webnovel

MENCULIK ANAK, BERAPA TAHUN HUKUMANNYA?

Editor: Wave Literature

Foto Mo Heng saat berada di bandara sambil memeluk Tangtang masih berada di peringkat atas top news.

Dibandingkan dengan foto wanita dengan wajah kabur yang diduga sebagai ibu kandungnya, di dalam foto itu Tangtang terlihat begitu imut dan cantik.

Tangtang sedang berada di ruang bermain. Rambutnya diikat dua ke atas, mengenakan kaos merah jambu, jumpsuit kuning, serta ekor dekoratif di pantatnya yang ikut bergoyang saat ia bergerak.

Guru Zhou sebelumnya sudah menjelaskan kepada para karyawan bahwa mereka harus menjaga kerahasiaan terkait Mo Heng dan anak itu.

Karyawati itu tidak rela. Ia hanya bisa keluar dari ruang bermain, kemudian mengirim pesan kepada sahabatnya, "Jika kita menculik seorang anak, akan dihukum berapa tahun ya?"

'Anak orang elit contohnya,' tambah karyawati itu dalam hati.

Sahabatnya membalas, "Kamu jangan bertindak bodoh ya!" diikuti dengan emoji menggeleng-gelengkan kepala dengan kuat.

***

"Ada satu kabar baik dan satu kabar buruk, kamu mau dengar yang mana dulu?" kata Cheng Qiong di seberang telepon.

Mo Heng bersandar di jendela. Sambil telepon, matanya melihat ke arah Tangtang yang dikelilingi mainan. "Kabar baik dulu."

"Stasiun TV sudah setuju dengan persyaratan darimu."

Mo Heng hanya menjawab, "Ooo..."

Chen Qiong heran. "Kamu sudah tahu dari awal bahwa mereka akan setuju?"

"Stasiun TV? Hmm, aku tahu," jawabnya singkat.

Hal itu membuat Chen Qiong terkejut.

Mo Heng menambahkan, "Satu menit yang lalu."

Notifikasi muncul di layar telepon genggam Mo Heng tadi.

Chen Qiong tidak mendapatkan reaksi yang ia inginkan dari Mo Heng. Merasa tidak seru, ia berkata lagi, "Kalau begitu, coba tebak apa kabar buruknya…"

Mo Jeng menjawab, "Kalau kamu tidak mau memberitahu, teleponnya akan aku tutup dulu. Tangtang sudah memanggilku."

Chen Qiong terdiam. 'Mo Heng sungguh tidak seru!'

Chen Qiong pun segera bicara sebelum Mo Heng menutup teleponnya, "Iya, iya, aku bilang! Stasiun TV 'kan kemarin sudah menetapkan anak kakak sepupumu, nah sekarang kamu menggantikannya dengan Tangtang. Jadi, pihak stasiun TV dengan ramah mengundang kakak sepupumu untuk ikut berpartisipasi dalam syuting variety show ini!"

Mendengar kabar buruk itu, Mo Heng kehilangan kata-kata.

Chen Qiong sudah sangat mengenal Mo Heng, ia tahu bahwa kabar ini sangat buruk baginya.

Sebelum Mo Heng sempat mengatakan "Batalkan kontrak", Chen Qiong cepat-cepat menambahkan, "Hehe, kemarin kamu juga tidak bilang kalau tidak mau ikut syuting. Jadi pihak stasiun TV tidak melanggar kontrak…"

Mo Heng terdiam seketika.

Saat kepala Mo Heng masih pusing dengan kabar ini, pintu ruang bermain tiba-tiba dibuka dari luar. Seorang wanita cantik yang memakai sepatu hak tinggi masuk ke dalam ruangan itu.

"Guru Zhou, kemarin 'kan aku sudah minta bimbingannya one by one. Kenapa di kelas anakku masih ada anak lain?"

Yu Jiaojiao melihat sekeliling, ia tidak melihat Guru Zhou, tapi justru mendapati seorang pria muda yang tertutup dari atas sampai bawah. Ia tidak dapat melihat wajah pria itu dan wajah gadis kecil yang sedang bermain di dalam ruangan.

Nyonya cantik dengan arogan bertanya, "Kamu siapa? Kenapa ada di dalam ruang kelas anakku?"

Ruang mainan ini terhubung dengan ruang VIP, di sanalah bimbingan akan dilaksanakan.

Mendengar pertanyaan itu, Mo Heng segera menutup telepon genggamnya. Ia membuka kacamata hitam lalu berjalan menuju nyonya itu. Ia mengulurkan tangan, ingin berjabat tangan dengan nyonya tersebut. "Halo, apakah Anda adalah orang tua yang dimaksud oleh Guru Zhou? Maaf telah mengganggu."

Yu Jiaojiao melihat Mo Heng berdiri hadapannya. Karena terkejut, tangannya mulai gemetaran sambil menunjuk kepada Mo Heng. "Ka, kamu, kamu…"

Mo Heng sudah sangat biasa dengan reaksi seperti itu. "Halo bu, saya Mo Heng."

Emosi Yu Jiaojiao langsung naik ketika ia mendengar Mo Heng memanggilnya "Ibu". Pasalnya, ia hanya lebih tua tidak lebih dari sepuluh tahun dengan Mo Heng. Perawatan kulitnya juga sangat bagus, tidak tampak tua.

Dengan marah, Yu Jiaojiao menurunkan tangannya yang masih menunjuk ke Mo Heng. "Kamu, siapa yang memperbolehkanmu memanggilku ibu?!"