webnovel

Jodohku sebaya dengan umur ayahku

Saat itu aku terpuruk dalam sebuah penyesalan akibat menjalin hubungan dengan seorang pria yang pengangguran. Memiliki sikap yang selalu memaksa dan selalu bermain perasaan denganku. Mungkin aku terlalu bodoh saat itu. ya seperti itulah, namanya cinta pertama. Seiring berjalannya waktu dua tahun aku menjalin hubungan dengan pria ini dan akhirnya berakhir dengan seorang pria yang umurnya sebaya dengan umur ayahku.

Dengan keyakinan memutus hubungan dengan cinta pertamaku, aku berniat untuk mengganti semua informasi agar dia cinta pertamaku tidak akan bertemu denganku lagi.

Dengan dari dasar itu aku membuat satu akun yang bisa mempertemukan ku dengan seorang pria. Setelah tiga hari berlalu entah apa yang Tuhan rencanakan ada seseorang yang meminta pertemanan di akun baruku. Ah, jelek dan tua, cuiiiih. sembari aku berkata dengan wajah jijik. Selang tiga hari entah apa yang membuatku berubah tiba-tiba aku menerima permintaan pertemanan pria itu.

Dari sini awal mulanya aku berkenalan dengan seorang pria yang umurnya sebaya dengan orang tuaku.

Assalamualaikum, apa kabar? Kamu singel atau sudah menikah? itu perkataanya melalui chat.

aku menjawab "waalkumsalam, iya masih singel pak, kenapa ya pak?"

dia bertanya lagi "kalau bisa nanti kita ketemu ya"

Dalam pikirku Ya Tuhan dia sudah tua kok aku mau ya mau jalin hubungan apalagi temenan sama dia. "Ok. Baik, bisa, nanti aku pulang kerja ya"

selang lima hari pas waktu itu hari sabtu siang pulang kerja aku lekas pergi mencari transportasi agar bisa bertemu dengan pria ini. Anehnya, perasaanku semakin bergetar entah apa yang terjadi.

Setelah itu aku bertemu dengannya di halte, kebetulan yang memilih tempatnya aku kata dia supaya aku tidak jauh kalau bertemu dengannya.

Selanjutnya, setelah bertemu mulailah berbincang-bincang. tapi ya, yang namanya aku itu paling gak ada topik kalau apalagi sudah ketemu dengan pria.

Pria ini menceritakan kisah tentang kehidupannya. Wah. ternyata dia pria duda dengan tiga anak, istrinya baru meninggal dan dia kelihatannya terpukul dan kesepian.

Pertemuan sampai memakan waktu berjam-jam dan bisa dibayangkan ya, tidak ada sekatapun yang aku katakan saking mendengarkan ceritanya. Setelah itu, aku pulang. dia tanya "Mau pulang ya? Naik apa?" aku menjawab "iya mau pulang, naik ojek"

dia jawab "sini aku antar" Wah pria ini keren banget ya, di antar pulang bisa sekalian juga tahu rumahku dimana. Selang beberapa waktu, kami komunikasi lewat hp. Pada suatu malam aku berdoa dan meminta semoga aku bisa mendapatkan jodoh tua ataupun muda yang penting bisa membimbingku. Beberapa hari, pada saat malam tiba-tiba aku menangis dan teringat akan perlakuan mantan pacar pertamaku terhadapku sehingga membuat aku kacau dan tak tau harus berbuat apa. Dan pada saat diwaktu yang bersamaan sambil menangis aku berkata pada pria tua seumuran ayahku ini "Tolong jangan hubungi atau chating aku lagi, aku tidak pantas buatmu ataupun berteman denganmu". Si pria tua yang seumuran dengan ayahku ini, langsung bertanya dengan chat di tulis "kamu kenapa? ada apa ini? kenapa kau tidak balas chat ku?" ditulisnya dengan khawatir. Entah apa yang sudah diatur oleh Tuhan, saking keberanian pria tua ini nekat untuk pertama kali datang ke rumahku. Sungguh dari pertemuan pertama, walaupun dia pria yang umurnya sebaya dengan ayahku tapi dia memiliki jiwa muda yang nekat ingin memperjuangkan sesuatu untuk demi kebaikan. Dengan ciri khas bunyi motornya ternyata pria tua telah datang ke rumah dan dia menyapa dengan salam "Assalamualaikum" Kebetulan yang menerima adalah adikku. "Waalaikumsalam" sembari adikku menjawab. "Mari masuk pak" Adikku menyapa. Setelahnya adikku datang ke kamarku untuk memanggilku yang sementara berlinang air mata. "Itu, ada tamu didepan kayanya ingin ketemu kamu", saut adikku. Ya tanpa basa basi, ya mau gimana lagi sudah datang jauh-jauh jadi aku keluar. Pria ini bertanya, "kamu kenapa?". Karena aku masih dalam keadaan sedih jadi aku tidak menjawab sekatapun. Ya, akhirnya pria ini menghiburku dengan menceritakan hal-hal yang membuatku bangkit dari keterpurukan dan kekecewaan. Dari beberapa waktu, ternyata diwaktu yang sama juga cinta pertamaku datang. Wah dalam hatiku, aku kaget kenapa bisa ya kebetulan seperti ini. Satu bulan berlalu tanpa kabar dan tiba-tiba muncul didepan ku. Rasanya aku ingin membalas semua yang pernah ia lakukan padaku. Tapi itu semua sudah dilakukan oleh pria yang usianya sama dengan ayahku. Aku bersyukur, atas nikmat yang diberikan dihadirkannya pria yang bisa melindungi ku. Dari kejadian ini entah apa yang aku rasakan, tiba-tiba aku merasa tenang dan bahagia karena cinta pertamaku ini kalah sama pria yang umurnya sama dengan ayahku.Ibuku berkata pada dua pria didepan ku "jika memang laki-laki buktikan dengan menikah, jangan hanya pacaran terus ujung-ujungnya tidak jadi." Pacar pertamaku ini, tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya dia memilih untuk pergi. " Dan memanggilku untuk bicara empat mata. "Bisakah aku bicara didepan" jawabku "Bisa". Dengan hati putus asa aku menurutinya. Dan aku minta izin ke pria tua untuk keluar. "Mas aku izin dulu ya mau bicara" saut ku. "Iya, silakan" jawab pria tua. Bicaralah pacar aku dengan bertanya "kamu pilih dia atau aku?" Wah, dengan penuh rasa pertimbangan aku memilih dia pria yang usianya sama dengan ayahku ini. "Aku pilih dia" sambil menunjuk ke pria yang usianya sama dengan ayahku" Pacar pertamaku, tidak bisa berbuat apa-apa.

Selama itu hubunganku dengan pria yang sama umurnya dengan ayahku berlanjut terus tanpa ada gangguan dari mantan pacarku.

Suatu hari di tempat kerjaku melakukan salah satu kegiatan disekolah. Pria ini menemaniku untuk persiapan dari pagi hingga malam. Hari-hari aku lalui bersamanya. Sampai dia memperkenalkanku dengan keluarganya. Sebelum lanjut, aku ingin menceritakan sedikit tentang siapa pria tua ini. Pria ini seorang duda dan ternyata memiliki tiga anak permpuan yang juga umurnya tidak jauh dariku. Seiring berjalannya waktu pria ini sering datang ke rumah, dan akupun diajak kerumahnya untuk berkenalan dengan anak-anaknya. Suatu ketika saat awal jumpa dengan anak-anaknya aku merasa biasa saja. Perkenalkan nama dan mereka menghargaiku sembari tamu ayahnya. Anak pertama beda lebih tua denganku lima tahun, anak kedua lebih muda beda tiga tahun dariku, anak terakhir lebih muda dariku beda sekitar sebelas tahun denganku. Waktu untuk bertamu kerumahnya tidak bisa sering-sering karena orang tua belum setuju dengan pria ini. Entah karena malu atau bagaimana akupun menghargai itu.