Di tempat lain, Ray mencari Nindya ke rumahnya tapi dia tidak menemukannya.
dia merasa bingung dan tiba-tiba ada pesan masuk dan saat dia membuka pesan itu. Ray terkejut saat melihat ada foto Nindya yang digandeng oleh seorang pria, wajah pria itu tidak terlihat, hanya terlihat dari samping saja.
Ray yang sedang di dalam mobil berteriak marah dan memukul stir mobil yang ada tepat didepannya.
"arrghhh ... ini tidak mungkin! tidak, pasti tidak mungkin!"
pesan kembali masuk dan melihat jika Nindya digendong seorang pria masuk ke dalam salah kamar didalam hotel itu.
Ray semakin menggila, dia merasa sangat marah karena kebodohan dia, Nindya pergi dengan pria lain.
"sialan, sialan sialan, arrgghh ... Nindya kamu pikir dengan kamu tidur dengan pria lain aku akan melepaskan kamu! tidak, tidak akan pernah, walaupun kamu hamil anak pria lain kamu harus menjadi milik aku! selamanya kamu milik aku!" ucap Ray, dia tidak akan melepas Nindya apapun yang terjadi. Walaupun Nindya sudah tidak suci lagi, karena bagi Ray itu tidaklah penting, yang paling berharga untuknya adalah memiliki Nindya seutuhnya dan selamanya menjadi miliknya.
Ray, tersenyum dingin, waktu pernikahan mereka tinggal beberapa hari lagi dan dia tidak akan membatalkan pernikahan itu apapun yang terjadi.
Ray melihat ke arah ponselnya, dia melihat ada alamat tertera disana. Mobil Ray pun melaju kencang menuju alamat hotel itu, dia akan membawa pulang Nindya dan mengurungnya sampai waktu pernikahan itu tiba.
****
di dalam kamar.
Sepasang pria dan wanita yang tertidur pulas dibawah selimut tanpa memakai pakaian satu helai pun, mereka saling berpelukan dan menganggap jika dunia ini hanyalah milik mereka berdua.
Tiba- tiba, Nindya mulai membuka matanya dan melihat kearah sekitarnya, dia menggosok matanya berkali-kali dan memastikan penglihatannya.
dengan pencahayaan redup karena hari sudah gelap di luar sana, yang menyala hanya lampu tidur yang ada didalam kamar itu.
Nindya merasakan ada tangan besar yang melilitnya. Nindya terkejut dan segera terduduk secara spontan.
Saat dia melakukan itu, Nindya merasakan tubuhnya terasa sakit semua, apalagi diarea pinggang hingga kaki, itu jauh terasa menyakitkan.
Nindya memijat dahinya dan melihat kearah pria yang ada disampingnya yang sedang tidur dengan tenang, Nindya terkejut karena wajah pria itu mirip sekali dengan Arkana.
Nindya masih merasa jika ini adalah sebuah mimpi, dia mencubit tangannya dan ini memanglah sangat nyata, dia melihat pria yang mirip dengan Arkana tidak memakai apapun.
Nindya terkejut dan segera memeriksa dirinya dibalik selimut dan benar saja, dia juga tidak memakai apapun.
Nindya berteriak dengan paniknya "ahhh ... ada apa ini? kenapa aku dan dia? ahhhh ... tunggu sebentar, aku benar-benar tidak mengerti! aku ... aku diperkosa dia, tapi kenapa aku tidak menyadarinya?!"
Nindya terus memukul dahinya dan kembali masuk ke dalam ingatannya, dia mengingat jika dia dan pria yang mirip dengan Arkana, pergi ke cafe dan mengobrol bersama setelah itu, dia merasa sakit kepala dan tubuhnya terasa panas dan saat dia bercinta! ahhh ... dia sendiri yang memintanya.
Nindya mengacak-acak rambutnya dan berkata "ahhh ... sialan, bagaimana ini? jika Ray tahu, apakah dia masih mau menikah dengan aku? ahhh ... jika dia membatalkannya, perusahaan papa bagaimana ini?"
Nindya mengacak-acak rambutnya, dia kesal dengan dirinya sendiri.
Axcel yang masih tidur pun segera membuka matanya mendengar suara Nindya yang begitu berisik.
Axcel menggosok matanya dan dia segera duduk, dia memeluk Nindya dari belakang dan berbisik ditelinganya "dya, ada apa?" uara Axcel yang serak dan terdengar sangat menggoda, terdengar begitu menggelitik telinganya.
Nindya berusaha melepaskan diri dari pelukan Axcel tapi dia tidak cukup kuat untuk mengalahkan tenaga seorang pria.
" lepaskan ... lepaskan! kamu sudah memperkosa aku, kamu pria brengsek!"
Nindya memberontak dan terus berteriak.
Axcel tersenyum dan menjawab "bukan kamu yang diperrkosa, tapi akulah yang kamu perkosa, coba ingat-ingat lagi, siapa yang memaksa aku untuk memberikan keperjakaan aku ini! hhhmm ... ayo coba ingat-ingat lagi! ucap Axcel, dia mencium pipi Nindya.
Nindya semakin kesal, karena Axcel menciumnya tanpa izin.
"kamu, kamus kenapa mencium aku tanpa izin? aku tidak suka dicium oleh pria sembarangan seperti kamu!"
Axcel tertawa dan menjawab "hahahaha, dya kamu harus bertanggung jawab, aku sudah tidak perjaka lagi sekarang! ayo nikahi aku sekarang!"
"bertanggung jawab! tunggu sebentar, disini aku yang rugi, kamu yang memperkosa aku kenapa jadi aku yang memperkosa kamu. kamu sangat lucu Axcel!" ucap Nindya, dia awalnya sudah sangat marah malah ingin tertawa saat mendengar ucapan Axcel.
"ya, kamu harus bertanggung jawab, karena aku belum disentuh wanita manapun dan aku ini pria yang masih suci, jadi kamu harus bertanggung jawab."
Axcel berbisik ke telinga Nindya lagi "jadi, kapan kita akan menikah?" ucap Axcel dengan suara menggoda dan membuat Nindya merinding ke seluruh tubuhnya.