webnovel

Bagian 2

Saat berada di sekolah, Budi mulai melancarkan aksi balas dendam terhadap murid – murid yang orang tuanya telah mengejek Ibu beserta dirinya.

Budi mulai mengerjai mereka, dari melempar air minun secara sengaja, mengangkat rok murid perempuan dan lain sebagainya, sehingga pada hari itu juga Budi dibenci oleh seluruh murid yang berada di kelas.

Budi cuek menanggapi keluhan mereka, sehingga murid – murid yang tidak senang berencana untuk mengerjai Budi sewaktu pulang sekolah.

Budi mengetahui rencana mereka.

Kemudian, Budi pulang melewati bagian belakang sekolah sehingga mereka tidak menyadari jika Budi sudah meninggalkan mereka.

Budi tertawa melihat teman - teman sekelas yang hendak mengerjainya keheranan karena Budi tak kunjung keluar dari lingkungan sekolah.

Sambil bersiul, Budi segera pulang ke rumahnya.

**************

Setibanya di rumah, Budi dapat mencium bau makanan kesukaannya.

Setelah melepas sepatu, Budi segera masuk ke dapur rumah.

Alangkah terkejutnya hari Budi karena menemui Sang Ibu yang sedang memasak di dapur.

Tercium bau masakan yang sedap sedang dimasak di atas wajan dengan kompor kayu.

Tanpa sadar, Budi meneteskan air liur karena sudah lama sekali sejak Budi terakhir kali merasakan makanan kesukaannya kembali.

Setelah mengelap liur yang masih melekat di mulut, Budi segera bertanya kepada Sang Ibu.

Budi : "Loh!? Ibu tidak kerja, ya!?"

Ibu : "Hmmm? Kenapa Ibu harus bekerja di hari sepenting ini? Cepat cuci mukanya! Setelah Ibu selesai masak, mari kita makan. Sudah lama sekali kita tidak makan bersama!"

Budi : "…Baik, Bu."

Budi segera beranjak dari dapur menuju kamar tidurnya, kemudian melepas seragam yang terlihat lusuh, lalu pergi ke kamar mandi yang berada di belakang rumah.

Budi memasukan ember yang telah diikat dengan tali panjang, lalu menimba air dari sumur yang berada di kamar mandi.

Setelah selesai, Budi segera menuju dapur.

Ibu : "Ah, Bud! Ibu masih belum selesai masak. Sini, bantu Ibu dulu!"

Budi : "Baik, Bu."

Budi yang begitu nakalnya di sekolah, kini begitu menurut terhadap perintah Sang Ibu.

Jarang sekali bagi Budi dapat berbicara kepada Sang Ibu yang ia sayang, karena Budi sadar jika Sang Ibu sibuk membanting tulang demi kelangsungan hidup mereka berdua.

Setiap perintah yang Ibu berikan kepada Budi, Budi kerjakan.

Karena Budi sadar jika ia tidak bisa terus menyusahkan Sang Ibu semenjak kepergian mendiang Sang Ayah.

Tidak ada satu keluhan keluar dari mulut Budi, suatu hal yang luar biasa bagi anak seusianya.

Beberapa saat kemudian, Ibu selesai memasak lauk kesukaan Budi.

Budi dengan tanggap menyiapkan piring dan nasi yang telah menumpuk di atas meja makan.

Dibaginya nasi itu sama rata walaupun nasi tersebut tidak cukup untuk membuatnya kenyang.

Akhirnya, Sang Ibu telah selesai memasak.

Sang Ibu membawa lauk yang telah dimasak, kemudian meletakannya di atas meja makan.

Budi melihat jika lauk kesukaan Budi yang dimasak Ibu sedikit sekali.

Tampak sedikit kekecewaan yang terpancar dari raut mukanya.

Namun, Budi menahannya agar Ibu tidak merasa sedih atas keluhannya.

Kesempatan untuk makan bersama Ibu dapat dihitung dengan jari.

Paling – paling, Budi bisa bersama Sang Ibu jika Budi sedang sakit demam.

Walau Budi selalu memarahi Sang Ibu untuk mementingkan pekerjaan dari pada dirinya, namun Sang Ibu tetap memilih untuk menjaga Budi yang sakit hingga sembuh.

Dan kini, mereka berdua telah duduk bersama di meja makan.

Budi membagikan lauk itu sama rata, kemudian menaruh piring yang berisi nasi dan lauk di meja makan.

Setelah Sang Ibu selesai mencuci wajan, Ibu segera menuju meja makan, kemudian duduk di depan meja makan.

Sang Ibu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum menatap isi di atas piring yang ada di hadapannya.

Sang Ibu membawa piring beserta isinya, kemudian mendekati Budi.

Ibu : "Aduh, Budi! Kamu membagikannya kebanyakan nih! Ibu enggak sanggup makan semua!"

Budi : "Ah! Masa sih, Bu!? Budi sudah membagikannya sama rata."

Ibu : "Iya, tapi masih kebanyakan nih! Ibu bagi setengah, ya~"

Budi : "Tapi Bu… nanti kan Ibu kerja la--"

Ibu menghiraukan perkataan Budi, kemudian menuang nasi beserta lauk dari piringnya ke piring Budi.

Budi sangat terkejut, karena Sang Ibu memberikan tiga per empat dari isi piring punyanya!

Ibu : "Nih, makan saja! Ibu enggak bisa makan banyak – banyak!"

Budi : "Tapi Bu-"

Ibu : "Sudah dimakan saja! Ibu tahu nasi dan lauknya pasti kurang, apalagi ini makanan kesukaanmu! Nanti, setelah selesai makan, letakkan saja piring kotornya di meja masak, ya~"

Budi : "…Baik Bu."

Ibu dengan cepat menghabiskan makanan yang ada di piring, kemudian pergi keluar rumah untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda.

Budi dengan diam menghabiskan makanan yang ada di hadapannya, kemudian meletakkan piring kosong yang telah ia gunakan di meja masak.