1 Bagian 1

Alkisah disuatu hari, terdapat seorang ibu yang memiliki seorang putra yang cukup nakal.

Kita sebut saja nama putra itu Budi.

Dimana Ibu tersebut telah ditinggal mati oleh suaminya sejak dia melahirkan Budi ke dunia.

Oleh karena itu, Sang Ibu terpaksa kerja banting tulang demi kelangsungan hidup mereka berdua.

Dikarenakan dirinya hanya lulusan SD di kampungnya, Sang Ibu terpaksa bekerja serabutan.

Kadang kala, Sang Ibu bekerja sebagai pencuci baju untuk tetangganya.

Terkadang juga, Sang Ibu menjahit baju milik tetangganya demi mendapatkan uang lebih.

Tanpa terasa waktu berlalu, kini Budi telah tumbuh dewasa.

Oleh karena itu, Sang Ibu terpaksa bekerja ekstra demi membeli perlengkapan sekolah Budi, sehingga Sang Ibu memliki sedikit waktu luang di rumahnya.

Setiap pagi, Sang Ibu menyempatkan diri untuk memasak nasi dan lauk.

Setiap siang, Sang Ibu bekerja tanpa lelah di setiap rumah tetangga yang ia singgah

Setiap malam, Sang Ibu hanya bisa membelai kepala Budi yang telah tertidur pulas, takut jika si Budi terganggu dan terjaga dari tidurnya.

****************

Hari ini adalah hari pertama Budi memasuki Sekolah Menengah Pertama.

Si Budi begitu senang sekali! Karena hari inilah Budi berpikir akan mendapatkan seragam baru, buku tulis baru, tas baru dan sepatu baru.

Dengan tergesa-gesa, Budi segera menuju lemari baju.

Saat membuka lemari, Budi begitu terkejut.

Budi hanya menemukan seragam baru yang terlihat lusuh.

Buku catatan baru untuknya terdapat beberapa coretan di beberapa halaman.

Tas barunya terlihat banyak sekali jahitan di beberapa bagian dan sepatu baru yang memiliki beberapa retakan di pinggirnya.

Terbesit rasa kecewa dalam hati Budi, namun ia menahan perasaan tersebut seraya memakai seragam barunya.

Setelah selesai, Budi segera berangkat menuju sekolah.

******************

Pada saat Budi keluar dari rumah, ia begitu terkejut karena Sang Ibu masih berada di hadapannya.

Biasanya, Sang Ibu sudah berangkat bekerja hingga larut malam.

Tetapi, kali ini Sang Ibu beserta sepedanya masih berada di depan rumah.

Ibu : "Ada apa, Bud? Sini! Biar Ibu antar ke sekolah!"

Budi : "Loh? Ibu belum pergi kerja, ya?"

Ibu : "Ini kan hari penting bagi Budi. Jadi, Ibu spesialkan untuk hari ini bersama Budi. Cepat naik! Nanti terlambat!'

Budi : "Ummm. Baik, Bu!"

Budi segera duduk di bocengan sepeda.

Dipeluknya Sang Ibu dari belakang agar tidak terjatuh.

Tangan Budi merasakan rongga tulang – tulang rusuk di balik baju lusuh Ibu.

Terasa begitu kurusnya Sang Ibu.

Seraya memeluk dengan erat, Budi bertanya kepada Sang Ibu.

Budi : "Ibu, kenapa tidak bekerja? Apa Ibu enggak kena marah nanti?"

Ibu : "Hihihi. Budi khawatir ya dengan Ibu? Aduh, senangnya!"

Budi : "Huh, Ibu! Dasar!"

Ibu : "Nanti saat pulang sekolah, Budi segera pulang ke rumah, ya~ akan Ibu masakin makanan kesukaan Budi!"

Budi : "Benarkah, Bu!? Asik!!!"

Tanpa terasa, mereka berdua sudah sampai di depan gerbang sekolah baru Budi.

Saat sampai, semua murid serta orang tua yang mengantar anaknya memperhatikan mereka.

Mereka mencemoh penampilan Budi serta Sang Ibu yang terlihat lusuh.

Budi tampak malu atas tingkah dari orang tua murid yang lalu lalang memasuki sekolah.

Sang Ibu sadar terhadap reaksi dari anaknya.

Dengan cepat, Sang Ibu segera beranjak dari sana.

Ibu : "Ingat ya, Bud! Hari ini cepat pulang!"

Kemudian, Sang Ibu mendayung sepeda itu, menjauh dari lingkungan sekolah.

avataravatar
Next chapter