webnovel

Kakak Kelasku

Chomeldhii · Others
Not enough ratings
3 Chs

Kedua

Saat tiba diparkiran terlihat Bram sedang berdiri bersandar pada motornya dengan pose andalannya, memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Namtan menghampiri tempat dimana Bram berdiri. "Kak Bram kenapa masih disini?" ucapnya pada Bram.

Bram menoleh, "Lama" ucapnya dan menyodorkan helmnya kepada Namtan. "Pakai, Nggak ada penolakan" lanjutnya. Namtan menatap helm yang disodorkan Bram. Bram mengernyit, "Kenapa?" tanyanya. Namtan kemudian beralih menatap Bram, "Kak Bram bawa helm dua?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan Namtan, Bram memutar bola matanya. "Ck nggak usah ditanya kalau udah tau jawabannya" jawabnya. "Kalau bawa dua berarti tadi pagi Kak Bram juga berangkat sama orang dong?" tanya Namtan lagi.

"Nggak, tadi berangkat sendiri. Iseng aja simpen helm dijok, siapa tau ada yang minta tebengan" Jawab Bram. Namtan tertawa ringan mendengar jawaban Bram. "Kak Bram bisa lucu juga ternyata" ucapnya.

Bram yang melihat tawa Namtan langsung mengalihkan pandangannya. 'Sial, pengin dikarungin ini orang. Lagian lucu darimana perkataanku tadi, gadis aneh' batinnya. Kemudian Namtan mengambil helm yang tadi disodorkan Bram dan memakainya. "Udah kak, yuk pulang" ajaknya.

Bram memakai helmnya dan menaiki motor. "Cepetan naik" ucapnya. Namtan menurut dan langsung menaiki motor Bram. "Udah kak" Bram kemudian menyalakan mesin motornya dan melesat pergi meninggalkan parkiran sekolah.

"Dimana rumahnya?" tanya Bram ditengah perjalanan.

"Di jalan ... No..." jawab Namtan

"Oke. Ngomong-ngomong udah nggak gugup ditanya sama aku?"

Namtan mengerutkan dahinya, "Kapan aku gugup kak?" tanyanya.

"Tadi pagi" Jawab Bram

Namtan terdiam, 'Astaga tadi pagi kan Kak Bram mau...., Aish padahal udah lupa diingetin lagi' batinnya.

"Hey ditanya diam aja, kerasukan jin?" ledek Bram.

Namtan tersadar dan memukul pelan punggung Bram, "Kak Bram asal bicara aja" ucapnya sambil memanyunkan bibir.

"Nggak sakit tuh pukulannya" ledeknya lagi.

Mendengar kata-kata Bram, Namtan langsung menatap kesal ke arah Bram. 'Minta ditampol ya lama-lama ini orang' batinnya.

Kemudian Namtan teringat ketika Bram mengiriminya pesan WhatsApp. Bagaimana bisa seorang Bram mempunyai nomornya?

"Em.. Kak bram" panggil Namtan.

"Kenapa?"

"Kak bram dapet nomorku dari mana?" tanya Namtan.

"Tadi sih dapet dari tong sampah" jawab Bram.

Namtan menatap kesal ke arah Bram untuk kedua kalinya. "Ih kak Bram ditanyain serius jawabnya gitu" ucapnya.

"Suka-suka, nggak ada yang ngelarang" jawab Bram tak peduli.

Aku hanya menghela napas kasar dan masih dalam mode kesal. 'IYA INI ORANG SEMPURNA, TAMPAN TAPI SIFATNYA ASTAGA INGINKU TAMPOL' jeritnya dalam hati.

°°° Depan Rumah Namtan °°°

"Makasih kak udah anterin aku pulang" ucap Namtan setelah melepas helm yang dipakainya.

Bram menganggukkan kepalanya dan langsung melajukan motornya tanpa berkata apapun. Namtan menatap heran kepergian Bram. "Ini kah seorang Bram yang dikagumi siswi disekolahku? Tersihir ketampanannya doang dalemnya minta ditampol" ucapnya lalu masuk ke dalam rumah.

___skip___

Namtan menatap jam dinding di kamarnya. 'Loh udah jam sepuluh? Udahan aja deh belajarnya'. Kemudian Namtan bangkit dari kursi dan merapikan buku yang tadi dipakainya. Namtan berjalan ke tempat tidur dan merebahkan badannya dikasur. Baru saja Namtan akan memejamkan mata, notifikasi di handphonenya berbunyi.

Dengan malas ia mengambil handphonenya dimeja belajar. Namtan mengernyit, 'Kak Bram? Malam-malam gini ngechat? Nggak ada kerjaan ini orang' gerutunya dalam hati.

(Kak Bram)

Namtan

N : Iya, Kenapa kak?

Nggak jadi

N : Oke kak

Jadi

N : Hah?

N : Apanya yang jadi kak?

Bram tidak membalas chat terakhir dari Namtan dan hanya di'read' saja. "Cuma diread? Bener-bener ya ini orang minta ditampol beneran." kesal Namtan. Kemudian Namtan meletakan handphonenya di atas meja dan kembali merebahkan badan di kasur. Perlahan Namtan mulai menutup matanya dan memasuki alam mimpi.

___skip___

Namtan menutup pagar rumahnya dan ia terlonjak kaget saat melihat Bram sudah berada di depan rumahnya. "Ck..lama pantes telat" ucap Bram.

Namtan mengernyit, "Kak Bram? Kok disini?" Tanyanya.

"Buruan!" ucap Bram seraya menyodorkan helmnya kepada Namtan.

Namtan mengerjapkan mata berkali-kali, "Mau apa kak?" tanyanya polos.

Bram memutar bola matanya malas. "Pancing ikan" jawabnya asal.

Namtan mengernyit, "Sama aku? Kok aku yang diajak?" tanyanya lagi.

Bram memejamkan matanya menahan kesal. "Dipake helmnya" kesalnya.

Namtan menggelengkan kepala, "Nggak mau kak, aku mau sekolah" ucapnya.

'Sabar Bram sabar, Seorang Bram harus sabar' ucap Bram dalam hati.

Tanpa aba-aba Bram langsung memakaikan helmnya ke kepala Namtan. "Udah buruan naik sebentar lagi bel masuk" ucapnya. Namtan menatap bingung ke arah Bram. "Loh bukannya Kak Bram mau pancing ikan?" tanyanya.

Bram kembali memejamkan matanya menahan kesal. Kemudian dia turun dari motornya dan langsung mengangkat tubuh Namtan ke atas motornya. Namtan terkejut dan dengan reflex dia memegang kedua lengan Bram.

"Disuruh naik ya naik bukan banyak tanya" ucap Bram dan segera menaiki motornya.

Namtan sedari tadi diam tak bergerak karena masih shock dengan apa yang dilakukan Bram padanya. "Pegangan biar nggak jatuh" ucap Bram. Namtan tersadar dan kemudian memegang tas punggung milik Bram. Bram menyalakan motornya dan melesat pergi menuju sekolah. Selama perjalanan mereka hanya diam tanpa obrolan.

Namtan dan Bram akhirnya tiba di parkiran sekolah. Kondisi parkiran sedikit ramai karena waktu sudah menunjukan pukul 06.50. Namtan kemudian turun dari motor dan melepaskan helm yang dipakai.

"Em... Kak, makasih udah dianter sampai sekolah" ucap Namtan seraya meletakan helm yang dipakai di kaca spionnya.

Bram hanya bergumam, "Hm."

"Kalau begitu aku duluan ke kelas kak" ucap Namtan seraya membenarkan tas gendongnya.

"Ya udah sana pergi" usir Bram.

Namtan membalikkan badan dan memutar bola matanya malas. 'Iya ini mau pergi' batinnya. Kemudian Namtan mulai melangkahkan kakinya menuju kelas.

Bram turun dari motornya dan berjalan menuju kelasnya. Saat tiba di kelas Bram langsung mendudukan dirinya di kursi. Dua sahabat Bram, Brian dan Seto kemudian menghampiri tempat duduk Bram.

"Bram tumben berangkat jam segini. Seorang Bram yang dikenal siswa teladan bisa berangkat siang juga ternyata" ucap Brian mendudukkan dirinya dibangku depan Bram.

"Bener tuh wit biasanya jam 06.30 udah duduk manis aja di kursi kebanggaan" sambung Seto.

Bram menjitak kepala Seto. "Awww... Sakit bego" rintih Seto.

"Masih mau panggil wit? Siap-siap kepala jelekmu hilang sobat" ucap Bram.

Seto tersenyum meringis. "Maaf aja wit, kalau kepalaku hilang nanti para gadis akan merasa sedih kehilangan mukaku yang tampan nan gemas ini" ucapnya dengan ekspresi tanpa dosa.

Bram menatap jijik ke Seto. "Gemas? Nggak salah? Yang ada para gadis akan muak melihatmu kawand" ucapnya. Brian hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sahabatnya yang seperti anak kecil. "Udah besar sukanya ribut terus." ucapnya.

Mendengar ucapan Brian, Bram kemudian memberikan tatapan mengejek ke arah Brian. "Kau iri kan?" ejek Bram. Brian menatap bingung ke arah Bram. "Iri? I R I? Iri kenapa?" ucapnya.

"Iri nggak bisa ribut sama aku yang tampan ini" ucap Bram.

"Idih, cuih, gumoh dengernya anjir" jijik Brian.

Mendengar itu membuat Bram semangat menggoda Brian. "Utututu gemas sekali sahabatku ini" godanya seraya menggelitiki dagu Brian. Brian menepis tangan Bram dari dagunya. "Dagu suciku ternodai tangan kotormu anjir" ucap Brian.

"Tangan bersih dibilang kotor? Mata kau minta dicolok." ucap Bram.

Seto hanya memandang tingkah kedua sahabatnya ini dengan kedua telapak tangannya menopang dagu. Brian kemudian mengalihkan pandangannya kepada Seto. "Ngapain?" tanyanya pada Seto.

"Memandangi perkelahian tak jelas antara kecoa betina" jawab Seto. Mendengar hal tersebut, Brian menyentil dahi Seto lumayan keras. "Aw..sakit bego" ucap Seto seraya mengusap dahinya.

"Salah sendiri ngatain orang sembarangan. Cowok tampan kayak begini dibilang kecoa betina" ucap Brian tak terima.

"Aduh enzim di dalam perutku berkontraksi, ingin muntah mendengar ocehanmu kawan" ucap Seto mendramalisir.

"Sok biologi ini orang, Nilai ulangan aja anjlok" ucap Bram

Seto menatap datar Bram sedangkan Brian tertawa mendengar ucapan Bram. Seto akan membalas ucapan Bram tetapi bel masuk berbunyi. Akhirnya Seto dan Brian kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Sesampainya di kelas Namtan mendudukan dirinya di kursi yang dekat jendela. Kemudian Carlin menghampirinya sambil bersedekap dada. "Namtan" panggilnya. Namtan menoleh. "Kenapa?" tanyanya. Carlin hanya menatap intens Namtan.

Namtan mengerutkan dahinya. "Ada apa sih?" ucapnya bingung.

"Pokoknya harus dijelasin" ucap Carlin.

Namtan tampak tak mengerti ucapan Carlin. "Jelasin apa?" tanyanya.

Carlin memutar bola matanya. "Kenapa bisa berangkat sama Kak Bram?" tanyanya.

"Oh cuma itu? Aku kira ada apa" ucap Namtan.

Carlin menghentakan kakinya jengkel. "Ish ayo lah, jelasin jangan cuma oh" ucapnya. Namtan terkekeh melihat tingkah Carlin. Dia hendak berbicara tetapi guru yang akan mengajar sudah memasuki kelas. Kemudian Carlin kembali ke tempat duduknya dan menatap Namtan meminta penjelasan. Namtan yang paham apa maksud Carlin menganggukan kepalanya.

*** Bel Istirahat Berbunyi ***

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Carlin dengan cepat menghampiri Namtan. "Namtan jelasin sekarang" ucapnya tak sabaran.

"Oke aku akan jelasin. Jadi tadi pagi aku mau berangkat tiba-tiba aja udah ada Kak Bram di depan rumahku" ucap Namtan menjelaskan. Carlin tampak berpikir apa yang dijelaskan Namtan. "Sebentar, berarti Kak Bram tau rumah kamu?" tanyanya.

Namtan hanya menganggukan kepalanya. Carlin terkejut, "Loh kok bisa tau rumah kamu?" tanyanya. Namtan menghela napasnya pelan. "Kemarin pulang sekolah Kak Bram anter aku pulang" ucapnya.

Mendengar hal itu, Carlin menjatuhkan rahang bawahnya. Namtan yang sedang menatap Carlin terkekeh melihat reaksinya. "Itu mulut bisa kemasukan kecoa nanti" ucap Namtan. Carlin memanyunkan bibirnya. "Mana ada kecoa di kelas." Ucapnya cemberut.

Namtan tersenyum meledek. "Oh ya? Ada kok" ucapnya.

"Masa? Mana coba?" tanya Carlin tak percaya.

"Kalau ijat bawa kecoa lagi di tas nya" ucap Namtan yang disambung dengan tawa recehnya.

Carlin memutar bola matanya. "Bodoamat Namtan" ucapnya.

Namtan kemudian mengambil ponselnya di dalam tas. Karena malas ke kantin dia memilih bermain dengan ponselnya saja di kelas. Carlin yang melihatnya memainkan ponsel mengernyit. "Nggak ke kantin?" tanyanya.

Namtan menggelengkan kepalanya. "Nggak, males desak-desakan" ucapnya.

"Mau titip? Kebetulan aku mau ke kantin" ucap Carlin.

Namtan tampak berpikir sejenak lalu mengangguk. "Roti satu aja terserah mau roti apa" ucapnya.

"Oke" ucap Carlin lalu pergi ke kantin meninggalkan Namtan sendirian dikelas.