Tak sengaja, Austin melihat Akbar merangkul Diah ke arah Pen Museum di jalan Freddick Street, Birmingham selatan. "Mike, sebaiknya elu ke arah Pen Museum! Gue melihat Akbar dan Diah kearah sana," ujar Austin menyuruh Mike segera bergerak tanpa banyak tanya. Ia menutup sambungan teleponnya dan berlari sekencang mungkin. Jarak antara Austin dan keberadaan Akbar dan Diah lumayan jauh, sekitar lima ratus meter. Cukup memakan waktu yang tidak sebentar.
Baru saja butiran-butiran keringatnya menetes, kini keringat-keringat itu mulai bermunculan kembali. Austin lari dengan kemeja yang basah. Dua kancing atas yang terbuka. Wajah kelelahannya sekarang sangat tampak menghiasi ketampanan wajahnya.
Austin mendekat, lalu ia menarik tubuh Akbar dan..
Buuk. Meninju wajahnya hingga sedikit menjauh. Tapi sayang, kecerobohan dan ketidak tauan Austin membuat pisau itu melukai perut Diah. Mata pisau Akbar merobek baju, setetes darah pun mengucur di barengi teriakan Diah yang memekik kesakitan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com