webnovel

Memperjuangkan Michael

Pagi itu Katerina datang tanpa membawa kostum satu pun sehingga anak-anak yang sengaja datang untuk gladi resik jadi kebingungan. Wajah Katerina yang murung pun membuat mereka tambah gelisah.

"Bu... apa kita jadi gladi resiknya?" tanya Denny.

Katerina menggeleng. "Drama kita gagal kecuali Andy tiba-tiba sembuh dan bermain sebagai Prince Eric... atau kalian semua nekat bermain dengan seorang penderita cacar dan mendapat resiko ketularan..."

"Bukannya peran itu sudah dipegang oleh Michael?" tanya Tania keheranan. "Ada apa dengan Michael?"

Katerina menarik nafas panjang.

"Papanya datang tiba-tiba dan hendak membawanya pulang ke Amerika. Mereka berangkat hari ini..."

Semua serentak berseru kaget.

"Michael nggak boleh pergi begitu saja... dramanya kan mau dipentaskan besok..." keluh Dian. Semua berkomentar serupa dengan nada kecewa. tiba-tiba Hendry angkat bicara.

"Kita harus cegah dia pergi..." Ia menatap teman-temannya dengan tajam. "Kita harus ke airport dan mencegahnya pergi..!"

Semua saling pandang, kemudian masing-masing mengangguk setuju.

"Ayo kita pergi!"

"Michael harus tinggal di sini...!"

Rombongan anak-anak berseragam putih biru dan seorang gadis muda yang tergesa-gesa masuk ke dalam bandara menarik perhatian banyak orang.

Anak-anak itu berkeliling kesana-kemari mencari Michael dengan panik. Mereka kuatir kedatangan mereka terlambat. Tidak ada yang mengetahui Michael akan naik penerbangan jam berapa.

"Hei! Itu dia!" seru Denny tiba-tiba. Mereka semua serentak menoleh dan mendapati Michael dan ayahnya yang bule baru check in.

"Mike!"

"Hai, Mike! Jangan pergi!"

Michael dan ayahnya terkejut sekali melihat kehadiran anak-anak itu.

"Dari mana kalian tahu gua di sini?" tanyanya heran. Tapi ia tidak menunggu jawaban ketika melihat Katerina datang menghampiri mereka. Ia lalu beralih pada ayahnya. "Dad...they're all my friends..— I have never thought that I have so many of them—and that's my dear teacher, Miss Katerina..."

"How do you do, Sir?" sapa Katerina ramah.

"How do you do, Miss Katerina?" Ayah Michael mengangguk masih dalam keheranan.

"All of us here love Michael very dearly, and we're so sad knowing that he's going to leave us without saying good bye... and..."

"Bilang, Miss... supaya Michael jangan dibawa... kalau selama ini Michael bisa hidup sendiri, pasti nanti juga bisa..."

"Iya, bilang Michael nggak boleh dibawa pergi... Kami akan sangat kehilangan..."

"Iya, Miss.. kelas 2C akan kalah tawuran kalo dia nggak ada..."

"Michael harus tinggal untuk main drama besok. Dia nggak boleh meninggalkan tanggung jawabnya... Itu adalah tindakan pengecut."

Katerina kehilangan kata-kata. Rasanya semua perbendaharaan vocabulary-nya menghilang dan ia tidak tahu bagaimana mewakili perasaan anak-anak itu.

"I... I... wish.. you would let Michael stay... because we need him... We promise will take good care of him... We are more like a family now... All of us have problems but we manage to survive, because we help each other... We..." Ia tertunduk menyembunyikan airmatanya yang mulai mengalir. "...Seandainya Anda mengerti, selama 1 semester ini kami telah berjuang bersama-sama. Michael adalah anak bermasalah dan ia nakal sekali... tapi toh kami juga begitu. Kami belajar untuk saling mengerti dan saling menolong... karena kami sadar tak seorang pun bisa hidup sendirian. Setelah perjuangan selama ini, rasanya aneh kalau tiba-tiba Michael tidak ada... Kami akan sangat kehilangan. Apalagi besok, kami akan mementaskan sebuah drama hasil kerja keras kami bersama... cucuran keringat kami... hati kami, harga diri kami... dan Michael akan kehilangan itu sebagaimana kami, jadi..."

Michael tertegun mendengarnya. Ia menatap ayahnya dengan pandangan memohon dan beliau tampak sangat menyesal.

"Maafkan saya, Miss Katerina... Saya sungguh terharu, tetapi penerbangan ini tidak bisa dibatalkan lagi... Michael harus cepat-cepat kembali ke New York untuk menyesuaikan diri sebelum sekolah dimulai semester baru.."

Katerina terkejut karena ternyata ayah Michael bisa berbahasa Indonesia. Jadi... beliau mengerti semua ucapannya tadi...? Juga ucapan anak-anak?"

Mereka semua mengeluh kecewa.

Tiba-tiba dari speaker terdengar panggilan agar semua penumpang pesawat jurusan Jakarta naik ke pesawat.

Michael mengangkat bahu dan menepuk teman-temannya.

"Sudahlah, jangan sedih teman-teman... terima-kasih sudah berusaha. Aku nggak akan pernah melupakan kalian."

Diiringi pandangan sendu teman-temannya, Michael pun berlalu bersama ayahnya. Semua menghela nafas kecewa. Katerina berusaha menghibur mereka, sekaligus dirinya sendiri.

"Sudahlah, sekarang kita ke rumah Andri saja... yang belum pernah kena cacar sebaiknya pulang agar tidak ketularan... Mungkin kita bisa pikirkan cara untuk menggantikan Michael..." Ia tersenyum.

"Kalian keberatan tidak kalo main dramanya dengan Anthony Rahman?"

Semua menggeleng.

Mereka pun keluar bandara dengan langkah gontai, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Hei, teman-teman..!"

Serentak mereka menoleh ke belakang mendengar teriakan itu dan mendapati Michael yang berlari keluar menyusul mereka membawa tas tangannya. A... apakah mungkin...?

"Di pesawat tadi, Dad tiba-tiba berkata bahwa dia nggak ingin melihatku jadi seorang pengecut. Katanya aku boleh tinggal untuk menyelesaikan tanggung jawabku dan baru pergi menyusulnya... Habis, barang-barangku sudah ada di pesawat, sih..."

Semua bersorak gembira. Walau pun hanya sehari lagi Michael bersama mereka, itu sudah cukup mengobati kekecewaan tadi. Mereka berangkat ke rumah Andy dengan gembira untuk memberitahukan hasil latihan selama ini dan untuk mengetahui keadaannya.

Andy senang sekali menerima kedatangan mereka. Ia sudah baikan tapi masih belum boleh keluar rumah dan terkena angin.

"Malu-maluin banget, sih...udah gede baru kena cacar."

"Lu nggak dapet imunisasi, ya, waktu kecilnya? Lu lahir di gunung mana, sih?"

"Enak aja! Gua diimunisasi, tahu! Cuma kebetulan aja dapet cacarnya sekarang..." Andy mengomel.

"Wah...sedih sekali gua nggak bisa menyaksikan pertunjukan kalian..."

Katerina juga menyayangkan Andy yang banyak bekerja keras tidak dapat menikmati dramanya.

"Bagaimana kalau kita gladi resik di sini... sekarang, lengkap dengan kostum dan musiknya... biar Andy bisa melihat hasil akhir drama kita?" Ia tersenyum lebar melihat persetujuan anak-anak itu. "Kalo begitu, beberapa orang temani saya ke rumah mengambil kostum dan seting serta musiknya."

Michael, Hendry, Denny, dan Johan yang menemani Katerina.

Mereka bekerja keras mengubah ruang keluarga menjadi panggung sederhana dan menampilkan drama Sleeping Beauty yang lengkap, ditonton oleh Andy dan seluruh keluarganya.

Drama berbahasa Inggris 20 menit itu ternyata indah sekali, apalagi Katerina telah memilihkan musik-musik latar yang cocok untuk setiap adegan. Andy dan keluarganya tampak sangat kagum. Saat semua pemain dan kru menghormat bersama-sama, mereka bertepuk tangan keras sekali.

"Kalian hebat! Semoga besok sukses..." kata Andy tulus. "Aku benar-benar berharap bisa menonton kalian...tapi apa boleh buat..."

"Nggak apa-apa... kita buat semua mata terbuka, bahwa anak-anak kelas 2C hebat!" kata Hendry bersungguh-sungguh. Semua menyambut dengan sorakan.

Acara perpisahan kelas 3 besok dimulai jam 8 pagi dan kelas 2C mendapat kesempatan tampil jam 1 siang yang mana tidak menguntungkan, karena banyak orang biasanya pergi setelah makan siang. Tapi mereka tidak putus asa. Yang penting mereka memberikan yang terbaik yang mereka bisa.

Mereka berencana akan merayakan keberhasilan itu dengan pesta piyama sepanjang malam di rumah Michael sebagai acara perpisahan dengannya, dan keesokan harinya setelah menerima raport mereka semua akan mengantar Michael ke bandara.

Katerina tidak pernah menyukai perpisahan, tidak juga sekarang. Di dadanya selalu tersimpan kenangan buruk saat ayahnya berpamitan terakhir kalinya hendak pergi ke luar kota, beliau tidak pernah kembali—tewas karena hendak menyelamatkan seorang anak laki-laki yang tertabrak mobil—juga saat berpisah dengan Raja dan Denny yang harus pergi bekerja di luar kota, walau pun tidak semenyedihkan perpisahannya dengan Chris.

"Kau melamun?" tegur Michael.

Katerina baru sadar bahwa tadi Michael menawarkan diri mengantarnya pulang (kostum-kostum dan peralatan panggung sudah dibagi di antara anak-anak 2C untuk dibawa pulang) dan memperhatikan bahwa sedari tadi ia melamun.

"Aku benci perpisahan."

"So do I."

Mereka terdiam.

Akhirnya tiba di depan rumah.

"Karena kita akan berpisah... beri tahu aku..." Michael menatap Katerina dengan sungguh-sungguh. "..rahasia sebenarnya dari pohon di belakang sekolah."

Katerina tersenyum.

"Kamu tidak pernah menyerah rupanya..." Ia mempersilahkan Michael masuk. "Tidak ada siapa-siapa di rumah. Tunggulah di ruang tamu sementara kubuatkan minum. Mau apa?"

"Apa saja."

Katerina membuat dua cangkir kopi dan mereka lalu duduk mengobrol di ruang tamu.

"Ini adalah cerita masa laluku... hanya akan kubagi pada seorang pemberani yang tidak melepaskan tanggungjawabnya pada teman-temannya... tapi kamu harus berjanji menyimpannya hanya untuk dirimu sendiri..."

Michael mengangguk, "Aku berjanji."

"Baiklah."

Katerina membuka album saat ia masih SMP san memperlihatkan isinya pada Michael.

"Seperti kamu tahu, aku mempunyai 4 orang sahabat yang saat ini terus setia berhubungan. Pertemanan di antara kami dimulai di sebuah SMP... yaitu sekolah di mana sekarang aku mengajar. Kami sangat terkenal dan menyusahkan guru-guru... Perbuatan kami tidak berbahaya, hanya kenakalan yang berasal dari jiwa petualangan anak-anak dan ego yang tinggi...

Raja adalah anak jahil yang menyenangkan. Ia selalu jadi idola di sekolah dan sebenarnya pintar, tapi ia tak suka pada peraturan. Denny adalah sahabatku yang pertama. Ia yatim piatu dan tertutup, tetapi hatinya baik sekali, tak banyak orang yang mengerti dirinya.

Rio adalah seorang anak yang sangat cerdas dan kadang-kadang ia menjatuhkan guru dengan pengetahuannya. Ia tidak pernah bicara kalau bisa ditahan, dan orang-orang takut berurusan dengannya. Sejak awal ia dekat sekali dengan Chris yang ceria dan konyol, mereka adalah sahabat sejak kecil.

Chris adalah... orang paling eksentrik yang aku tahu. Ia populer dan disukai banyak perempuan, hobinya adalah teater dan jalan-jalan, kami paling sering bolos karena dia... Hal paling nekat yang dilakukannya adalah menyetir mobil papanya mengangkut kami semua ke Dufan dengan menyamar sebagai seorang kakek agar tidak ditilang polisi... Dia menyamar bagus sekali karena cita-citanya memang terjun ke dunia teater... Kami punya tempat favorit di tembok belakang sekolah..."

Michael mendengarkan dengan tenang.

Next chapter