webnovel

aku bisa membantu asalkan? (part 2)

Rey tersenyum dan duduk tepat didepan Wira saat ini.

Wira dengan sigap langsung menyambut kedatangan Rey.

"apakah kamu Rey?"

"iya, om Wira, aku Rey yang menelpon om tadi!" ucap Rey, dia tersenyum ramah.

"oh ya, silahkan duduk Rey. Kamu ingin memesan apa?" ucap Wira dengan ramahnya

"tidak usah om, aku tidak bisa lama-lama disini karena harus pergi lagi, baiklah om. Apa yang ingin om bicarakan denganku?" ucap Rey, dia berpura-pura tidak tahu apa-apa padahal dalang dari semuanya adalah dia sendiri.

Wira merasa malu tapi dia harus mengatakannya karena demi masa depan perusahaan dan semua karyawannya dia harus membuang semua rasa malunya.

"Rey, bisakah om meminta bantuan kamu?"

Rey menatap Wira dengan serius dan menjawab "apa yang bisa aku bantu, om?"

Wira tergagap dan berusaha menenangkan dirinya "om minta bantuan kamu untuk meminjam sejumlah uang, bisakah kamu membantu om? perusahaan om sedang krisis sekarang. Om berjanji akan menggantinya secepatnya!"

Rey tersenyum tipis karena rencana dia akhirnya berhasil.

"baiklah om, aku akan membantu om tapi ada syaratnya?"

Wira terkejut saat mendengar Rey langsung menyetujuinya. Wira merasa sangat gembira, karena dia bisa menyelamatkan perusahaannya.

"terima kasih Rey, om janji akan segera melunasinya setelah perusahaan stabil kembali, tapi apa syarat yang kamu ajaukan?"

Rey tersenyum dan menjawab "tidak sulit dan ini juga akan menguntungkan om,"

Wira menaikkan alisnya dan menjawab " apa itu?"

"aku ingin menikahi Nindya, aku sudah lama menyukainya tapi karena Nindya dengan Arkana jadi aku tidak bisa mendekatinya SMA sekali, tapi sekarang Arkana sudah tidak ada dan Nindya sudah sendiri, jadi bisakah om memberikan Nindya untuk aku?" ucap Rey dengan ekspresi santai dan dia melanjutkan ucapannya lagi "om tidak perlu terburu-buru, aku akan memberikan waktu untuk om memikirkan semuanya!"

Rey bangun dari tempat duduknya hendak pergi, namun Wira langsung menarik tangannya dan tanpa ragu lagi dia pun menjawab "om setuju, om akan menyuruh Nindya untuk menikah dengan kamu! jadi bisakah kamu membantu om?"

Rey menyeringai, dia akhirnya bisa mendapatkan Nindya pada akhirnya.

Rey menoleh dan melihat kearah Wira "baiklah, Sore ini aku akan mentransfer uang itu, kirimkan saja nomor rekening om. Baiklah om, aku harus pergi dahulu, nanti kita bertemu lagi dan pastikan Nindya menerima aku. Vesok aku akan datang ke rumah om,"

ucap Rey dan dia pun pergi meninggalkan Wira yang masih berdiri sendiri disana.

Rey masuk kedalam mobil dan teetaw alias, dia mengambil foto Nindya dan menciumnya.

"akhirnya kamu menjadi milikku Dya, setelah mendapatkan kamu, aku akan membuang semua wanita sialan itu, karena hanya kamu wanita yang aku inginkan Dya dan Arkana kami hanya akan melihat dari neraka sana saat aku yang menggantikan kamu sebagai pengantin pria untuk Nindya, hahahhaha ...,"

Rey menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan cafe itu secepatnya.

Wira terduduk lemas, dia merasa bersalah pada putrinya, putrinya masih berduka tapi dia tidak memiliki pilihan lainnya.

Wira bangun dan membayar minumannya, dia tidak ingin kembali ke perusahaannya karena dia hanya diberi waktu sehari untuk menjelaskan semuanya pada Nindya.

Wira berjalan keluar dan masuk ke dalam mobilnya, dia menyuruh supir untuk mengantarnya pulang ke rumah.

***

Di tempat lain, Nindya yang baru saja pulang dari makam Arkana, dia masuk ke dalam rumahnya dan melihat ayahnya duduk di kursi ruang tamu, Nindya melihat wajah ayahnya yang terlihat gelisah.

Nindya duduk disamping ayahnya.

"papa, ada apa?"

Wira yang melamun langsung terkejut saat mendengar suara Nindya, dia menatap putrinya dengan tatapan bersalah, dia mengorbankan perasaan putrinya demi perusahaannya.

Nindya terus menatap ayahnya dan bertanya lagi "papa, ada apa?"

Wira memeluk Nindya dan berkata papa minta maaf Dya, papa minta maaf!"

Wira menitikkan air matanya, putrinya masih berduka dan dia harus memaksa putrinya menikah dengan pria yang tidak dia cintai.

Nindya merasa bingung dengan ayahnya.

dia melepaskan pelukannya dan bertanya lagi "papa, ada apa?" .

Wira menatap.putrinya dan ingin bicara tapi sangat sulit mengatakannya.

Next chapter