webnovel

Jodoh [Aku yang Memilihmu]

Gathan yakin kalau dia telah menjatuhkan hatinya pada wanita yang tepat. Maka dari itu dia akan menggunakan seluruh waktunya untuk mencintai wanita yang dipilih oleh hatinya. Meskipun akan sulit, tapi dia akan tetap berusaha. Sekalipun masalahnya ada pada keluarganya. Tanyakan pada hatimu, apakah ia siap untuk selamanya ku jatuhi? Jika jawabannya iya, aku akan membuatmu berada di pihak yang diperjuangkan sedangkan aku yang berjuang__Gathan. Jika jawabanku iya, tapi semesta tak mendukung kita. Apakah kamu masih mau memperjuangkan aku?__Rana.

seinseinaa · History
Not enough ratings
230 Chs

Bab 23

"Assalammu'alaikum, Om, Tante," sapa Gathan tersenyum cerah.

Statusnya telah berubah, ia jadi lebih percaya diri saat bertamu ke rumah Rana.

"Waalaikumsalam," sapa Saras dan Rajasa hampir bersamaan. Saras tengah menyiram bunga di taman depan rumah sedangkan Rajasa tengah membaca koran. Rutinitas yang biasa mereka lakukan sebelum pergi ke toko.

"Mau jemput Rana?" tanya Saras menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Iya, Tan," sahut Gathan sopan.

"Ya sudah, kamu duduk dulu. Biar Tante panggilin Rana." Saras menyuruh Gathan duduk di sebelah suaminya sementara dia masuk ke dalam rumah untuk memanggil Rana.

"Seberapa serius kamu sama anak saya?" tanya Rajasa tiba-tiba. Mata pria itu tak beralih dari deretan huruf di koran.

"Hah?" Gathan gelagapan karena ditanya seperti itu oleh calon mertua.

"Kamu serius 'kan sama anak saya?" Kali ini Rajasa mengucapkannya dengan menatap mata Gathan.

"Serius dong, Om. Sumpah!" Gathan mengangguk yakin.

"Oh, ya sudah." Rajasa berucap santai dan kembali fokus pada kora paginya.

"Lhah, gitu doang? Kirain gue bakal disidang tujuh hari tujuh malam," gumam Gathan pelan.

"Kamu bilang apa?"

"Enggak, Om, Gathan nggak ngomong apa-apa kok," sahut Gathan cepat.

"Hai, Than," sapa Rana muncul dari pintu.

"Alhamdulillah," desah Gathan lega.

Rajasa diam-diam tersenyum geli melihat tingkah lucu pacar anaknya itu.

"Ayo berangkat!" ajak Rana. "Yah, pamit berangkat sekolah dulu." Rana mencium punggung tangan Rajasa dan Gathan juga melakukannya.

"Bu! Rana sama Gathan berangkat!" teriak Rana melongo ke dalam rumah.

"Hati-hati!" teriak Saras dari arah dapur.

Rana cepat-cepat duduk di kursinya begitu Gathan pergi dari kelasnya. Gadis itu langsungmenyibukkan dirinya.

"Eh, Gathan sama Rana udah jadian!"

"Sumpah demi apa? Mereka jadian?"

"Hah? Serius?"

"Dapat gosip darimana lu?"

"Tadi pagi mereka berangkat bareng. Gandengan tangan."

"Pantes aja gue sering lihat Gathan nagkring di kantin IPA, lagi apel ternyata."

Gosip cepat sekali menyebar. Rana menyumpal telinganya dengan headset, mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. Gadis itu menenggelamkan diri ke dalam dunia novel yang ia baca supaya fokusnya bisa beralih. Sejak ia dan Gathan sampai di sekolah, hingga ia duduk di dalam kelas saat ini, anak-anak masih terus membicarakan tentang dirinya dan Gathan yang baru jadian.

"Cie! Jadian!" teriak Kia heboh. Gadis itu baru saja sampai kelas dan langsung memeluk Rana.

"Ssst." Rana buru-buru menutup mulut Kia.

"Kenapa sih? Kan beneran udah jadian. Anak-anak satu sekolah jugaudah tahu kok," celoteh Kia.

"Iya, makanya nggak usah heboh," oceh Rana.

"Traktiran dong," celoteh Kristi yang tadi datang bersama Kia.

"Wah, itu sih pasti," imbuh Kia.

"Iya-iya, kapan-kapan gue traktir," ucap Rana.

"Jadi, gimana caranya kalian bisa jadian?" tanya Moka yang baru saja datang bergabung.

"Itu..."

Gathan dan Rana duduk di atas rumput sintetis yang terletak di lantai paling atas sebuah gedung perkantoran. Salah satu gedung milik keluarga Brawijaya. Gathan yang membawa Rana ke tempat ini. Ia ingin memperlihatkan gemerlap lampu ibukota di ketinggian.

"Kamu sering datang ke sini?" tanya Rana menoleh ke samping. Gathan tengah tiduran menatap kangit malam bertabur bintang.

"Dulu waktu SMP aku sering datang ke sini sama Binar. Udah jarang pas SMA," sahut Gathan.

"Terus kenapa sekarang pengen datang ke sini lagi?" tanya Rana lagi.

Gathan tak langsung menjawab pertanyaan dari Rana. Ia bangkit dan duduk tegak di samping Rana. "Aku mau tempat ini jadi salah satu tempat spesial bagi kita berdua."

"Hehm?" Rana terlihat bingung dengan ucapan Gathan barusan.

"Kamu mau nggak jadi pacar aku?" tanya Gathan dalam satu kali tarikan nafas.

Rana kaget mendengar ucapan Gathan barusan. "Bukannya tadi kencan pertama kita ya? Kenapa masih nanya?"

"Aku mau memperjelas semuanya. Aku mau dengar jawaban dari kamu." Gathan menatap Rana dalam-dalam.

Rana tersenyum. "Iya, Than. Aku mau jadi pacar kamu," ucapnya kemudian.

"Oh, jadi gitu!" seru Kia, Moka dan Kristi bersamaan.

"Udah-udah. Bentar lagi bel, balik ke kursi kalian," oceh Rana mengusir Moka dan Kristi ke bangku mereka masing-masing. Lalu membiarkan Kristi duduk di sebelahnya.

*****

"Akhirnya jadian juga kalian berdua! Gue nungguin traktiran sampai lumutan," celoteh Binar bercanda. Ia menatap pasangan yang duduk di sofa ruang fotografi dengan senyum jashilnya.

"Alah, lebay." Aneke menoyor kepala Binar pelan.

Rana hanya tersenyum salah tingkah. Hari pertama mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Gathan menemani kegiatannya di eskul fotografi. Awalnya merasa risih, tapi dia harus bisa menyesuaikan diri bukan.

"Kalian atur aja, gue bakal traktir apapun yang kalian minta," oceh Gathan menyombong.

"Dasar belagu! Gue minta lu kawinin baru tahu rasa," omel Aneke melempari Gathan dengan buku majalah.

"Eh, kalau yang itu gue tolak dengan tegas. Cinta gue 'kan cuma buat Rana." Gathan tersenyum manis ke arah Rana.

"Ueek, pengen muntah gue." Aneke memasang tampang ingin muntah.

"Sama," imbuh Binar dan mereka saling berhighfive.

"Hahahahahaha." Gathan tertawa lebar melihat tingkah dua sahabatnya.

Rana juga ikut tersenyum.