webnovel

Jodoh dan Takdir

menikahi kekasih sodara kembar, tentu bukan pilihan. Namun apa daya saat tuhan malah menakdirkan Adila menikah dengan kekasih sodara kembarku sendiri. Adila saat itu benar-benar terjebak dengan permintaan terakhir kakanya sendiri, begitu juga Fadhil. Alhasil Adila dan Fadhil menikah tepat di hadapan Aira di detik-detik terakhirnya menghembuskan napas terakhir. Akankah pernikahan mereka berakhir bahagia, ataukah hanya pernikahan yang bersifat sementara.

Ayyana_Haoren · Urban
Not enough ratings
25 Chs

bab 22. Rusuh 2

Saat pandangan Fadhil mengarah ke atas kasur, Fadhil hanya tersenyum, karna di tengah2 di batasi dua buah guling sekaligus. Berhubung Fadhil kedinginan dan sangat mengantuk Fadhil pun menuruti ucapan Adila dan segera naik ke atas kasur yang berukuran besar itu.

"Ingat tidak boleh melewati batasan ini,"tegas Adila yang kembali mengingatkan.

"Iya, iya tidak akan,"Sahut Fadhil yang kini mulai memejamkan matanya kembali.

Berhubung cuaca di Swiss begitu dingin tak seperti di indonesia, bahkan mencapai 7°celcius. semakin mendekati waktu pagi Fadhil tidak bisa menahan rasa dingin yang  menyelimuti tubuhnya dan tanpa dirinya sadari Fadhil menarik bedcover yang memang berukuran besar untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan Adila menarik guling lalu memeluknya, Begitu juga dengan Fadhil. Kini dua buah guling yang menjadi pembatas itupun sudah tak berada di tempatnya lagi.

Setelah semua tubuh tertutup Fadhil tidur begitu lelap, tanpa merasa kedinginan lagi.

Adila dan Fadhil tidur begitu lelapnnya sampai-sampai pukul 5.10 pagi hari, mereka belum juga bangun. Sampai pada Akhirnya Tanpa di duga-duga Fadhil dan Adila bangun secara berbarengan.

"Aaarrggghhh!"Teriakan serempak dari mulut Adila dan Fadhil. Seketika mereka berdua langsung beranjak dari tempat tidur dan menjauh bersebrangan tempat tidur.

"Kamu ngapain dekat-dekat. Dasar cowo mesum, pasti kamu nyari kesempatan saat Aku tidur, Ya kan. ayo ngaku!"Ucap Adila dengan Nada meninggi dan menampakan wajah kesalnya sembari menutup dadanya dengan kedua tangan.

"Enak saja. Jelas-jelas kamu yang meluk aku. Bagaimana mungkin aku yang mencari kesempatan. Ada juga kamu yang mencoba mendekatiku. Bilang saja kalo sebenarnya kamu memang menginginkan aku untuk dekat dari semalam iyakan,"Goda Fadhil dengan santainya.

Mendengar ucapan Fadhil, dan ekspresinya wajahnya yang begitu merasa tak bersalah, Adilapun seketika melemparkan sebuah bantal ketubuh Fadhil karna kesal. Namun dengan cekatan Fadhil langsung menangkap bantal itu dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kembali sembari memeluk bantal yang tadi Adila lempar.

"Dasar, bukannya minta maaf malah tiduran lagi, menyebalkan,"Grutu Adila.

"Siapa yang meluk, siapa yang ngamuk,"Gumam Fadhil. Lalu Fadhil kembali bangun dan berdiri.

"Okey nona Adila dengan hati yang tulus aku minta maaf,"Tegas Fadhil lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil Air wudhu.

Adila yang mendengar ucapan Fadhil hanya tersenyum sinis.

"Kenapa Aku bisa memeluk dia. Bukankah semalam aku halangi tempat tidur dengan dua guling, Arrgghhh menjijikan aku tidak mau memikirkan hal menjijikan itu lagi,"Grutu Adila, sembari memukul-mukul kepalanya secara perlahan.

Tak lama Fadhil keluar dan langsung menunaikan ibadah Sholat subuhnya.

Begitu juga dengan Adila yang secara bergantian.

Karna di luar masih gelap dan mendung, Akhrinya Fadhil dan Adila memilih untuk tidur dengan tempat terpisah.

*****

Siang Harinya, pukul 9.15 Fadhil terbangun dan merasa Lapar Akhirnya Fadhil berganti pakaian dan bersiap-siap untuk Sarapan.

Kini Fadhil sudah rapih dengan Pakaian Hangatnya.

Diam-diam Adila memperhatikan Fadhil dengan berpura-pura tidur.padahal sebenarnya Adila mengintip di balik selimut.

"Sudah jangan pura-puta tidur. Apa kamu mau tetap tidur di bawah selimut dan tidak makan seharian,"Ucap Fadhil yang hendak keluar kamar tidur.

Namun Adila tidak mempedulikan ucapan Fadhil sama sekali.

"Apa kamu yakin tetap mau diam di bawah selimut. oke kalo begitu, aku akan pergi untuk sarapan,"Ucap Fadhil lalu pergi meninggalkan Adila begitu saja.

Saat Fadhil keluar dari kamar tidur, tiba-tiba saja Adila berteriak kencang memanggil nama Fadhil.

"Apa kamu gila, apa kamu sengaja meninggalkanku kelaparan di dalam kamar bagaimana kalo aku mati di hotel ini gara-gara kelaparan,"Grutu Adila yang sudah beranjak dari tempat tidur.

"Lima belas menit tidak lebih."Tegas Fadhil yang melihat jarum jam di tangannya.

"Apa kamu gila. Mana bisa aku berganti pakaian secepat itu,"Tegas Adika.

"Okey sepuluh menit, kalo kamu terus menawar,"

"Okey, okey. Dasar lelaki menyebalkan Grutu Adila menutup kamar dan langsung berganti pakaian.

Saat Adila keluar kamar dan sudah rapi dengan pakaian hangatnya, tiba-tiba saja suara bell pintu berbunyi.

"Siapa yah?"Tanya Fadhil menoleh ke Arah Adila.

"Entahlah, kamu fikir aku paranormal."Saut Adila bernada ketus sembari mengangkat kedua bahunya.

Kini langkah Fadhil pun, menhampiri pintu yang sejak tadi berbunyi.

"Permisi Tuan, ini layanan Makanan untuk kamar tuan,"Ucap bell boy, saat pintu sudah di buka.

"Pak, tapi saya tidak memesan makanan,"Ujar Fadhil.

"Ini sudah masuk ke daftar layanan Tuan, jadi selama menginap disini Tuan akan mendapatkan pelayanan penuh dari Hotel,"Ujar bell boy menjelaskan.

Mendengar ucapan itu Fadhil merasa heran.

"Pa mungkin,"gumam Fadhil.

"Yasudah pak bawa masuk kami sudah lapar,"Ucap Adila menghampiri dan menyuruh pelayan tersebut untuk masuk.

"Trimakasih pak,"Ujar Fadhil memberi tips saat orang tersebut hendak pergi. Dan Akhirnya Fadhil dan Adila pun makan, makanan yang tadi di antar.

.

.

.

.

Bersambung.

jangan Lupa untuk tinggalin jejak kalian di bawah.