17 Chapter 4 [part 3]

Chapter 4 [part 3]

Kelas Julio sekarang tidak ada pelajaran. Karena hujan yang deras, pelajaran olahraga pun tidak dapat dilaksanakan Julio hanya termenung sambil memandangi hujan yang turun dengan derasnya padahal di depannya ada kedua temannya, Herry dan Jessica.

"Hei Julio." panggil Jessica.

"Hm."

"Aku mendapatkan sesuatu, mungkin tidak banyak dari permintaanmu."

Julio pun langsung menoleh ke Jessica.

"Apa yang kau dapatkan?"

"Menurut dari beberapa murid, ada 5 orang yang terlibat dalam penyebaran kasus Bella."

Herry mengerutkan keningnya, ia sepertinya belum mengerti apa yang Julio dan Jessica bicarakan.

"Wow wow, tunggu dulu. Julio kau bilang ingin memberitahuku tentang ini? Sebenarnya ada apa?" tanya Herry, yang sangat penasaran.

Julio menghela nafas berat, lalu menoleh ke jendela.

"Hoi!"

"Herry, kau ingat pembicaraan tentang ketua osis SMA 1 yang menolak semua calon anggota eskulnya?"

"Iya, lalu?"

"Ada seseorang yang memintaku untuk menyelidiki hal itu."

"Siapa?"

"Nanti juga kau akan tahu sendiri."

"Hmm."

Herry menyilangkan tanganya, Herry mulai serius menanggapi hal ini.

"Bukankah kita sudah tau alasan Bella menolak semua calon anggotanya waktu itu?"

"Iya."

"Lalu apa yang kau selidiki?"

"Yang aku selidiki adalah orang yang menyebarkan berita tentang kasus itu dengan sedikit memberi kebohongan pada hal itu."

"Hah!? Kebohongan?"

"Ya, bukannya waktu itu aku pernah bilang, ada yang menyebarkan rumot tentang Bella, contoh keilnya 'Bella itu sombong' kau ingat itu?"

Herry pun memijat kepalanya karena merasa pusing dengan apa yang Julio bicarakan.

"Jadi, kau sedang mencari orang yang menyebarkan rumor seperti itu?" tanya Herry, yang mencoba memastikan pernyataan Julio.

"Iya."

"Bukannya itu hal sepele? Hanya di jelekan seperti itu, bukannya Bella pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya?"

"Apa kau yakin hanya itu? Sudah kubilangkan itu hanya contoh kecil." kata Julio, sambil menatap tajam Herry.

Herry pun mematung, karena Julio berbicara seperti itu, kini ia jadi khawatir tentang Bella.

"(Jika itu hanya contoh kecil, lalu apa yang sebenarnya terjadi? Jika sesuatu yang lebih besar dari itu menimpa Bella? Bagaimana bisa ia selama ini bisa menutupinya?)" fikir Herry.

"Sekarang kau mengerti?" tanya Julio.

"Ya... jadi, apa yang bisa aku lakukan? kau bilang, kau membutuhkan bantuan ku?" kata Herry yang sedikit lemas karena memikirkan hal buruk terjadi pada Bella.

Julio pun berbisik pada Herry, Herry sepertinya mengerti dengan rencana Julio untuk menghentikan rumor ketua OSIS.

"Apa kau yakin? Bagaimana jika semua itu gagal?"

"Kalau gagal, Aku yang akan bertanggung jawab."

"Hee..."

Herry sedikit nampak ragu dengan rencana Julio, ia terus menatap Julio yang ekspresinya terlihat datar, Herry pun tersenyum.

"Baiklah, aku akan percaya padamu."

Julio pun menghela nafas.

"Terima kasih, kalau begitu... Jessica, lanjutkan laporan mu."

Jessica pun mengangguk, ia pun mulai memberitahu Julio tentang apa yang ia dapat.

"Ada 5 orang yang terlibat dan pemimpin mereka adalah orang yang cukup banyak di kenal oleh siswa sekolah ini." ucap Jessica pelan

Julio mengerutkan keningnya.

"Siapa orang itu?"

"Entah, para siswa masih menutup siapa dalang yang memulai semua ini."

Julio pun menyandarkan tubuhnya lalu menatap keluar jendela. Julio terdiam sesaat.

"Herry, apa Kau tau siapa saja orang yang terkenal di sekolah ini,kecuali Bella dan Sophie?"

Herry pun terdiam, lalu memejamkan matanya.

"Yah ada beberapa yang aku tahu."

"Lalu, ada berapa laki-laki yang terkenal di sekolah ini?"

"Mungkin ada 3." kata Herry, yang merasa ragu

"Siapa saja?"

"Hmm… sang juara taekwondo, ketua eskul sepak bola, lalu sang programmer kebanggaan sekolah kita."

"Hey, kau tidak bisa menyebutkan namanya?"

"Eee... itu, Aku lupa semua namanya, tapi setahu ku yang siswa laki-laki terkenal di sekolah ini hanya mereka saja."

"Begitu ya."

"Memangnya kenapa? Apa mungkin kau mencurigai mereka?"

"Hmm? Tidak juga, aku hanya penasaran."

Herry pun menghela nafas berat.

"Ku kira kau mencurigai mereka."

"Sudahlah... Jessica, terima kasih atas informasinya."

"Ya, tidak masalah." kata Jessica.

"Untuk saat ini bersikap lah seperti biasa, terutama Kau Herry."

"Ya, Aku mengerti." kata Herry, sambil mengangguk.

Herry mengerti, kenapa Julio menyuruh dirinya untuk bersikap biasa, meskipun mungkin akan sulit untuk melakulannya. Julio pun meregangkan tubuhnya, hujan yang semakin deras di luar membuat Julio mengantuk, akhirnya Julio tertidur di meja dan mengabaikan kedua temannya itu.

***

Di tempat lain, di ruang OSIS SMA 1. Bella sedang mengerjakan tugasnya, ia terlihat seperti tidak memiliki beban apapun dalam hidupnya. Tak lama, Sophie datang.

*tok tok*

"Masuk." kata Bella sambil melihat-lihat dokumennya.

Sophie pun masuk dan mendekati Bella dengan tanpa ekspresi.

"Ah, Sophie. Ada perlu apa?" tanya Bella dengan penuh senyuman.

"Tidak ada. Aku hanya ingin melihat mu."

"Heh? Tidak biasanya, bukannya kamu sedang ada pelajaran hari ini?"

"Guru ku sedang tidak ada, jadi tidak ada pelajaran sampai pulang sekolah."

"Hee~, enaknya. kamu enak tidak belajar, sementara aku harus menyelesaikan tugasku sebagai ketua OSIS." kata Bella sambil meregangkan tubuhnya.

"Mau aku bantu?"

"Tidak,tidak usah, tugas ku juga sebentar lagi selesai. Kau duduk saja disana." kata Bella sambil menyuruh Sophie duduk di sofa.

Sophie pun duduk di sofa dan terus memandangi Bella yang tengah mengerjakan tugasnya. Melihat Bella tersenyum saat mengerjakan tugas, Sophie merasa heran. Kenapa Bella masih bisa tersenyum setelah banyak yang menghujatnya?

"S-Sophie, kenapa kamu memandangi ku seperti itu?"

"Kenapa? Tujuan ku kan kemari untuk melihatmu."

"Y-Ya aku tahu sih, tapi melihat mu seperti itj membuat ku agak merinding." kata Bella sambil memaksakan untuk tersenyum.

Yah, tatapan Sophie memang agak mengerikan ketiak Sophie serius menatap sesuatu. Itu membuatnya terlihat seperti boneka hidup. Tanpa ekspresi dan menatap sesuatu dengan serius, itu benar-benar membuatnya sedikit menyeramkan.

"Kalau begitu aku minta maaf telah membuatmu tidak nyaman."

"A-Ah itu... Aku tidak bermaksud—."

"Tidak masalah, lagipula kamu adalah temanmu, aku tidak masalah bila kamu berbicara seperti itu. Kalau begitu, Aku akan membuatkan teh untukmu."

"T-Terima kasih."

Sophie pun pergi membuat teh untuk BBella Saat Sophie membuat teh, tiba-tiba ia teringat dengan apa yang Julio katakan kemarin, ada sedikit rasa tidak percaya yang tiba-tiba muncul ketika memikirkan itu kembali. Sophie merasa tidak tenang. Karena merasa gelisah, tangan Sophie pun terkena air panas.

"Aw!"

"Sophie!"

Bella pun langsung berlari menghampiri Sophie dan langsung memegang tangan Sophie.

"Ya ampun!"

Bella pun langsung menarik tangan Sophie dan mengarahkannya menuju keran lalu membuka keran itu dan mencuci tangan Sophie yang terkena air panas agar mengurangi rasa panasnya.

"Kamu itu! Hati-hati dong…"

"M-Maaf." kata Sophie, sambil menahan rasa sakit.

"Ya sudah. Kamu duduk saja di sana, biar aku yang membuatkan mu teh."

"T-Tapi."

"Eits... Jangan membantah." kata Bella, sambil mengacungkan jarinya lalu tersenyum.

Sophie pun langsung menuruti Bella dan duduk di sofa.

"Maaf merepotkan mu." kata Sophie yang merasa bersalah.

"Tidak.. Tidak, kamu itu teman ku, jadi aku tidak masalah bila membantumu." kata Bella, sambil membawa 2 gelas teh dan menaruhnya di meja.

Bella pun duduk di samping Sophie lalu memegang tangan Sophie yang terluka.

"Masih sakit?"

"T-Tidak, sudah agak mendingan, mungkin karena airnya tidak terlalu panas tadi."

"Syukurlah." kata Bella, lalu tersenyum manis.

Mata Sophie pun berkaca-kaca, saat melihat senyuman Bella, hatinya merasa sangat sakit, air matanya pun mengalir, Sophie pun langsung memeluk Bella dengan erat. Bella merasa bingung dengan sikap Sophie yang tiba-tiba berubah.

"S-Sophie kamu kenapa? Apa ada yang menjahati dirimu?" tanya Bella yang cemas.

Sophie pun tidak merespon, ia masih memeluk Bella dengan erat. Tak lama, Sophie pun melonggarkan pelukannya. Sambil menunduk, Sophie memegang tangan Bella.

"Bella, bagaimana kamu masih bisa tersenyum begitu di saat kamu sedang menderita?"

Bella pun merasa bingung dengan perkataan Sophie.

"A-Apa maksudmu?"

"Hiks... Apa kamu tidak tahu? Hampir seluruh murid di sekolah ini menjelek-jelekan dirimu!"

Bella pun berdiri dan memalingkan pandangannya dari Sophie.

"Ah itu. Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, Aku sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Meskipun mereka selalu membicarakan hal buruk tentang diriku, Aku sama sekali tidak memperdulikan hal itu… Aku... Tidak peduli dengan itu karena Aku merasa tidak melakukan hal yang salah…"

"Oh Lalu, bagaimana dengan mereka yang sudah mengancam dirimu? Apa kau masih tidak memperdulikan yang seperti itu!?" kata Sophie dengan nada yang tinggi.

Bella pun tersentak, ia mematung sesaat lalu berjalan menuju jendela. Hujan telah berhenti, Ia menatap langit yang masih saja gelap, di ruangan itu Bella masih terdiam.

"Bella?"

"Hiks... Hiks..."

Sophie pun terkejut ketika mendengar suara isak tangis Bella.

"Sudah kuduga... Aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu," kata Bella, lalu menoleh ke Sophie sambil memaksakan diri untuk tersenyum.

Air mata Bella pun keluar perlahan dari matanya, Sophie pun langsung mendekati Bella dan memeluknya.

To be continue

==================

avataravatar
Next chapter