suruh wanita itu ikut berkumpul di ruang tamu." Lauren memberikan perintah dengan tegas dan tidak ingin dibantah.

"Secepat itu, Ma? Berikan aku waktu untuk memikirkan semuanya. Aku juga ingin berbicara dengan Dera terlebih dulu biar dia tidak kaget," pinta Zafran dengan tatapan memelas.

Lauren menyeringai dan mendekatkan diri ke tubuh putranya. "Tidak ada lagi hubunganku dengan wanita itu. Kalau dia terkejut atau pingsan sekali pun, itu bukan urusanku lagi. Pokoknya besok kalian berdua harus menemui Mama."

Lauren langsung pergi dari hadapan Zafran tanpa menunggu ada jawaban lagi. Hatinya sangat bahagia. Dia yakin rencana akan berjalan dengan lancar tanpa ada yang bisa menghalangi.

"Ahh! Kenapa bisa seperti ini?" teriak Zafran sambil menarik rambutnya dengan kuat. Kepalanya terasa sangat berat memikirkan masalah besar yang akan terjadi.

Pria itu memutuskan untuk kembali ke kamar menemui sang istri. Dia masuk dengan langkah gontai dan melihat Dera tersenyum manis menyambut kedatangannya.

"Udah selesai bicara dengan Mama, Sayang?" tanya Dera sambil berdiri.

Dera memeluk tubuh suaminya dan memejamkan mata, menghirup aroma yang keluar dari tubuh itu.

"Akhirnya aku bisa memeluk Mas Zafran sambil berdiri," ucapnya dengan bangga. Dera tidak menyadari wajah muram suaminya.

"Mas, aku sangat ingin disentuh olehmu."

Dera memberikan kode dengan kerlingan mata dan suara yang sengaja dibuat manja. Selama dua tahun menikah, dia belum pernah menerima kebutuhan layaknya seorang istri karena kondisi Zafran yang tidak memungkinkan untuk memberinya kepuasan.

Wanita itu menarik tubuh suaminya ke atas ranjang dan mulai membuka satu per satu kancing kemeja yang menutupi tubuh kekar itu.

Zafran hanya diam dan membiarkan Dera melakukan semuanya. Pikirannya masih tertuju dengan pembicaraan yang baru dia lakukan dengan Lauren.

Bibir Dera mulai menjamah leher Zafran dengan gesit, sampai Zafran merinding dan tiba-tiba tersadar jika sekarang dirinya tidak mengenakan baju lagi.

"Mas, kenapa diam saja?" tanya Dera sambil menarik tangan Zafran dan meletakkan di dadanya sendiri. Hawa nafsu sudah sampai di ubun-ubun dan berharap suaminya juga merasakan hal yang sama.

Zafran mendorong tubuh dera agar menjauh sebelum dirinya dikuasai oleh hawa nafsu juga. Dia langsung memakai baju dan beranjak dari duduknya.

"Aku lagi capek, Dera. Tidak usah meminta macam-macam. Besok pagi kamu turun ke bawah untuk bertemu dengan Mama. Aku juga malam ini tidak bisa tidur denganmu!" ucap Zafran dengan tegas dan pergi ke luar meninggalkan Dera.

Seketika air mata Dera jatuh. Dia tidak tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya sampai Zafran seperti jijik menyentuhnya. Padahal hari ini sudah sangat lama ditunggu-tunggu oleh Dera.