18 Chapter 4 [part 4]

Chapter 4 [part 4]

Sophie pun membawa Bella ke sofa dan memintannya untuk menceritakan semua yng telah terjadi.

"Bella, beritahu Aku, siapa yang telah melakukan ancaman itu kepadamu?"

"Maaf... Aku tidak bisa memberitahumu."

"Kenapa!?"

"Karena kamu adalah teman ku, Aku tidak mau sampai teman-teman ku terlibat dengan semua ini." kata Bella sambil menunduk.

"Bella! Aku ini teman mu, jika kamu terkena masalah, kamu bisa bicarakan itu dengan ku."

"Sudah kubilang aku tidak mau—."

"Lalu apa gunanya aku sebagai temanmu!"

Bella pun terdiam mendengar bentakan Sophie, Bella hanya tak mau teman-temannya terlibat. Namun, Sophie sebagai temannya tidak mau melihat Bella menderita sendirian.

"Bella, Aku ini temanmu, bagilah rasa sakit mu itu padaku. Aku tau kamu sudah tidak tahan dengan semua ini, biarkan teman-temanmu memikul rasa sakitmu bersama-sama. Karena itulah gunanya teman." kata Sophie sambil tersenyum, Sophie pun menggenggam tangan Bella.

"Bella, kamu itu tidak sendiri, kamu punya Aku, Lily, dan Herry sebagai teman mu, begitu juga Julio dan Selvia. Sadarlah Bella!"

Air mata Bella pun mengalir deras. Ia tidak dapat menahannya lagi, Sophie pun langsung memeluknya agar Bella kembali tenang.

"Maaf... hiks... Aku memang bodoh sampai Aku melupakan teman terbaikku... maaf... hiks..."

Sophie pun memeluk Bella sambil tersenyum, karena mungkin sekarang Bella bisa lebib terbuka untuk masalahnya, Bella pun terus menangis, di luar hujan pun berhenti dan cahaya matahari mulai terlihat.

***

*Kriiing!!*

Bel istirahat ke-2 pun berbunyi, Julio pun terbangun karena suara bel yang bising. Julio membuka matanya dan terlihat Jessica yang masih ada di hadapannya

"Hmm... Ah, kamu sudah bangun, Julio" kata Jessica sambil tersenyum.

Julio hanya terdiam karena masih mengumpulkan tenaganya yang menghilang saat tertidur.

"Bagaimana tidurmu?" tanya Jessica.

"Hei, jangan bilang kau memandangiku saat aku tertidur." kata Julio, dengan ekspresi datar.

"A-Aku tidak memandangimu kok!"

"(Dia memandangiku ya.)"

"Yah terserahlah... oh iya, dimana Herry?"

"Umm... baru saja dia pergi ke toilet"

"Oh begitu."

Julio pun menidurkan kembali kepalanya di meja.

"H-Hei! Jangan bilang kau ingin tidur lagi."

"Hmm? Memangnya kenapa? Lagipula tidak ada yang harus aku lakukan."

"Y-Ya benar juga sih."

"Lagipula kenapa kau ada disini? Biasanya kau bersama temanmu itu... umm, siapa namanya?"

"Ellie"

"Ah ya itu."

"Jadi kamu mengusirku?"

"Yah terserah kau sih mau menganggapnya seperti apa." kata Julio yang tidak peduli.

Jessica pun mengembungkan pipinya karena merasa kesal dengan Julio, yah memang, Jessica biasanya bersama Ellie setiap istirahat, namun, Ellie sedang ada keperluan dengan eskulnya jadi ia tetap di kelas bersama Julio. Tiba-tiba seorang siswi berkacamata dan berambut pony tail menghampiri Julio dan Jessica. Ia adalah Tian, ia menjabat sebagai ketua kelas di kelas Julio. Julio menyadari kehadiran Tian, namun dia pura-pura tidak tahu.

"Ehem!"

Julio pun melirik Tian yang sepertinya ia ingin menagih uang mingguan yang di adakan di kelasnya.

"Apa?" tanya Julio.

"Kamu lupa?" tanya Tian balik.

"Lupa apa?"

"Kita semua sudah sepakat untuk mengadakan uang mingguan untuk membeli peralatan yang di butuhkan kelas ini, masa kamu lupa?"

"Aku tidak ingat." kata Julio dengan suara yang datar.

"Yah sudahlah, pokoknya bayar."

Julio pun mengambil uang di sakunya dan memberikannya kepada Tian. Tian pun menghitung uang Julio.

"Hei, uang kamu lebih." kata Tian, sambil melihat uang yang di berikan Julio.

"Tidak apa, itu untuk minggu berikutnya."

"Ah, terima kasih."

Saat tian ingin pergi, ia berbalik kembali ke tempat Julio.

"Apalagi?" tanya Julio.

"Umm...aku ingin bertanya."

Tian pun menengok ke kiri dan kanan, lalu berbisik ke Julio.

"Hei, apa benar kamu sedang dekat dengan sang ratu dan putri di sekolah?" tanya Tian dengan suara yang pelan.

"Ratu dan putri sekolah? Siapa?"

"Itu loh, Kak Sophie dan Kak Bella."

"Ah, mereka."

"Jadi, apa benar kamu sedang dekat dengan mereka, kami lihat, sepertinya kamu akrab sekali dengan mereka."

"Dibilang dekat tidak juga, itu hanya karena kami memiliki urusan yang sama, jadi aku mohon untuk tidak salah paham lagi." kata Julio, dengan santainya.

"Hee~ jadi begitu ya."

Tian pun beranjak pergi dari hadapan Julio, namun tak lama ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Julio dengan tatapan tidak percaya.

"Apa kamu yakin?" tanya Tian.

"Apa maksudmu?"

"Yah, mungkin aku percaya jika kamu memiliki urusan yang sama dengan sang putri, tapi aku, masih tidak percaya jika kamu memiliki urusan yang sama dengan sang ratu." kata Tian, lalu ia pun pergi menuju tempat duduknya kembali.

"Apa maksudnya?"

Julio pun menoleh ke arah Jessica yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka, Jessica sepertinya mengerti dengan apa yang Tian maksud.

"Hey, sepertinya kamu mengerti."

"Yah entahlah." kata Jessica, sambil mengangkat bahu nya.

"Beritahu aku."

"Ti~dak!"

Jessica pun memalingkan pandangannya dan berpura-pura tidak mendengar apa yang Julio katakan, tak lama, Herry pun datang.

"Hei kalian, kalian sedang membicarakan apa?" tanya Herry.

"Yah entahlah~" kata Jessica, sambil tersenyum licik kepada Julio.

Firasat Julio merasakan akan ada sesuatu yang buruk menimpanya, Julio mencoba untuk tenang dan mencoba menghilangkan rasa penasarannya, namun rasa penasaran akan perkataan Tian tadi tetap saja datang kembali.

"Baiklah,Julio. Aku akan memberi tahu mu tentang perkataan Tian tadi." kata Jessica, sambil tersenyum licik.

Julio hanya diam, ia mencoba menyimak setiap perkataan Jessica meskipun ia tidak tahu ini penting atau tidak.

"Mungkin, Tian mengira kalau kamu dengan Kak Sophie itu memiliki 'hubungan khusus'." kata Jessica, dengan entengnya.

"Hubungan khusus? Aku tidak mengerti."

"Yaah~, aku juga tidak, mungkin ia melihat Kak Sophie memberikan sesuatu yang jarang ia berikan kepada orang lain." kata Jessica, sambil mengangkat bahunya.

Julio tidak mau memikirkan hal itu, namun tetap saja ia memikirkannya kembali karena ia tidak mau ada kesalahpahaman lagi, walaupun sebenarnya Tian dan yang lainnya sudah salah paham tentang hubungan dirinya dengan Bella dan Sophie. Julio melemaskan seluruh badannya dan memijat kepalanya dengan pelan, ia sudah cukup merasa pusing karena tanpa ia sadari sudah banyak masalah yang menimpa dirinya. Kini ia tidak memikirkan hal yang Tian bicarakan, namun kini ia sedang berfikir bagaimana cara mengakhiri kasus sang ketua OSIS.

***

Sepulang sekolah, Anggota eskul sastra sedang berkumpul di ruangan eskul. Mereka bersikap seperti biasa, Selvia sedang serius membaca novel romantis, Julio sedang memilih Novel yang ingin ia baca, Sementara Herry dan Jessica sedang mengerjakan tugas yang belum ia selesaikan saat pelajaran terakhir tadi. Julio memilih dan menemukan satu novel yang membuatnya tertarik, saat ia ingin membuka novelnya ponsel Julio berbunyi, Julio membuka pesan yang ia terima dan ternyata itu dari Chelsea.

Chelsea: "Kak, Kakak masih di eskul?"

Julio: "Iya... kalau kamu mau pulang... pulang saja sendiri, Kakak masih lama di eskul"

Chelsea: "Oh... Kalau begitu jangan pulang terlalu sore."

Chelsea: "Oh iya, kalau Kakak pulang nanti, bawa makanan, Ok! ^_^"

Julio: "Kenapa tidak kamu saja yang beli sekalian?"

Chelsea: "GAK M-A-U! Pokoknya Kak Julio yang beli, daaaaah~"

Itulah percakapan Julio dan Adiknya melalui ponsel. Julio hanya menghela nafas karena adiknya merepotkan dirinya untuk membeli makanan.

"Merepotkan saja." kata Julio, lalu membuka novel yang di ambilnya.

Julio sepertinya tertarik pada novel yang berjudul 'Always With You' itu, Julio membaca dengan perlahan, novel itu menceritakan tentang laki-laki dan perempuan yang berteman saat masih kecil, namun mereka berpisah karena kehendak keluarganya, sebelum berpisah mereka sudah berjanji, jika mereka besar nanti mereka akan mencari satu sama lain. Julio yang membaca novel itu mulai terhanyut dengan isi novelnya, saat membaca beberapa halaman, air mata Julio jatuh tanpa ia sadari, air matanya jatuh saat ia membaca bagian dimana sang tokoh laki-laki mengalami hilang ingatan karena kecelakaan, ia sudah tidak ingat apa-apa lagi, ia melupakan janji dan sosok perempuan itu. Julio berhenti membaca dan mengusap air matanya.

"Eh? Kenapa Aku menangis?" kata Julio pelan, sambil mengusap air matanya.

Ia pun melihat nama pengarang di sampul novel tersebut dan ia sangat terkejut kalau yang mengarang novel itu adalah…

To be continue.

========================

(Terima kasih yang sudah mau membaca cerita saya ^_^... mohon untuk kritik dan sarannya)

avataravatar
Next chapter