26 Chapter 5 [Part 6]

Chapter 5 [part 6]

*Beberapa menit yang lalu*

Chelsea sedang ada di taman rumah sakit bersama Rio, Rio mengajaknya kesana, Rio beralasan karena dekat dengan parkir mobil ayahnya dan minta di temani sampai ayahnya datang, Chelsea yang mendengar alasan itu hanya bisa mengangguk. Sekarang, mereka sedang duduk di bangku taman, mereka hanya berbicara hal-hal kecil seperti membicarakan masa lalu mereka dan bunga-bunga di taman.

"Hey, Kak Rio. Jujur Aku senang melihat mu kembali lagi, aku harap kamu tetap seperti ini sampai kapan pun." kata Chelsea.

"Kalau begitu, apa aku tidak boleh berubah menjadi lebih baik?" kata Rio sambil tersenyum.

"Tentu saja boleh!"

"Tapi, kamu kan barusan bilang padaku kalau kamu berharap aku tetap seperti ini sampai kapan pun."

"Waa! Bukan begitu juga!" kata Chelsea.

"Hahahaha… kamu lucu kalau seperti itu." kata Rio sambil mencubit pipi Chelsea

Chelsea hanya mengembungkan pipinya, sementara Rio tersenyum melihat Chelsea seperti itu. Tak lama, ayah Rio datang menemui mereka.

"Wah, sepertinya saya mengganggu ya?" kata Pak kepala.

"Ah! Pak kepala!"

"Ayah, jangan bikin kaget dong."

"Ahahaha, maaf maaf. Oh ya Rio, sudah waktunya kita pulang."

"Iya, aku akan menyusul lima menit lagi."

"Baiklah, ayah tunggu di mobil."

Pak kepala pun pergi, wajah Rio berubah menjadi muram, Chelsea yang melihat itu merasa bingung.

"Kak Rio, kamu kenapa?" tanya Chelsea.

"Chelsea, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu."

"Huh?"

***

"Hoaamm… ngantuk." kata Lily

"Kamu kurang tidur ya?" tanya Bella.

"Yah begitulah. Ada tugas yang harus aku selesaikan, jadi aku tidur terlalu larut malam."

"Memangnya jam berapa kamu tidur?" tanya Jessica.

"Jam 4."

"Kalau itu sih udah pagi!" ucap Herry

"Bertahanlah, nanti kalau sudah sampai kamu bisa tidur." kata Sophie.

"Tidak juga, kamu bisa tidur sekarang." kata Herry.

"Dimana?"

"Tuh!" kata Herry sambil menunjuk kamar jenazah.

"Hey, mau berkelahi!?" kata Lily sambil menarik kerah baju Herry.

Mereka pun tertawa melihat tingkah Lily dan Herry. Mereka kini sedang ada di rumah sakit untuk menjenguk Julio, mereka memang sudah berencana untuk menjenguk Julio pagi-pagi sekali dan yang paling semangat untuk ini adalah Bella, Karena terlalu bersemangat, sampai-sampai ia menelponi satu-satu temannya. saat mereka melewati taman rumah sakit, mereka tidak sengaja melihat Rio dan Chelsea, mereka yang jarang melihat Rio dan Chelsea bersama, akhirnya mereka bersembunyi dan mendengar pembicaraan mereka secara diam-diam.

"Wah, kira-kira apa ya yang sedang mereka bicarakan?" tanya Jessica

"Entahlah, mungkin pernyataan cinta." ucap Jessica.

"Itu tidak mungkin." ucap Lily.

"Mungkin saja, asal kalian tau. Sebenarnya Rio sudah menyukai Chelsea sejak kecil."

"Heeee!?"

Semua terkejut mendengar perkataan Herry, mereka pun menjadi lebih fokus mendengar pembicaraan mereka. Herry iseng mengeluarkan handphone nya dan merekam.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sophie.

"Merekam. Aku yakin, Julio akan terkejut melihat ini." jawab Herry

**

"Chelsea, ada yang ingin aku bicarakan denganmu." kata Rio dengan wajah serius.

"A-Apa?"

"Sebentar lagi, aku akan meninggalkan kota ini, aku akan di pindahkan dan tinggal bersama paman ku."

"Apa!? Tapi, itu artinya kita tidak akan bertemu lagi?"

"Ya begitulah, karena itu, sebelum aku menyesal, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Apa itu?"

"Chelsea..."

Chelsea mendengar baik apa yang Rio katakan, itu membuatnya sangat terkejut, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia takut jawabannya akan membuat semuanya jadi buruk.

"Bagaimana? Aku mohon jawablah sekarang."

"Umm.. k-kalau itu… aku…"

Chelsea memalingkan pandangannya sebentar lalu menatap Rio kembali. Ia menarik nafas dan…

"Maaf, aku tidak bisa, aku hanya menganggapmu sebagai teman dan sebagai kakak ku, aku… aku tidak bisa menganggapmu lebih dari itu… maaf."

Pernyataan Chelsea membuat perasaan Rio sakit, ia hanya memegang dadanya dan menunduk. Nafas nya terengah-engah, ia seperti telah di tusuk langsung dari depan. Chelsea yang melihat itu merasa tidak tega, tapi ia tidak bisa berbuat banyak karena ia takut jika ia berbuat sesuatu akan memperburuk keadaan.

"Sial, jadi seperti ini rasanya patah hati."

"K-Kak Rio tidak apa-apa?"

"Ahaha… yah hanya saja rasanya pedih, terima kasih telah menjawab."

Rio pun menegakkan tubuhnya lalu tersenyum pada Chelsea. Ia pun mengelus kepalanya.

"Ka-Kak Rio?"

"Terima kasih, kamu memang yang terbaik, Terima kasih telah menjadi temanku dan selamat tinggal, Chelsea."

Chelsea hanya diam dan menunduk. Rio pun berjalan meninggalakn Chelsea, saat Rio pergi, Chelsea memanggilnya.

"Kak Rio!"

"Hmm?"

Chelsea bingung harus berkata apa, ia masih merasa tidak enak kepada Rio. Rio hanya tersenyum lalu berjalan kembali.

"Chelsea, jaga Kakakmu baik-baik, sampaikan salam ku padanya."

Chelsea hanya menatap kepergiannya, ia terus mengucap kata 'maaf' secara terus menerus sampai Rio tidak kelihatan lagi. Tiba-Tiba Herry menepuk pundak Chelsea dari belakang dan itu membuatnya sangat terkejut.

"Waa… Kak Herry! Jangan membuatku terkejut dong!" kata Chelsea yang kesal.

"Ahahaha… maaf maaf. Tapi, penolakan mu itu membuatku terkejut loh." kata Herry.

"E-Eh!? Kak Herry melihatnya?"

"Yah bukan aku saja."

Chelsea menoleh kebelakang Kak Herry dan terlihat Bella, Sophie, Jessica, dan Lily ada di belakangnya sedang tersenyum kecuali Sophie.

"Heeeeeeeeeeeee!"

"Sudah sudah, kamu tidak perlu malu begitu." kata Bella.

"Yah, tak kusangka dengan penolakanmu, bisa dibilang penolakanmu cukup kejam loh, menganggap seseorang hanya sebagai teman dan seorang Kakak." kata Lily.

"Y-Yah aku setuju dengan Lily." kata Jessica

"Hey, kalian membuatnya tambah buruk." kata Sophie.

Air mata pun menggenang di mata Chelsea, ia sepertinya merasa malu dengan kejadian tadi dan membuatnya ingin menangis, Herry pun merangkul Chelsea.

"Sudah, jangan di pikirkan. Itu adalah keputusanmu." kata Herry

"Iya, Herry benar. Sudah ayo kita pergi ke ruangan Kakakmu." ajak Bella.

Mereka pun pergi menuju ruangan Julio di rawat. Saat di jalan, perasaan bersalah Chelsea masih ada, ia hanya menunduk sambil berjalan. Herry yang melihat itu hanya tersenyum, Bella juga melihat itu namun dia hanya diam, ia juga mengerti bagaimana rasanya menolak perasaan seseorang.

"(Sabarlah Chelsea, aku juga pernah mengalami apa yang kamu rasakan)" kata Bella di dalam hati, ia teringat beberapa murid yang menyatakan perasaan padanya namun semua ia tolak.

Mereka pun sampai di depan ruangan Julio di rawat, saat membuka pintu, ia melihat Selvia sedang duduk di kursi di samping Julio. Selvia hanya diam sambil menatap Julio, suasana di ruangan sedikit mengerikan, ruangan yang sepi dan hanya ada Selvia yang diam diri, membuat suasana di dalam ruangan terasa seram.

"Se-Selvia?" panggil Herry

"Herry! Panggilah lebih keras!" kata Lily pelan.

"Selvia!"

"Waaah!"

"Waaaaaaah!"

Selvia terkejut dan berteriak, semua yang di sana pun ikut terkejut dan berteriak kecuali Sophie, sepertinya hanya Sophie yang tidak merasakan suasana yang mencekam di ruangan itu.

"Hey, ini rumah sakit, bisa tidak jangan berisik?" kata Sophie.

Semua menoleh ke arah Sophie, namun Sophie tidak menanggapi tatapan mereka.

"Kalian sudah datang?" tanya Selvia.

"I-Iya… kenapa kamu melamun begitu? Bikin takut tau! Apalagi ini masih pagi sekali." kata Jessica.

"Ahahahah maaf, aku… aku hanya sedikit mengantuk." kata Selvia lalu menguap.

"Ah begitu, lalu bagaimana kondisi Julio?"

"Ah! Kalian berisik sekali… aku masih mau tidur." kata Julio lalu membuka matanya.

"Ah kamu sudah sadar." kata Bella.

"Ya, dia sadar beberapa menit yang lalu, lalu dia tertidur lagi." jelas Selvia.

"Tunggu… Selvia, sejak kapan kamu disini?" tanya Herry.

"Umm.. Kak Selvia menginap disini menemani ku." kata Chelsea

"Apa!?" Bella terkejut mendengar perkataan Chelsea.

"Kamu kenapa? Kok kayaknya kamu sangat terkejut mendengarnya?" tanya Selvia.

"A-Ah t-tidak ap-apa apa kok. Hehehe." jawab Bella.

Tiba-Tiba Selvia tersenyum jahil mendengar perkataan Bella, ia pun berniat untuk menggoda Bella.

"Apa kamu… iri dengan ku, ya?" kata Selvia sambil tersenyum.

"Eh!? Apa!? Tidak kok, aku tidak iri. Lagipula untuk apa aku iri."

"Eeeh… yang benar?"

"T-Tentu!"

Semua yang ada di sana tahu akhir tujuan dari Selvia yang menggoda Bella. Namun, mereka memilih diam dan menikmatinya. Julio yang perasaanya sudah merasa tidak enak hanya bisa pasrah dan melihat kelanjutannya.

"Kalau begitu… Bagaimana kalau Julio menjadi milikku?" kata Selvia sambil menggandeng tangan kanan Julio.

Semua yang di sana sedikit terkejut, namun berbeda dengan Bella, Bella sangat terkejut dan wajahnya memerah, ia kelihatan marah kepada Selvia, namun Selvia hanya tersenyum.

"Hmmmmmph!"

"Bagaimana?"

"Jangan menyentuhnya!"

Reaksi Bella sangat mengejutkan, semua yang di sana terkejut dengan reaksi Bella yang marah, Bella yang sadar di belakangnya ada teman-temannya membuat wajahnya memerah karena malu.

"W-Wah Kak Bella… reaksi nya tidak di sangka, ya?" kata Chelsea.

"Yah, aku juga tidak menyangka dengan perkataannya." kata Jessica.

"T-Tidak mungkin… Jika Reaksi Bella seperti itu…" kata Lily.

"Yah tidak diragukan lagi." kata Herry.

"Hmmmmmmph! SELVIA BODOH!" teriak Bella dan langsung berlari keluar.

Selvia yang mendengar itu hanya tertawa kecil, Julio hanya diam dan melirik Selvia. Semua nya yang terkejut dengan teriakan Bella hanya diam dan tersenyum. Mereka tersenyum, karena jarang melihat Bella bertingkah seperti itu.

"Hey, kau berlebihan" kata Julio kepada Selvia.

"Ahahahah, maaf maaf. Akan ku kejar dia." kata Selvia lalu berlari keluar mengejar Bella.

"Ya ampun, ada-ada saja." kata Julio.

"Hey… sepertinya kamu biasa saja menanggapi hal tadi?" tanya Herry.

"Memangnya, aku harus bagaimana?"

"Yaa…"

"Sudahlah Kak Herry, orang yang di sana itu orang yang paling tidak peka akan perasaan seseorang, percuma saja membuatnya sadar akan hal itu." ucap Chelsea.

"Ah benar juga. Aku sampai lupa dengan hal itu."

Semua yang ada di ruangan itu tertawa kecil, Julio hanya menghela nafas, Julio terlihat sedikit kesal mendengar perkataan adiknya dan teman baiknya itu. Chelsea pun mendekati Julio.

"Sudahlah jangan marah, lagipula bukannya itu kenyataan mu?"

"Terserah kamu saja!" Julio langsung mencubit pipi adiknya karena merasa geram.

"A-a-aw aw! Sakit!"

"Lebih sopan lagi terhadap Kakakmu ini!"

"Iya ampun! Maafkan adikmu ini!"

Julio langsung melepaskan cubitannya dan pipi Chelsea pun memerah karena di cubit oleh Julio.

"Julio, bagaimana tangan mu?" tanya Sophie.

"Yah, aku sudah bisa menggerakannya. Rasa sakitnya lama-lama juga mulai hilang. Aku rasa nanti siang aku akan keluar dari sini."

"Syukurlah kalau begitu."

"Apa kamu sudah dengar hasilnya?" tanya Jessica.

"Yah, aku sudah dengar dari Chelsea."

"Tapi, apa tidak apa-apa bila Sophie yang di anggap jadi pahlawan?"

"Tenang saja, kalau seperti itu malah akan membuat Julio sangat senang. Benarkan, Julio." kata Herry lalu tersenyum.

Julio hanya memalingkan wajahnya. Tapi, Chelsea mengembungkan pipinya, ia terlihat tidak senang kalau Sophie yang di anggap pahlawan. Julio yang melihat itu hanya bisa menghela nafas lalu mengelus kepala Adiknya.

"Hey, kamu tidak suka ya? Bila Sophie yang jadi pahlawan?" tanya Julio.

"Hmmmmph! Habisnya Kakak yang berkorban, tapi orang lain yang mendapat hadiah, itu yang membuatku kesal!"

Seketika Sophie merasa tidak enak dan hanya menunduk. Julio menghela nafas, lalu memberi pengertian kepada Adiknya itu.

"Chelsea, kamu tahukan Kakakmu ini bagaimana? Jangan seperti itu, lihat Sophie jadi merasa tidak enak." kata Julio.

"Iya, maaf. Maafkan aku Kak Sophie."

"Ah, iya tidak apa-apa."

Chelsea masih menekuk wajahnya, ia seperti masih tidak terima dengan keputusan Julio yang membiarkan Sophie jadi pahlawan. Julio hanya tersenyum dan terus mengelus kepala Adiknya itu.

"Ah iya, aku baru ingat! Kita semua berkelahi kan untuk rencana itu. Bukannya itu berarti kita akan kena hukuman, di sekolah kita kan sangat melarang perkelahian antar pelajar!" kata Jessica yang terlihat panik.

"Ah benar juga!" ucap Herry yang baru ingat akan peraturan sekolah.

"Mungkin, kita hanya akan di skors selama beberapa hari." ucap Sophie

"Tenang, kalian tidak perlu memikirkan itu." ucap Julio dengan tenangnya.

"Apa maksudmu?" tanya Lily

"Itu semua biar aku yang menanggungnya, lagipula itu adalah rencanaku, jadi biar aku yang menanggung hukuman kalian. Aku juga sudah, bicara kepada pak kepala, jadi kalian tidak perlu khawatir." kata Julio.

Semuanya pun terdiam, ruangan seketika hening, tidak ada yang berbicara, semua menatap Julio dengan tatapan tidak percaya, mereka merasa bingung kenapa Julio melakukan itu, Lily merasa kesal dengan sikap Julio yang sok siap untuk berkorban, ia mendekati Julio dan menarik kerah bajunya. Ia mengepalkan tangannya dan siap menghajar Julio, namun Herry dengan cepat menahan pukulannya itu.

"Lily! Tahan!"

"Lepaskan aku! Biar aku hajar orang ini, apa-apaan itu!? Apa-apaan sikap siap berkorban itu!? Kau ingin di anggap pahlawan, hah!?" tanya Lily dengan emosi.

"Lily! Biarkan Julio menjelaskannya."

"Memangnya aku harus menjelaskan apa? Bukannya aku sudah menjelaskan nya? Secara rinci, kalian cukup bersekolah seperti biasa." ucap Julio dengan nada serius.

***

Selvia tengah berlari di lorong rumah sakit mencari Bella yang lari entah kemana. Selvia bertanya kepada perawat yang ada, namun mereka tidak melihat kemana Bella pergi.

"Haduuh… kemana dia? Kenapa juga Bella itu larinya cepat sekali? Haaah… ini juga salahku yang menggodanya."

Selvia teringat kembali apa yang ia lakukan untuk menggoda Bella, wajah Selvia tiba-tiba berubah menjadi murung, rasa tidak nyaman di hatinya tiba-tiba muncul.

"(Reaksinya itu… apa mungkin Bella benar-benar… ah tidak!)"

Selvia menghela nafas, lalu mencari Bella kembali. Ia berlari menuju taman rumah sakit, ia melihat seorang perempuan yang terlihat seperti Bella tengah duduk di kursi taman, Selvia mendekatinya.

"Bella?"

Orang itu pun menoleh dan benar itu adalah Bella, wajahnya terlihat memerah dan terlihat air mata yang menggenang di matanya, Bella yang menyadari kalau itu Selvia, langsung memalingkan wajahnya, Bella sepertinya benar-benar marah kepada Selvia. Saat Selvia duduk, Bella bergeser menjauh. Selvia hanya tersenyum, ia pun memegang pundak Bella, namun Bella bergeser lagi dan membelakangi Selvia.

"K-Kamu beneran marah ya?"

"Diam! Aku tidak mau bicara dengan mu!"

Bella terlihat seperti anak kecil yang marah, ucapannya tadi membuktikan itu. Selvia mencoba membujuk nya agar tidak marah lagi, ia memberi tahu Bella alasan ia melakukan itu.

"(Hee, ucapannya terdengar seperti anak kecil.)"

"Hey. Ayolah jangan marah begitu, aku minta maaf sudah berbuat seperti itu, habisnya aku penasaran dengan mu, karena dari awal Julio terluka sampai masuk rumah sakit, kamu lah yang paling khawatir dengan keadaanya. Kamu terlihat sangat cemas di banding siapapun, karena itu aku penasaran. Jadi tolong maafkan aku ya."

Bella sedikit menoleh kebelakang, amarahnya sedikit mereda karena mendengar penjelasan Selvia.

"Begitu. Kalau begitu, jangan lakukan itu lagi." ucap Bella.

"Iya, aku berjanji tidak akan lakukan itu lagi."

"(Beneran seperti anak kecil! Imut! Sekarang aku tahu kenapa dia jadi idola sekolah!)"

Bella pun membalikan badannya, wajahnya masih memerah, air matanya nya pun masih menggenang, terdengar sesekali suara isak Bella dan itu membuat Bella sangat imut sampai Selvia tidak tahan. Selvia yang melihat itu tidak tahan dengan ke imutan Bella, ia langsung memegang tangan Bella dan menatapnya dalam-dalam.

"Bella! Izinkan aku memelukmu!"

"Eh!? Kenapa!?"

"Boleh?!"

"Y-Yah tidak masalah sih."

Selvia langsung memeluk Bella erat-erat, Bella juga tidak masalah dengan itu, malah ia terlihat senang karena di peluk oleh penulis favoritnya. Bella dan Selvia akhirnya berbaikan.

"Tapi… aku benar-benar terkejut dengan reaksimu tadi." kata Selvia.

Bella langsung melepaskan pelukannya dan wajahnya memerah kembali. Bella hanya diam dan menunduk, ia tidak mau menanggapi perkataan Selvia barusan.

"Apa kamu benar-benar… menyukainya?" tanya Selvia.

Pertanyaan Selvia benar-benar membuat Bella malu, ia hanya terus menunduk, perasaannya juga campur aduk.

"Jika kamu tidak mau menjawab tidak apa-apa. Ayo kita kembali, yang lain mengkhawatirkan mu loh." kata Selvia lalu menarik tangan Bella.

mereka pun kembali ke ruangan Julio, saat mereka sudah dekat dengan ruangan Julio, terdengar suara Lily yang sedang marah. Selvia dan Bella pun cepat-cepat masuk kedalam ruangan. Terlihat Lily sudah menarik kerah Julio dan Chelsea berusaha untuk melepaskannya.

"Tu-Tunggu! Ada apa ini?" tanya Bella.

"Bella!?" Lily pun langsung melepaskan tarikannya dan menghampiri Bella.

"Dia! Dia berkata seperti seorang yang siap berkorban! Dia sok-sok'an ingin menjadi pahlawan!" teriak Lily sambil menunjuk-nunjuk Julio.

"Tunggu! Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Julio bilang, dia akan menanggung semua hukuman karena kita berkelahi di sekolah, Lily merasa kesal dengan ucapan Julio, karena itu dia bertindak seperti itu." ucap Herry yang menerangkan situasi.

"Apa!? Apa itu benar, Julio?" tanya Bella

"Iya, kenapa kalian harus kesal? Lagipula semua itu adalah rencanaku, biar aku yang menanggung akibatnya." jelas Julio dengan santai.

"Tapi kenapa?"

"Kenapa? Bukannya aku sudah menjelaskannya tadi?"

"Tidak ada alasan lain?"

"Tidak ada."

Bella menghela nafas, ia mendekati Julio lalu tersenyum kepada Julio, Julio bingung kenapa Bella tersenyum kepadanya dan…

*Plak!*

Julio di tampar dengan keras, semuanya pun terkejut, ia tidak menyangka kalau Bella akan melakukan itu. Chelsea yang melihat itu pun langsung memegang lengan Bella, tatapan Chelsea yang di berikan kepada Bella sangat tajam, genggamannya pun sangat kuat, ia terlihat sangat membenci Bella ketika ia menampar Julio.

"Chelsea! Lepaskan!"

"Tapi."

"Kubilang lepaskan!"

Chelsea yang mendengar perintah Julio langsung melepaskan genggamannya. Lalu ia pun menunduk karena mendengar perintah Julio yang seperti membentaknya. Bella menatap Julio, Julio hanya memalingkan wajahnya.

"Kenapa kamu harus sampai seperti itu? Kenapa?"

"Haaah! Karena aku tidak mau kalian menerima hukumannya! Ini salahku yang membuat rencana, jadi aku harus menanggungnya." jelas Julio.

"Tapi, kami tidak bisa membiarkan itu, kamu sudah terluka seperti itu mana mungkin kami akan membiarkanmu menanggung hukumannya juga." ucap Bella

"Berisik, aku juga masih membutuhkan istirahat, karena itu juga aku menanggung hukuman kalian."

"Hah!?"

Seketika semua terkejut mendengar apa yang Julio katakan. Sophie menatap Julio dengan datar dan bertanya.

"Julio, jangan bilang kau menanggung hukuman kami hanya karena kau mau bersantai di rumah mu."

"Hmm… yah begitulah, itu juga salah satu alasanku. Menangnya kenapa?"

semua menatap Julio dengan datar, Julio hanya memalingkan wajahnya. Lily mengepalkan tangannya, ia benar-benar marah dengan Julio.

"Herry, tolong pegang tanganku."

"Kenapa?"

"Lakukan saja!"

Herry pun memegang tangan Lily dan Lily langsung memberontak ingin menghajar Julio habis-habis. Herry langsung menahan Lily dengan kuat itu juga masih memerlukan bantuan Sophie.

"Sini kau! Biar ku habisi kau! Kau ini benar-benar membuatku marah! Kau mempermainkan ku hah!? Sini ku hajar kau!"

"Lily! Tenangkan dirimu!"

Mereka pun tertawa kecuali Lily yang benar-benar marah kepada Julio, Julio hanya membuang muka dan diam.

Beberapa menit kemudian, mereka pamit pulang kecuali Selvia dan Chelsea. Lily masih kesal dengan Julio, jadinya dia keluar ruangan tanpa pamit.

"Julio, kami pulang dulu." pamit Sophie

"Cepatlah pulang, kawan. Karena ada yang aku mau tunjukan kepadamu." kata Herry sambil tersenyum jahil.

"Yah, nanti siang mungkin aku akan pulang."

"Daah."

Saat semua keluar, Bella masih berdiam di depan pintu, ia melamun, ia masih memikirkan keadaan Julio dan reaksi yang ia tunjukan secara tiba-tiba sebelumnya. Selvia pun mendekatinya dan menepuk pundaknya, Bella terkejut bukan main, ia bahkan hampir terjatuh karena di kejutkan oleh Selvia.

"Kamu apa-apaan sih?" tanya Bella yang kesal.

"Kamu sendiri kenapa berdiam di depan pintu begitu?"

"Ah… um… aku…"

Selvia pun mendekatkan wajahnya dan berbisik kepada Bella.

"Kamu memikirkan Julio ya." bisik Selvia.

Wajah Bella pun memerah mendengar bisikan Selvia, ia menunduk dan langsung berlari keluar. Selvia hanya melambaikan tangan dan tersenyum.

"Hey, kau membisikan apa tadi?" tanya Julio sambil menatap Selvia dengan datar.

"Bukan urusan mu~"

"Dih."

Selvia mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu.

"Kalau begitu, aku juga pulang, aku masih harus membereskan rumah ku." pamit Selvia.

"Tunggu… ada yang ingin aku tanya kepada mu."

"Apa?"

"Apa… kau yakin, wanita yang di pantai itu bukan kau?"

Selvia dan Chelsea terkejut mendengar pertanyaan Julio, Selvia terdiam sesaat dan Chelsea hanya memalingkan wajahnya. Selvia pun tersenyum kepada Julio.

"Apa maksudmu? Bukannya aku sudah jawab sebelumnya dan juga kenapa kamu bertanya itu lagi?"

"Tidak, aku hanya penasaran."

"Begitu. Kalau begitu aku pulang dulu. Daah~"

Chelsea masih memalingkan wajahnya, saat Selvia pergi, ia memberanikan diri untuk menoleh ke Julio.

"Apa maksud Kakak wanita di pantai?"

"Tidak, hanya saja akhir-akhir ini aku bermimpi seseorang yang mirip dengan Selvia dan bertemu dengannya di pantai."

Chelsea memalingkan wajahnya kembali dan menghela nafas, ia berusaha menghilangkan kegelisahan di dalam dirinya. Ia menoleh ke Julio dan tersenyum manis.

*pltak!*

"Waah! Sakit! Kenapa kamu menjitak ku? Aku salah apa?"

"Kakak…. Kamu pasti bermimpi hal mesum kan?"

"Hah!? Tidak! Bukan begitu!"

"Dasar mesum!"

Chelsea menarik kerah Julio dan terus memarahinya, Chelsea sebenarnya merasa cemas dengan mimpi yang di maksud Julio itu, tapi ia berusaha untuk tidak menujukan kecemasannya di hadapan kakaknya. Ia pun melepaskan tarikannya dan mencoba untuk tenang

"Haah… benar-benar mengecewakan."

"Apa maksudmu!?"

"Sudahlah, aku lebih penasaran kenapa Kakak mau menanggung hukuman mereka semua."

"Karena malas?"

"Yah, itu juga salah satunya."

"Lalu yang lain apa?"

"Karena aku tidak mau mereka berada dalam kesusahan karen diriku, aku tidak mau hutang budi karena mereka membantuku."

"Ah begitu."

"Ya."

"Kenapa tidak memberi tahu mereka alasan yang sebenarnya?"

"Kalau ku beritahu… pasti mereka akan lebih tidak terima seperti tadi… ah kamu ini bawel sekali sih!" kata Julio lalu menarik pipi Chelsea.

"Aaaaaw! Bisa tidak jangan menarik pipi ku terus?!"

"Tidak~"

"Kenapa?!"

"Abisnya kamu terlalu imut. Jadinya aku selalu ingin mencubitmu."

Chelsea pun tersipu malu karena di bilang imut oleh Kakaknya, wajahnya memerah dan ia menunduk.

"Dasar Kak mesum bodoh!" ucap Chelsea sambil menunduk.

***

Saat siang hari, Julio di perbolehkan pulang. Chelsea masih marah dengan Julio karena mimpinya itu, ia terus menekuk wajahnya dan tidak mau melirik Julio sama sekali.

"Hey, kamu kenapa cemberut gitu?"

"Berisik, aku masih tidak percaya kamu mimpi seperti itu, ternyata Kakak ku berubah menjadi orang mesum."

"Sudah kubilang, bukan mimpi seperti itu!"

Chelsea masih marah dan memalingkan wajahnya, Julio menghela nafas dan mau tidak mau ia harus membujuk adiknya agar tidak marah.

"Ayolah, jangan marah begitu."

"Hmph!"

"Oke oke, kamu mau apa?" tanya Julio yang berusaha membujuk Chelsea

"Kamu tidak bisa membujukku!" jawab Chelsea

"Mau kubelikan eskrim?"

Chelsea mulai luluh. Chelsea sangat menyukai es krim, jadi mungkin ia akan berfikir dua kali dengan tawaran Kakaknya.

"Kalau tidak mau ya sudah." kata Julio lalu mendahului Chelsea.

Chelsea pun langsung mengejar dan memeluk lengan Julio. Julio hanya tersenyum sambil melihat adiknya yang mulai luluh.

"Roti eskrim!" kata Chelsea dengan tidak menatap Julio

"Bilang maaf dulu."

"Maafkan aku, ya." kata Chelsea

Chelsea memasang wajah memelas membuat Julio mendapat serangan telak dari adiknya. tadinya ia berniat untuk menggoda adiknya lagi, tapi ketika Chelsea sudah memasang wajah seperti itu, Julio tidak dapat berbuat apa-apa.

"Baiklah! Aku akan membelikannya. Sial, selalu saja wajah itu." kata Julio sambil memalingkan wajahnya

Chelsea hanya tersenyum manis, Julio dan Chelsea menuju minimarket dan membeli Roti Eskrim kesukaanya. Setelah itu, Julio dan Chelsea menuju rumah mereka. Saat mereka dekat dengan rumah mereka, Julio dan Chelsea melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir di depan rumah mereka. Julio yang tadinya selalu tersenyum di perjalanan, kini ia terlihat sangat marah ketika melihat mobil hitam itu, Chelsea yang melihat wajah Kakaknya langsung memeluk erat lengan Julio dan menenangkan Julio. Siapa yang mendatangi Julio dan Chelsea sampai membuat Julio marah?

To be continue

=================

avataravatar
Next chapter